Meminta Bantuan

Di dapurnya, Chef Ina nampak memasang wajah lesunya. Dia sudah tidak bersemangat lagi saat sedang memotong-motong beberapa sayuran. Bagaimana tidak, dia harus menyiapkan kembali hidangan yang telah ditumpahkan oleh Bayu.

Seperti biasa, ia dibantu oleh asistennya. Mereka bersiap-siap memasak. Asistennya sedang menyiapkan semua bahan yang diperlukan.

Tiba-tiba Chef Angga datang dengan menampakkan wajah herannya.

“Chef Ina, bukankah kau sudah menyiapkan hidangan terakhirmu hari ini? Apa ada tambahan lagi?” tanyanya.

Chef Ina langsung tertunduknduk lesu, dia menghela lalu napasnya pelan.

“Tidak ada tambahan. Aku sedang menyiapkan hidangan terakhirku hari ini, sama dengan yang tadi. Aku harus membuatnya ulang." jawabnya.

“ Maksudnya bagaimana ? Kenapa harus membuat ulang lagi?"

“Yang tadi makanannya tumpah semua. Jadi, terpaksa harus membuat ulang. Untung saja, tamunya mau menunggu lagi.”

“Bagaimana bisa tumpah? Chef Ina, aku mengenalmu. Kau tidak akan seceroboh itu, sampai menumpahkan makananmu sendiri.”

“Bukan Chef Ina yang menumpahkan. Tapi Pak Bayu.” suara asistennya yang tiba-tiba menjawab.

Chef Angga beralih menatap asistennya Chef Ina itu. “Pak Bayu? Bagaimana bisa ?” tanyanya meminta penjelasan.

“Dia pasti tidak bermaksud menumpahkannya.” kali Chef Ina yang menjawab. Dia masih membela Bayu.

“Tidak bermaksud bagaimana? Orang jelas-jelas dia itu sengaja.” asistennya berucap ketus.

“Tunggu! Aku tidak mengerti. Maksudnya bagaimana ?” Chef Angga meminta penjelasan kembali.

“Sudahlah ... lupakan saja.” ujar Chef Ina.

“Tidak-tidak.” Chef Angga menggelengkan kepalanya. Dia lalu menatap asistennya Chef Ina. “Jelaskan padaku sekarang !!” ucap Chef Angga yang terdengar tegas.

asistennya Chef Ina menghela napas pelan. Dia tidak punya pilihan selain menjelaskan. “Kau dengar tentang keributan yang terjadi di koridor selatan lantai dua ?” tanyanya.

“Iya. Aku mendengarnya. Tapi ...... apa hubungannya ?” Chef Angga nampak bingung.

“Hubungannya adalah, Pak Bayu sengaja menumpahkan hidangan yang dibuat Chef Ina untuk menghentikan keributan itu.” ujar asistennya Chef Ina.

Chef Angga terkesiap. Namun ekspresi wajahnya berubah seketika. “ Aku tidak habis pikir. Menurutku itu tidak masuk akal. Aku harus bicara dengan Pak Bayu.”

Chef Angga lalu beranjak pergi. Sementara Chef Ina dan asistennya langsung menghentikan pekerjaannya, dan menatap kepergian Chef Angga itu. Chef Ina lalu beralih ke asistennya, da menatapnya tajam.

Asistennya itu tahu arti tatapan mata Chef Ina padanya. "Maaf Chef..... aku tidak bermaksud.” ucapnya sambil tertunduk.

Chef Ina buru-buru mengejar Chef Angga. Sementara asistennya, dia merasa bersalah. Takutnya terjadi keributan lagi.

Chef Angga hendak menemui Bayu di ruangannya. Dari raut wajahnya terlihat marah. Tiba-tiba saja Chef Ina datang dan menarik tangannya. Sontak Chef Angga langsung terhenti lalu menatapnya.

“Sudahlah Chef .... aku tidak apa-apa. Jangan cari masalah.” tutur Chef Ina dengan lembut.

Chef Angga melepaskan tangan Chef Ina darinya. “Bagaimana tidak apa-apa. Dia sudah keterlaluan. Gara-gara ulahnya, kamu harus kerja dua kali. Kamu tenang saja, akan kuurus semua.” Chef Angga melangkah pergi. Chef Ina hendak memanggilnya, tapi tidak jadi.

“Apa yang mau kau urus ?” Bu Laras tiba-tiba datang, seketika Chef Angga terhenti dan menoleh.

“Bu Laras," ucap Chef Angga.

“Jangan cari masalah lagi. Kembali ke tempatmu sekarang!” titah Bu Laras.

“Tapi Bu ....... "

“Kau sudah berani mmembantahku! Suasana hati Pak Bayu sedang buruk, gara-gara masalah tadi. Jangan menambahkan masalah lagi.” ujar Bu Laras dengan tegas.

Chef Angga hendak menjawab, tapi ucapan Chef Ina menghentikan niatnya.

“Benar kata Bu Laras. Keadaan Pak Bayu sedang panas. Aku tidak ingin kau terkena masalah. Apalagi itu gara-gara aku.” ujar chef Ina dengan wajah sedih.

Chef Angga menatap lekat wajah Chef Ina. Dia lalu menghela napas kasar. Sebenarnya ia bisa saja membantah Bu Laras, karena posisinya memang jauh lebih tinggi darinya. Selama ini dia bersikap sopan, hanya karena menghormati Bu Laras yang memang usianya jauh lebih tua darinya. Dia sudah seperti ibu, untuk seluruh karyawan hotel yang masih muda. Tapi kali ini, Chef Angga menurut bukan karena Bu Laras yang meminta. Dia hanya tidak ingin membuat Chef Ina sedih. Untuk itu dia lebih memilih mengalah.

“Baiklah. Aku tidak akan pergi. Kalian puas sekarang ?”

Chef Ina dan Bu Laras saling berpandangan sambil tersenyum. Mereka kini merasa lega.

Chef Angga juga tersenyum, sangat tipis. Bahkan nyaris tak terlihat. Dia senang jika tindakannya membuat Chef Ina bahagia.

“Bukankah kau harus menyiapkan hidangan itu kembali.” ujar Chef Angga mengingatkan.

Seketika membuat Chef Ina tersadar. “Ya ampun, hampir lupa. Kalau begitu aku permisi dulu.” Chef Ina menunduk hormat pada Bu Laras lalu bergegas pergi dengan setengah berlari.

Bu Laras hanya bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Ia lalu melihat ke arah Chef Angga yang juga tengah tersenyum memandangi Chef Ina.

Chef Angga jadi salah tingkah melihat Bu Laras tengah memandanginya. Ia berdehem untuk menetralkan suasana.

“Kalau begitu, aku juga permisi dulu.” Chef Angga menunduk hormat lalu bergegas.

Sementara Bu Laras memandangi kepergian Chef Angga dengan sedikit heran.

“Entah mengapa apa aku merasa, dia menyukai Chef Ina.” gumamnya pelan.

.

.

Chef Ina tengah berjalan berdua dengan Chef Angga. Sepanjang perjalanan, Chef Angga tak bisa berhenti tersenyum.

“Oh iya Chef.” Chef Ina memulai percakapan. Ia berhenti sejenak dan menatap Chef Angga. Seketika Chef Angga menetralkan wajahnya.

“Aku mau mengucapkan terima kasih, karena kamu mau membantuku menyiapkan hidangan tadi. Padahal, jam kerjamu sudah habis. Tapi kamu masih mau repot-repot.” ucap Chef Ina dengan tulus.

“Ya ampun, Chef Ina. Sudah berapa kali kamu mengucapkan terima kasih? Aku sudah mengatakan kalau aku tidak repot sama sekali.”

“Iya. Tapi ..... aku merasa tidak enak saja. Kamu Chef istimewa di sini, yang hanya menghidangkan untuk tiga tamu VIP per hari.”

“Sudahlah .... tidak apa-apa. Aku senang membantumu.” Chef Angga tersenyum tulus.

Chef Ina lalu membalas senyuman itu juga. Keduanya saling berpandangan satu sama lain.

Hingga tiba-tiba terdengar suara seseorang. “Chef Angga, Chef Ina !!!” serunya.

Mereka langsung menoleh ke sumber suara itu. Chef Ina nampak tersenyum senang, sementara Chef Angga justru nampak sebaliknya.

“Pak Bayu,” Chef Ina yang bersuara. Bayu kini tiba di antara mereka. Keduanya membungkuk sebagai tanda hormat.

Bayu tersenyum melihat keduanya. Sementara Chef Angga juga tersenyum tapi terkesan dipaksakan.

“Chef Ina, saya mencarimu ke mana-mana. Ternyata di sini.” kata Bayu.

“Anda mencariku? Ada apa Pak ?” tanya Chef Ina yang nampak tersipu karena Bayu mencarinya. Sementara Chef Angga nampak tidak suka melihatnya.

“Saya mau meminta maaf padamu. Karena saya telah merusak hidangan yang kamu siapkan. Saya hanya spontan melakukan itu.” tutur Bayu.

“Oh itu, saya sudah memaafkan Anda. Saya mengerti posisi Anda saat itu. Tidak apa-apa.” kata Chef Ina sambil tersenyum.

Chef Angga memperhatikan raut wajah Chef Ina. Ia tak suka Chef Ina tersenyum pada orang lain selain dirinya.

“Oh syukurlah kalau begitu. Saya lega mendengarnya.” Bayu lalu beralih ke Chef Angga.

“Chef Angga, saya juga mencarimu. Kalau kau tidak keberatan, maukah kau membantu saya?” tanya Bayu.

Kening Chef Angga nampak berkerut heran. “Bantuan apa yang Anda maksud, Pak ?” tanyanya.

“Gara-gara keributan tadi, banyak tamu yang merasa terganggu. Untuk itu saya berniat, untuk memberikan hidangan istimewa saat makan malam. Dan saya ingin kau yang menyediakan hidangan istimewa itu. Bisakah kau melakukannya ?”

“Maksud Anda, saya yang harus menyiapkan hidangan itu ?” tanya Chef Angga memastikan.

Bayu langsung mengangguk sebagai jawaban. Tapi nampaknya Chef Angga enggan melakukan itu.

“Maaf, Pak. bukannya saya menolak. Tapi harusnya Anda tahu, jika jam kerja saya sudah habis. Lagi pula, bukankah saya hanya menyediakan hidangan untuk tiga tamu VIP saja. Itu perjanjian saya dengan hotel ini.”

Bayu diam sejenak. Sebenarnya dia juga merasa tidak enak. Sementara Chef Ina, ia justru yang merasa tidak enak dengan Bayu, karena Chef Angga menolaknya.

“Iya saya tahu. Maafkan saya, seharusnya saya memang tidak meminta Anda. Tadinya saya berharap Anda bisa melakukannya demi hotel ini.” ujar Bayu.

“Maaf sebelumnya, kalau Anda tidak keberatan, saya bisa melakukannya.” Chef Ina menawarkan diri.

“Bukankah jam kerjamu juga sudah habis? Lagi pula, kamu juga sama sepertiku. Kau hanya menyediakan hidangan untuk tamu VIP saja.” kali ini Chef Angga yang nampak keberatan.

“Benar Chef Ina, biarkan Chef lain saja yang melakukannya.” ujar Bayu.

“Tidak apa-apa, Pak. Saya bersedia melakukannya. Lagi pula, ini untuk hotel juga. Izinkan saya yang melakukannya.” ujar Chef Ina yang nampak memaksa.

Melihatnya membuat Chef Angga menjadi tidak suka, dan Bayu bisa melihat dari raut wajahnya itu dari Chef Angga. Dia jadi merasa bimbang.

“Baiklah ...... saya saja yang melakukannya. Tapi hanya untuk kali ini.” ujar Chef Angga yang nampak mengalah lagi.

“Benarkah? Anda bersedia. Saya sangat berterima kasih kalau begitu.” Bayu nampak senang, begitupun dengan Chef Ina.

“Kalau begitu saya permisi dulu. Saya akan menyiapkannya dari sekarang.” Chef Angga menunduk hormat lalu beranjak pergi.

Kini tinggal Chef Ina dan Bayu.

“Dia memang seperti itu. Tapi percayalah, dia sangat baik.” ujar Chef Ina sambil tersenyum senang, melihat punggung pria yang berjalan semakin jauh.

“Saya percaya itu.” ucap Bayu sambil tersenyum memandangi Chef Angga dari belakang.

Chef Ina beralih menatap Bayu yang saat ini sedang tersenyum. Terlihat sangat manis, dan membuatnya semakin tampan. Membuatnya semakin kagum pada sosok itu. Dia ikut tersenyum memandangi wajah Bayu secara diam-diam.

Bayu lalu menatap ke arahnya, seketika Chef Ina langsung mengalihkan pandangannya.

“Kalau begitu saya juga permisi.” Chef Ina menunduk hormat. Dia memilih pergi untuk menutupi kegugupannya.

Ya Tuhan, jantungku ....... kenapa seperti ini.

Batin Chef Ina. Ia memegangi dadanya, sambil berjalan dengan pelan.

Sementara Bayu, dia memandangi Chef Ina dari belakang.

“Sepertinya Chef Angga menyukai Chef Ina. Mereka juga terlihat sangat cocok.” gumamnya sambil tersenyum. Dia lalu berbalik pergi.

“Masalah hari ini, telah selesai. Anna .... awas saja kau, kalau buat masalah lagi.” gumam Bayu disela-sela langkahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!