Ketahuan

Anna lalu berhenti di depan hotel, dekat pintu masuk. Beberapa kali ia menghentakkan kakinya karena geram, tak ketinggalan dengan kedua tangannya yang mengepal berusaha menahan amarahnya. Ingin rasanya ia berteriak sekencang-kencangnya untuk menghilangkan perasaan kesal di hatinya. Namun Anna juga tahu tempat, tidak mungkin ia mempermalukan dirinya sendiri jika berteriak. Orang akan menganggapnya gila nantinya.

Anna berusaha mengatur napasnya. Dia mengambil napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya pelan-pelan. Begitu pula seterusnya. Namun sepertinya itu tidak berhasil meredam amarahnya.

“Kenapa Ayah bisa mengambil keputusan sebesar itu?” Anna meluapkan amarahnya dengan berteriak. Seketika orang yang berlalu lalang dikejutkan suara teriakannya. Mereka menggeleng-gelengkan kepalanya dan berpikir wanita itu gila. Anna yang sudah murka, tak menghiraukan orang-orang di sekitarnya lagi. Dadanya naik turun, dia berusaha mengendalikan dirinya.

“Tidak-tidak .....” Anna menggeleng-gelengkan kepalanya dengan terus berjalan mondar-mandir seperti setrikaan.

“Pasti pria aneh itu yang mempengaruhi ayahku. Sebenarnya apa mau dia sih? Kemarin perusahaan, dan sekarang hotel. Apa dia ingin mengusai semuanya?” Anna berdecak sebal.

“Aku harus memikirkan sesuatu.” Anna mencoba berpikir. Namun di tengah-tengah pemikirannya, ia mencoba menajamkan indra pendengarannya. Ada suara derap langkah orang menuju arahnya. Anna langsung mencari tempat bersembunyi.

Rupanya Tuan Wisnu beserta rombongan yang keluar, mereka berhenti tepat di mana Anna berdiri tadi.

“Bayu, kamu jangan khawatir. Di sini ada Randy yang akan membantu pekerjaanmu.” ujar Tuan Wisnu sambil menyentuh bahu Bayu dan melempar senyuman. Bayu membalas senyuman itu pada Tuan Wisnu, kemudian beralih ke Randy.

“Baiklah Tuan. Saya permisi dulu untuk mempersiapkan segala sesuatunya.” ujar Randy. Karyawan hotel yang sedari tadi menemani mereka itu kemudian pamit undur diri. Tuan Wisnu dan Bayu mengangguk sambil tersenyum sebelum akhirnya Randy meninggalkan mereka berdua.

“Saya serahkan urusan di hotel ini padamu. Saya yakin kamu bisa mengurusnya dengan baik.” Tuan Wisnu lagi-lagi menyentuh bahu Bayu dengan terus tersenyum. Bisa dilihat jika Tuan Wisnu sangat mempercayainya bahkan memperlakukan dia seperti putranya sendiri.

Sementara Anna melihat Bayu dengan penuh amarah dan kebencian. Tangannya meremas-remas tanaman di hadapannya.

“Baiklah, Tuan.” Bayu tersenyum. Namun Tiba-tiba Bayu teringat sesuatu. “Tapi, bagaimana dengan perusahaan jika saya di sini ?” Ia merasa cemas untuk meninggalkan tanggung jawabnya pada perusahaan.

“Kamu memang sangat bertanggung jawab, Nak.” Tuan Wisnu tersenyum bangga. “Kamu tidak perlu mencemaskan perusahaan. Saya masih bisa mengatasinya.” ujarnya mencoba menenangkan Bayu.

“Baiklah, Tuan.” namun perasaan Bayu belum merasa lega, ia masih tidak tenang meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Dia kemudian berpikir untuk mencari solusinya.

“Bagaimana kalau nanti saya minta Kevin, untuk membantu pekerjaan Anda sementara ini? Saya benar-benar tidak tenang, Tuan.” Bayu memberi saran. Ia masih cemas, bagaimana pun Tuan Wisnu pasti membutuhkan bantuan.

Tuan Wisnu menghela napasnya. “Baiklah, Nak. Kau atur saja.” Tuan Wisnu kembali tersenyum, begitu pula dengan Bayu.

Dasar! Bermuka dua.

Anna mengumpat Bayu dalam hatinya. Tangannya masih meremas-remas tanaman. Namun tiba-tiba saja dia mengaduh kesakitan.

"Awww, sakit ....."

Tuan Wisnu dan Bayu mendengar suara itu. Mereka berdua saling bertukar pandang. Tapi sepertinya Bayu menyadari sesuatu.

Gadis itu masih di sini rupanya. Bayu senyum-senyum sendiri. Sementara Pak Wisnu menatap Bayu aneh.

“Kenapa kamu malah senyum-senyum sendiri ?" tanya Tuan Wisnu heran.

Seketika Bayu langsung berhenti tersenyum. “Tidak apa-apa, Tuan. Biar saya periksa asal suara itu.” Bayu mengalihkan perhatian Tuan Wisnu pada suara tadi. Tuan Wisnu pun mengangguk, dan Bayu mulai berjalan mendekati Anna.

Sementara Anna, tengah memegangi tangannya yang terasa sakit. Karena terlalu fokus dengan Bayu, tangannya tak sengaja meremas tanaman kaktus. Mungkin ia mengira tanaman itu sama, dengan tanaman yang tadi diremasnya.

Tubuh Anna menegang saat terdengar tapak kaki yang mendekat. Ia memejamkan matanya dalam-dalam, dan menghentikan napasnya. Dia terlihat tegang.

Namun tiba-tiba matanya terbuka kembali.

Tunggu ... kenapa aku harus takut? Memangnya apa yang salahku? batin Anna. Ia lalu berdiri kemudian keluar dari persembunyiannya.

“Nona Anna,” Bayu pura-pura terkejut, saat melihat Anna. Sementara Anna menatapnya dengan horor.

“Anna ??” Tuan Wisnu mendengar Bayu menyebut Anna, dia kemudian menghampirinya.

Dan benar saja, Tuan Wisnu melihat Anna tengah berdiri dengan wajah kesal.

“Anna, kenapa kamu di sini ?” Tuan Wisnu terkejut dengan kehadiran Anna.

Anna beralih menatap ayahnya. “Ayah aku ingin bicara berdua denganmu.” Anna kembali menatap horor ke Bayu lagi.

Awas kau !

Ia lalu berjalan pergi lebih dulu.

Bayu sebenarnya ingin tertawa, namun berusaha ditahan. Tuan Wisnu masih di sana dengan wajahnya yang masih bingung. Tuan Wisnu menepuk bahu Bayu sebelum akhirnya pergi menyusul Anna.

Setelah kepergian Tuan Wisnu, Bayu tak bisa lagi membendung tawanya lagi. Dia tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.

“Dasar tikus kecil, akhirnya ketahuan juga.” gumam Bayu disela-sela tawanya. Tak terasa, matanya sampai berair gara-gara tertawa.

“Wajahnya itu, lucu sekali.” Bayu diam sesaat, menyeka pelupuk matanya yang berair. Namun kembali tertawa bila mengingat wajah Anna.

Randy si karyawan hotel berada di belakang Bayu. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung sekaligus heran dengan tingkah Bayu.

Saat masih sibuk dengan aksi tawanya, Bayu memutar tubuhnya ke belakang. Seketika ia menutup mulutnya dan menghentikan aksi tawanya itu. Bayu kembali memutar tubuhnya membelakangi Randy. Ia memejamkan matanya dalam-dalam.

Randy berdehem, lalu mencoba berbicara pada Bayu.

“Ehem, maaf Pak. Saya ingin memperkenalkan beberapa karyawan di sini secara langsung pada Anda.” Randy berusaha tetap hormat walaupun telah melihat tingkah aneh Bayu.

Bayu lalu membuka matanya. “Baiklah, saya akan menyusul.” ujar Bayu, mencoba berwibawa lagi. Meski Wibawanya sempat turun barusan.

Randy lalu menunduk hormat sebelum akhirnya pergi. Disela-sela langkahnya, ia tersenyum sambil menggelengkan kepala.

Bayu berbalik dan memastikan Randy telah pergi. Ia lalu berdecak kesal pada dirinya sendiri. Dua mengusap wajahnya dengan kasar.

Apa yang kamu lakukan Bayu? pasti dia pikir kamu gila.

Bayu merapikan setelan jasnya lalu berjalan memasuki hotel.

Ditempat lain, Anna tengah duduk di kursi taman hotel. Dia menanti kedatangan ayahnya. Dia langsung memasang wajah cemberut saat melihat kedatangan ayahnya. Tangannya bersedekap, lalu membuang muka saat tatapannya bertemu dengan ayahnya.

Tuan Wisnu berdiri di samping Anna, heran dengan sikap putrinya itu. Terlebih dengan kedatangan Anna yang tak terduga.

“Kamu kenapa, Sayang? Dan untuk apa kamu di sini?” Tuan Wisnu mulai bertanya pada Anna.

“Tidak penting kenapa aku di sini. Yang paling penting itu, kenapa Ayah dengan mudahnya memberikan tanggung jawab hotel pada pria aneh itu.” tegas Anna.

Tuan Wisnu tersenyum, ia lalu duduk di sebelah Anna. Tetapi Anna memalingkan wajahnya ke arah lain.

“Memangnya kenapa? Bayu karyawan Ayah, dan hotel ini juga punya Ayah.” Tuan Wisnu merasa tidak ada yang salah dengan tindakannya.

Anna menatap ayahnya tak setuju.

“Tapi Ayah ... kenapa harus dia? Memangnya tidak ada yang lain? Aku tidak percaya padanya.” ujar Anna sambil merengek.

Tuan Wisnu menghela napas. “Lalu siapa? Kamu? Nanti habis karyawan Ayah kamu pecat semua. Lagi pula, Ayah percaya dia. Tidak ada yang Ayah percayai selain dia.” tegas Tuan Wisnu.

“Ayah ...... ”

“Sudahlah, Anna!" Tuan Wisnu memotong perkataan Anna. Ia mulai tidak suka dengan rengekkannya itu.

“Ini keputusan Ayah. Lagi pula, ini tidak ada pengaruhnya buatmu 'kan. Lebih baik kita kembali sekarang!” Tuan Wisnu berdiri lalu merapikan jasnya.

“Ayah akan meninggalkan dia di sini? Tanpa Ayah?” Anna mendongak untuk menatap ayahnya.

“Tentu saja. Kalau Ayah di sini, bagaimana dengan perusahaan? Lalu untuk apa Bayu di sini sebagai manager, jika Ayah harus di sini juga ?” ujar Tuan Wisnu.

Perkataan ayahnya membuat Anna semakin tak rela. “Ayah .... ” ucapnya sambil memelas.

“Sudahlah, ayo kita pulang!” perintah Tuan Wisnu dengan tegas. Ia lalu melangkah pergi.

Anna masih terdiam dengan wajah yang ditekuk. Rasanya keputusan yang dibuat ayahnya terkesan dipaksakan, dan terlalu terburu-buru. Tanpa tahu akibatnya nanti. Ia tidak tenang jika meninggalkan Bayu di sini tanpa pengawasan.

Merasa tidak ada yang mengikutinya, Tuan Wisnu menengok ke belakang. Ia lalu menghela napas kasar. Dilihatnya Anna masih terduduk.

“Anna!” panggil Tuan Wisnu. Anna menatap ayahnya, ia lalu bangun dan beranjak dengan malas.

Anna terdiam di dalam mobil bersama ayahnya. Tuan Wisnu melihat Anna yang memalingkan wajahnya. Ia lalu kembali menatap lurus ke depan.

“Mobilmu, Ayah akan suruh orang untuk membawanya.” kata Tuan Wisnu. Anna sama sekali tak bergeming dengan perkataan ayahnya.

Kemudian masuklah seseorang yang duduk di bangku kemudi.

“Kita berangkat sekarang, Tuan ?” tanyanya.

“Iya.” Tuan Wisnu menjawab singkat. Terdengar suara mesin mobil dinyalakan. Sopir itu hendak menginjak pedal gas.

“Tunggu dulu!" Anna menghentikan sopir saat akan menjalankan mobilnya, seketika sopir itu langsung menginjak rem.

Tuan Wisnu terkesiap. Dia menatap Anna penuh tanya.

“Ada apa Anna ?” tanyanya tak mengerti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!