Bayu Kusuma

Anna tak menyangka jika pria itu ternyata melihat semuanya.

"Aku berusaha untuk tidak ikut campur. Tapi telingaku panas mendengar semuanya. Ocehanmu itu benar-benar merusak pendengaranku. Kakiku tidak bisa untuk diam saja. Hatiku terlalu lembut, jiwa penolongku memberontak." ucap pria itu kesal pada dirinya yang terlalu baik itu.

"Mungkin kau tidak tahu karena hatimu sudah membeku, dan jiwamu itu kasar, berbeda denganku." katanya lagi.

Anna sangat geram mendengarnya, dia tidak suka dengan ucapan pria itu.

"Memangnya kenapa? Salah dia sendiri kenapa menaruh kursi di jalanan." ucap Anna membela diri.

"Dia memang salah, tapi kau juga salah. Lagi pula aku lihat kakimu hanya memar, sementara kau membuat pelayan itu sampai berdarah-darah." pria itu melihat membandingkan kaki Anna dengan pelayan itu.

Anna terlihat sangat marah kali ini, ia menghembuskan napasnya berulang kali untuk menghilangkan rasa marahnya namun tidak bisa. Sementara Bu Sari sudah panik melihatnya.

Ya ampun... pria itu benar-benar. setidaknya jangan menyalahkannya walau memang dia salah.

batin Bu Sari gusar.

Anna mengarahkan pandangannya pada Bu Sari, dan seketika membuatnya menjadi takut hingga tak berani untuk menatap mata Anna.

"Bu Sariii!! kenapa kau membiarkan orang seperti ini masuk ke rumahku!!!

CEPAT USIR DIA SEKARANG !!!" perintah Anna dengan berteriak sangat keras, dia tidak bisa menahan amarahnya lagi dan baru saja meledakkan bomnya.

Bu Sari dan pelayan lainnya hanya bisa memejamkan mata mendengar suara teriakan Anna, sementara pria itu secara terang-terangan menutup telinganya.

Di saat suasana sudah memanas, Tuan Wisnu datang tepat pada waktunya. "Ada apa ini ?" tanyanya.

Mendengar suara tersebut, semua orang pun langsung menoleh dan mendapati keberadaan Tuan Wisnu di sana. Bu Sari menghembuskan napasnya lega, lalu pria itu menurunkan kedua tangannya dari telinga.

Sementara Anna sendiri langsung menghampiri ayahnya. "Ayah lihat pria aneh itu!" Anna menunjuk ke arah yang dimaksud. "Dia sudah lancang masuk ke rumah ini tanpa izin. Cepat usir dia, Ayah!" suruh Anna seraya menatap tak suka pria yang disebutnya aneh itu.

"Sekarang mengadu seperti anak kecil." gumam pria asing tadi yang ternyata didengar oleh Anna sehingga langsung menatapnya tajam. Sontak saja Pria itu langsung merapatkan bibirnya agar tak bersuara lagi.

Tuan Wisnu lalu melihat sosok yang dimaksud putrinya tersebut. "Siapa yang kau maksud orang aneh itu dia?" tanya Tuan Wisnu sambil menunjuk ke arah pria yang dimaksud.

Anna langsung mengangguk seperti anak kecil dan meminta ayahnya untuk segera mengusir orang tersebut.

"Bagaimana bisa Ayah mengusirnya, sementara Ayah sendiri yang menyuruhnya datang." jawab Tuan Wisnu dengan diiringi tawa kecilnya.

Raut wajah Anna tampak bingung, dia gagal mencerna ucapan ayahnya. Tuan Wisnu yang melihatnya pun mencoba untuk menjelaskan.

"Orang yang kau sebut aneh itu, sekretaris Ayah."

Anna terkejut mendengarnya hingga matanya tampak melotot tak percaya. Ia lalu mengalihkan pandangannya pada Bu Sari yang langsung memberi anggukan seolah tahu apa yang Anna maksud. "Bagaimana mungkin orang aneh ini bisa menjadi sekretaris Ayah?" tanya Anna menatap ayahnya tak percaya.

"Memangnya kenapa? Biar Ayah kenalkan, ini Bayu. Bayu, ini anak saya Anna." Tuan Wisnu memperkenalkan keduanya.

Bayu langsung mengulurkan tangannya di depan Anna sembari tersenyum. Sementara Anna hanya memandanginya tidak suka, bahkan ia tidak berniat menyambut uluran tangan Bayu. Dengan terpaksa Bayu pun menarik tangannya kembali.

Sudah kasar, pemarah, angkuh lagi.

gumam Bayu dalam hatinya.

Tuan Wisnu yang melihat tingkah keduanya pun hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Kau sudah lama di sini?" tanya Tuan Wisnu pada sekretarisnya.

"Sudah lumayan, Tuan." jawab Bayu ramah yang membuat Anna langsung mendecih tidak suka.

"Dasar cari muka." gumamnya.

Bayu mulai terpancing emosi, namun Tuan Wisnu langsung menghampirinya kemudian menepuk pundaknya. "Sebaiknya kita berangkat sekarang. Bukankah ada rapat penting hari ini?"

Bayu lalu mengatur napasnya supaya kembali tenang, setelah itu ia tersenyum pada tuannya. "Baiklah Tuan, silahkan!" ia mempersilahkan Tuan Wisnu untuk jalan lebih dulu.

Tuan Wisnu tersenyum kemudian mulai melangkah diikuti dengan Bayu di belakangnya.

Sementara Anna tidak terima ditinggalkan begitu saja kemudian berteriak pada ayahnya. "Ayah ... kenapa pergi begitu saja? Bukankah Ayah berhutang penjelasan padaku!" teriaknya kesal, namun diabaikan begitu saja oleh ayahnya.

Justru Bayu yang menoleh dan melambaikan tangan padanya seakan mengejeknya. Tentu saja Anna sangat kesal hingga bersungut-sungut. Dari raut wajahnya sudah tak bersahabat, dan jika sudah begitu pasti ada yang terkena imbasnya.

Anna lalu mengarahkan tatapan tajamnya pada Bu Sari yang kemudian menelan salivanya dengan susah payah. "Bu Sari! Kau pasti sudah tahu 'kan dia itu sekretaris Ayah? Kenapa tidak bilang dari tadi?" ucap Anna marah.

"Maafkan saya Nona, tadi saya sudah ingin memberi tahu. Tapi Nona sendiri yang memotong perkataan saya." jawab Bu Sari yang langsung membuat Anna semakin marah. Dan sepertinya Bu Sari juga baru menyadari kalau ia sudah salah berbicara lagi.

"Berani ya sekarang! Sudah pintar menjawab? kenapa? Kau juga menyalahkan aku, hah?"

"Ti-tidak Nona, maksud saya bukan begitu..."

"Sudahlah! Bawakan makanan ke kamarku!" perintah Anna lalu beranjak pergi.

"Baik, Nona." sahut Bu Sari.

Setelah Anna tak terlihat lagi, baru ia menghela napas panjang.

......................

Bayu pergi bersama Tuan Wisnu ke beberapa tempat untuk menghadiri rapat satu ke rapat yang lainnya.

Rapat terakhirnya kini berada di kantor. Bayu mendapat perintah untuk presentasi di depan investor, dan ia membawakannya dengan sangat baik.

Setelah selesai presentasi, Bayu langsung mendapat tepuk tangan dari investor tersebut. Sepertinya dia puas dengan penjelasan Bayu.

"Tuan Wisnu, Anda tidak salah memilih orang. Sekretaris Anda ini sangat berkompeten, saya sangat puas dengan pembawaan dan materi yang ia sampaikan." ucap investor tersebut.

Tuan Wisnu tersenyum lalu menatap Bayu sebentar, baru setelahnya ia mengucapkan terima kasih pada investor itu.

"Baiklah Tuan, sepertinya saya tertarik bekerja sama dengan perusahaan Anda. Kita adakan pertemuan selanjutnya untuk penandatangan kontrak." ucap investor tersebut.

Tuan Wisnu sangat senang, ia lalu berdiri dan menjabat tangan investor itu.

"Baiklah Tuan, terima kasih. Semoga kerja sama ini berjalan dengan baik." ucap Tuan Wisnu.

Tuan Wisnu dan rombongan lalu mengantar investor itu hingga menaiki mobilnya. Setelah kepergian mereka, lalu Tuan Wisnu menghampiri Bayu kemudian menepuk pundaknya.

"Selamat! Semua berjalan lancar atas dirimu. Kerja bagus!" Tuan Wisnu tersenyum puas.

Bayu pun membalasnya dengan mengucapkan terima kasih pada Tuan Wisnu. Namun tiba-tiba saja Tuan Bambang menghampiri mereka. Tuan Bambang adalah adik ipar dari Tuan Wisnu. Istri Tuan Bambang yang merupakan adik dari Tuan Wisnu telah meninggal dunia. Dan sepertinya hubungan keduanya memang tidak terlalu baik.

Tuan Bambang lalu menatap Bayu seakan memintanya untuk pergi. Bayu yang langsung mengerti pun segera pamit undur diri.

"Selamat atas keberhasilanmu, Kak. Presentasinya lancar, dan investor itu mau bekerja sama dengan perusahaan kita." ujar Tuan Bambang sambil tersenyum namun terlihat tidak tulus.

"Terima kasih. Semuanya karena Bayu, dia melakukannya dengan sangat baik. Lain ceritanya jika aku salah memilih orang mempresentasikannya tadi." balas Tuan Wisnu sambil tersenyum remeh menyindir seseorang.

Tuan Bambang langsung merasa tersindir karena sebelumnya ia yang bersikeras mewakili perusahaanya untuk presentasi di depan investor. Senyum di wajahnya kini tak lagi terlihat berganti dengan raut wajahnya mengeras. Dia sepertinya sedang menahan emosinya.

Sementara Bayu yang akan kembali ke ruangannya langsung mendapatkan banyak ucapan selamat dari rekan-rekannya. Dia yang memang ramah pun membalas mereka sambil tersenyum, kemudian mengucapkan terima kasih disertai tundukan kepalanya berulang kali. Setelah tiba di ruangannya, ia pun menyandarkan punggungnya di kursi untuk mengistirahatkan tubuhnya. Matanya terpejam, rasanya hari ini sangat melelahkan baginya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!