Permintaan Anna

Bayu saat ini sedang menyandarkan tubuhnya di kursi dengan mata terpejam. Namun tiba-tiba saja ada suara seseorang yang langsung membuatnya membuka mata.

"Bukankah masih ada rapat lagi malam ini?"

Bayu yang sangat mengenal suara tersebut langsung tersigap untuk berdiri. Dengan sedikit gugup, ia pun mulai memeriksa catatannya dengan teliti.

Tampak Tuan Wisnu yang berusaha menahan tawanya melihat kepolosan Bayu.

Sementara Bayu sendiri terus membaca catatannya berulang-ulang, namun semua agenda hari itu sudah semua dilakukannya. Ia sedikit bingung, lalu menunduk dan memejamkan matanya sesaat. Sepertinya ia melewatkan sesuatu.

"Maafkan saya, Tuan. Sepertinya saya melakukan kesalahan. Saya tidak mengatur jadwal Anda dengan baik. Rapat malam ini, sepertinya saya telah melupakannya." kata Bayu dengan pelan dan tertunduk lesu.

Tuan Wisnu tersenyum geli namun berusaha menahan suaranya. "Bagaimana bisa kau melupakannya?" Tuan Wisnu pura-pura marah.

"Maafkan kelalaian saya, Tuan. Saya tidak mencatat jadwal Anda dengan baik." jawab Bayu menyesal. Ia tidak tahu raut wajah Tuan Wisnu yang sudah memerah menahan tawa. Melihat raut wajah Bayu yang seperti itu akhirnya membuat Tuan Wisnu tidak tega.

"Memang tidak ada rapatnya, jadi bagaimana mungkin ada di dalam catatanmu?" Tuan Wisnu pun menyudahi mengerjai Bayu.

Bayu sedikit berpikir, kemudian mengangkat kepalanya. Saat itulah Tuan Wisnu sudah tidak bisa menahan tawanya lagi hingga akhirnya tertawa juga. Hal itu tentu saja membuat Bayu semakin kebingungan.

Tuan Wisnu lalu berhenti tertawa, kemudian mendekati Bayu dan menepuk bahunya. "Tidak ada rapat lagi malam ini, saya tahu kerjamu sudah sangat baik. Selama ini kau tidak pernah mengecewakan saya. Apa kamu tidak percaya dengan dirimu sendiri? Mana mungkin kau sampai melewatkan jadwal saya.” ujar Tuan Wisnu lembut.

Bayu tersenyum kaku lalu kemudian mengucapkan terima kasih atas pujian yang dilontarkan atasannya itu.

“Istirahatlah ... masih ada waktu sebelum jam pulang.” kata Tuan Wisnu sembari melihat jam tangannya. Bayu mengangguk, sementara Tuan Wisnu kembali memperlihatkan senyumannya sebelum akhirnya masuk ke dalam ruangannya.

Sepeninggal Tuan Wisnu, Bayu masih berdiri di tempatnya kemudian mengusap kepalanya sendiri. Hingga suara tawa seseorang membuatnya menoleh.

“Makanya kalau kerja yang fokus. Butuh air putih, Pak?” ujar seorang pria yang tertawa tadi.

“Kau! sejak kapan di sini?” tanya Bayu lalu kembali duduk. Pria itu ternyata adalah sahabatnya Bayu, namanya Kevin.

“Sejak kapan, ya?" Kevin berpura-pura lupa dan berusaha mengingatnya. “Mungkin sejak kau memejamkan matamu di kursi.” Kevin menunjuk ke kursi lalu tertawa.

Melihat sahabatnya yang tertawa seolah sedang mengejeknya, Bayu lalu mengambil map di meja kemudian memukul wajah Kevin dengan itu. Kevin langsung berhenti tertawa lalu memasang wajah cemberut.

“Tadi waktu Tuan Wisnu tertawa, kenapa tidak dipukul juga?" sungut Kevin.

“Ya kali aku pukul, langsung dipecat 'lah.” sahut Bayu.

"Terus pulangnya dihadang polisi." tambah Kevin diiringi dengan gelak tawanya. Bayu yang kesal, langsung saja melempar map-map di mejanya ke wajah Kevin.

“Eh ... Tuan Wisnu," Kevin menunduk pura-pura melihat atasannya. Sontak saja Bayu langsung berdiri lagi, namun ia terheran-heran karena tak melihat keberadaan tuannya. Hanya ada suara Kevin yang tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya. Bayu sadar telah dibohongi dan melempar map di mejanya hingga habis tak bersisa. Namun sayang tidak mengenai Kevin, karena orangnya sudah kabur lebih dulu hingga membuat Bayu mendengus kesal.

“Sepertinya ada suara berisik-berisik di sini?” Bayu terkejut, Tuan Wisnu benar-benar keluar kali ini. “Itu kenapa map-mapnya berserakan di bawah?" tanya Tuan Wisnu lagi sambil menunjuk map-map di bawah. Bayu pun melihat ke arah bawah, ia bingung harus menjelaskan apa.

“Tidak ada apa-apa, Tuan. Tadi ada nyamuk, map ini tadi untuk mengusir nyamuk.” jawab Bayu sembari memungut map-mapnya, namun ia baru tersadar dan menyesali jawabannya sendiri yang terdengar aneh.

Sementara Tuan Wisnu hanya tersenyum kecil. “Baiklah, sepertinya saya harus pulang sekarang. Anna tadi menghubungi saya. Apa kau masih mau beristirahat lagi?” tanya Tuan Wisnu.

“Tidak Tuan, nanti saya lanjutkan istirahatnya di rumah.” jawab Bayu. Meskipun ia masih mau beristirahat, mana mungkin juga ia menolak atasannya.

......................

Sesampainya di depan rumah Tuan Wisnu, Bayu langsung turun lebih dulu untuk membukakan pintu mobilnya.

“Mau masuk dulu, Bay? Minum teh mungkin?” tawar Tuan Wisnu. Belum sempat Bayu menjawab, namun Anna datang dan langsung menyela. “Tidak usah! Sebaiknya biarkan dia pulang, Ayah.” tutur Anna dengan wajah sinisnya pada Bayu.

“Anna!” tegur Tuan Wisnu seraya menatap tajam putrinya. “Ayah tidak lihat wajahnya sudah lelah begitu? Dia butuh istirahat, Ayah.” ucap Anna memberikan penjelasan pada ayahnya. Ia tersenyum hangat, namun tatapannya berbeda saat melihat Bayu. Dia benar-benar tidak menyukainya.

Bayu menyadari arti tatapan Anna tersebut, hingga memilih untuk menolak tawaran Tuan Wisnu. “Nona benar, Tuan. Saya pulang saja. Sebaiknya Anda juga masuk beristirahat.” kata Bayu sopan agar tidak menyinggung.

“Baiklah kalau begitu, saya masuk dulu.” Tuan Wisnu tidak bisa memaksa Bayu.

Bayu mempersilahkan Tuan Wisnu masuk, tak lupa juga ia memberikan senyuman manisnya. Setelah Tuan Wisnu pergi, Anna tampak memandangi Bayu dengan tatapan tajamnya.

Bayu berusaha tetap ramah dan mempertahankan senyumannya, walaupun terlihat dipaksakan.

Setelah itu Anna berbalik untuk kembali ke dalam rumah, barulah Bayu mulai bertingkah. Saking kesalnya dengan Anna, ia ingin seakan-akan memukulnya dari belakang. Seakan tahu apa yang dilakukan Bayu, Anna tiba-tiba berhenti dan langsung menoleh. Bayu yang tepergok seketika langsung berbalik badan dan pura-pura mengelap kaca mobil walaupun sudah terlihat mengkilap.

"Ah ... kaca mobilnya kotor sekali.” kata Bayu sembari mengusap-usap kaca mobil dengan tangannya, sementara ekor matanya tampak sesekali melirik Anna.

“Dasar, Pria Aneh!" gumam Anna lalu melanjutkan langkahnya.

Setelah kepergian Anna, Bayu pun menghela napas lega sambil mengelus dadanya. Walaupun dia sadari tingkahnya memang aneh, dan alasannya tidak masuk diakal.

Di dalam rumah, Anna yang berjalan di belakang ayahnya langsung saja bicara. “Ayah ... kau masih berhutang penjelasan padaku, apa Ayah lupa?”

Tuan Wisnu yang mendengar suara Anna pun langsung berhenti, ia melepaskan jasnya kemudian memberikannya pada Bu Sari yang sudah berdiri di sampingnya.

“Anda perlu sesuatu lagi, Tuan?" tanya Bu Sari sopan.

“Tidak perlu, nanti saya panggil kalau ada.” jawab Tuan Wisnu.

Bu Sari mengerti, ia lalu bergegas pergi dari hadapan tuannya. Sedangkan Anna kini sudah di depan ayahnya.

“Penjelasan apa maksudmu, Sayang?” Tuan Wisnu membelai wajah Anna dengan lembut.

“Mengenai sekretaris itu.” sahut Anna singkat.

Tuan Wisnu tahu pembicaraan mereka akan memakan waktu, hingga akhirnya ia berjalan ke ruang tamu yang tak jauh darinya. Sementara Anna berjalan membuntuti ayahnya menunggu jawabannya.

Setelah Tuan Wisnu duduk, Anna juga ikut duduk. “Mulai dari mana Ayah cerita? Apa yang mau kau tahu memangnya?” tanya Tuan Wisnu membuat Anna sedikit berpikir dengan memiringkan kepalanya.

“Sejak kapan dia menjadi sekretaris Ayah?”

“Sudah lama.” jawab Tuan Wisnu singkat.

“Kenapa selama ini aku tidak pernah melihatnya?” tanya Anna lagi.

“Waktu itu kau sibuk kuliah. Setelah lulus, Bayu sibuk mengurusi proyek perusahaan di luar negeri.”

Begitu seterusnya sesi tanya jawab mereka yang berlangsung cukup lama. Setelah selesai, Anna lalu menyandarkan punggungnya di sofa. Ia sedang berpikir sejenak. Setelah mendengar cerita dari ayahnya, tetap saja ia tidak menyukai pria yang menurutnya aneh itu. Anna menegakkan tubuhnya kemudian menatap ayahnya serius.

“Ayah... aku mau Ayah memecatnya.” pinta Anna.

“Siapa?” tanya Tuan Wisnu.

“Tentu saja pria itu. Ayah tahu? Dia itu aneh, aku tidak menyukainya.” tegas Anna membuat Tuan Wisnu menghela napasnya. Ia mulai tidak suka dengan arah pembicaraan putrinya. Tuan Wisnu menyandarkan punggungnya sebentar, setelah itu kembali ditegakkan.

“Anna, Ayah tidak bisa memecat orang hanya karena alasan yang tidak masuk akal.” kata Tuan Wisnu memberi penjelasan.

Anna dapat melihat tatapan ayahnya yang berubah serius. “Kenapa tidak bisa? Bukankah Ayah bisa melakukan apa pun juga? Nanti aku akan bantu mencari sekretaris baru untuk Ayah, yang lebih baik dari dia.” kata Anna mencoba meyakinkan.

Mendengar hal itu Tuan Wisnu kembali menghela napasnya. “Tidak ada yang lebih baik dari Bayu, Sayang. Kau tahu? Perusahaan kita baru saja mendapatkan investor yang sangat penting, dan semua itu berkat siapa? Tentu saja berkat Bayu.

Bahkan Ayah saja belum tentu bisa mendapatkan investor itu. Dia tidak sembarangan bekerja sama dengan orang.”

“Tapi Ayah ... "

“Sudahlah Anna, Ayah tidak ingin membahas ini lagi. Kau bisa melakukan apa pun dan memecat siapa saja di rumah ini, tapi tidak dengan karyawan Ayah.” tegas Tuan Wisnu.

“Kalau begitu, apa aku boleh memecat Bu Sari sekarang?" tanya Anna tanpa dosa.

Tuan Wisnu menunduk sambil memijat pelipisnya untuk sekedar menghilangkan rasa pusing di kepalanya. Rasanya ia mulai kesal dan marah pada putrinya.

Sementara tanpa sepengetahuan mereka, ternyata Bu Sari ada di belakang dan tak sengaja mendengar namanya disebut.

“Anna, jangan samakan Bu Sari dengan yang lain! Bu Sari sudah sangat lama bekerja di sini, bahkan dia juga yang merawatmu sejak kecil. Ayah hanya ingin kau menghormatinya seperti kau menghormati ibumu!" kata Tuan Wisnu tidak sadar mengeraskan suaranya.

Anna tertegun mendengar suara keras ayahnya. Apalagi kalimat terakhir ayahnya membuat Anna harus teringat dengan sosok ibunya. Anna mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Hingga tak terasa air matanya pun langsung mengalir, namun ia segera menyekanya kasar. “Bagaimana bisa aku harus menghormatinya?" tanya Anna kembali menatap ayahnya dengan berkaca-kaca, namun lagi-lagi air matanya lolos begitu saja. Tuan Wisnu pun tersadar akan ucapannya setelah melihat air mata Anna.

"Anna ... "

"Katakan Ayah! Bagaimana caranya aku menghormati Bu Sari? Aku harus bersikap bagaimana?" air mata Anna mengalir semakin deras. Bisa terlihat ada kesedihan yang teramat dalam ia rasakan.

"Anna, dengarkan Ayah ... " Tuan Wisnu mencoba menjelaskan.

"Aku bahkan tidak punya ibu ... Bagaimana aku bisa menghormati orang lain seperti ibuku? Bahkan tidak ada yang mengajari soal itu." suara Anna semakin lirih dan terdengar menyayat hati.

Bu Sari diam-diam menangis di belakang mendengar ucapan Anna.

Walaupun Ibu sering marah di belakang mu, tapi Ibu sebenarnya menyayangimu, Nak. Ibu tahu sikap kasarmu hanya untuk menutupi hatimu yang sangat terluka.

Tuan Wisnu yang melihat putrinya menangis pun hatinya ikut terluka, terasa seperti disayat-sayat, sangat menyakitkan tapi tidak berdarah. Apalagi semua itu gara-gara dirinya sendiri, membuat Tuan Wisnu semakin merasa bersalah dan membenci dirinya sendiri.

“ Anna ... maafkan Ayah.” Tuan Wisnu berlutut di depan Anna seraya menggenggam tangannya. Sementara Anna langsung menarik tangannya dari genggaman ayahnya.

“Terserah Ayah jika memang tidak mau memecat sekretaris itu. Maaf sudah terlalu ikut campur urusan Ayah.” Anna mengusap air matanya lalu pergi dari hadapan ayahnya.

Tuan Wisnu tak bisa berbuat apa-apa, ia menatap kepergian putrinya dengan wajah sendu. Dia tidak mengejar Anna karena ingin membiarkannya sendiri dulu.

Di saat perasaannya yang tidak karuan, Tuan Wisnu lalu mendengar suara mesin mobil yang menyala. Ia pun berdiri kemudian menuju ke arah jendela untuk melihatnya. Ternyata Bayu belum pergi dari rumahnya, dan mungkin saja ia telah mendengar percakapannya dengan Anna.

Di dalam kamarnya, Anna masih terlihat menangis. Ketika mendengar suara pintu terbuka, ia pun pura-pura tertidur. Tuan Wisnu juga tahu kalau Anna belum tidur, ia duduk di sisi ranjang membelakangi Anna

“Maafkan Ayah, Sayang. Ayah memang salah, tapi bukan maksud Ayah melukai perasaanmu. Ayah hanya ingin kau berhenti bersikap seenaknya. Bukan karena tidak menuruti keinginanmu, rasa sayang Ayah lalu berkurang. Ayah begitu menyayangimu, tidak ada yang lebih penting darimu di dunia ini. Tapi Bu Sari dan Bayu, mereka berbeda. Mungkin suatu saat kau akan mengerti.” ucap Tuan Wisnu panjang sembari mengusap air matanya, ia tahu Anna mendengar ucapannya.

Sementara Anna, sepanjang ucapan Tuan Wisnu tak henti-hentinya ia menangis. Mati-matian ia menahan suaranya dengan menutup mulutnya menggunakan selimut.

Tuan Wisnu lalu menepuk bahu Anna sejenak, sebelum akhirnya meninggalkan kamar Anna.

Setelah kepergian ayahnya, tangisan Anna langsung pecah begitu saja. Ia menangis terisak tanpa tahu kalau ternyata Tuan Wisnu bisa mendengarnya di balik pintu. Dadanya terasa sesak, tak ada yang lebih menyakitkan baginya selain melihat putri semata wayangnya menangis. Apalagi itu karena kesalahannya.

Dari kejauhan, Bu Sari melihat majikannya tersebut. Ia juga ikut-ikutan menitikkan air mata melihat hubungan anak dan ayah itu sedang tidak baik.

Di tempat yang berbeda, Bayu yang sudah sampai di apartemennya juga gelisah tak bisa tidur. Ia masih menatap ke luar jendela melihat pemandangan kota di malam hari yang terlihat indah. Namun pikiran Bayu melayang jauh entah ke mana. Tiba-tiba saja terdengar suara pesan masuk di ponselnya yang langsung membangunkan lamunannya. Ia membaca pesan itu, dan entah apa isinya. Namun wajahnya terlihat memikirkan sesuatu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!