Di luar Dugaan

Saat suasana tegang dengan pandangan yang saling beradu, tiba-tiba dikagetkan dengan suara ketukan pintu. Anna menoleh ke pintu.

“Siapa?” Bayu yang bersuara.

“Randy Pak. Boleh saya masuk?” suara Randy dari balik pintu.

Bayu nampak berpikir.

“Tunggu di sana saja.”

Bayu lalu mengambil jasnya dan memakainya kembali. Ia berjalan mendekati Anna.

“Kamu bisa mengganti pakaianmu di sana.” dia menunjuk ke arah pintu di sudut ruangan itu. Ia lalu melihat jam di tangannya.

“Aku tunggu kamu di luar. Aku rasa lima menit cukup untuk mengganti pakaian.” Anna tampak tercengang.

Bayu tersenyum manis, lalu melangkahkan kakinya ke luar ruangan. Anna baru menoleh, setelah Bayu hilang di balik pintu.

“Kenapa dia selalu memerintahku! Dia jadi besar kepala gara-gara Ayah.” Anna kesal gara-gara Bayu. Belum reda amarahnya tadi, kini ditambah-tambahin lagi.

Anna berdecih. “Lima menit dia bilang? biarkan saja dia menunggu.” Anna lalu berjalan menuju pintu yang ditujukan Bayu.

Beberapa menit kemudian.

Randy nampak bingung dengan tingkah Bayu kali ini. Dia memintanya untuk menemui team dekorasi, tapi justru berdiri di luar ruangan seperti itu. Entah apa yang dilakukan. Sementara Bayu, tengah menyandarkan tubuhnya pada dinding, berulang kali melihat jam di tangannya.

Gadis kasar itu! Sepertinya dia balas dendam padaku.

Bayu mulai kesal. Ia memasukkan kedua tangannya pada saku celananya, dengan kaki disilangkan.

Randy berdehem. “Maaf Pak, sebenarnya apa yang kita tunggu ?” ia akhirnya buka suara.

Bayu menatap Randy, namun kepalanya nampak berpikir.

“Aku sedang menunggu seseorang.” jawabnya.

“Seseorang? Siapa ?” tanya Randy. Namun langsung tersadar atas kelancangannya.

“Maaf Pak, saya....”

“Tidak apa-apa.” Bayu langsung menyela.

“Santai saja. Tidak perlu terlalu formal.” imbuhnya lagi, tak lupa dengan senyuman manisnya.

Randy menangguk tanda mengerti. Ia juga membalas senyumannya.

Bayu melihat jam di tangannya lagi, lalu menghela napas kasar. Ia tidak bisa berdiam diri lagi. Bayu lalu beranjak masuk ruangan. Namun baru dua langkah memasuki ruangan, ia berjalan mundur kembali.

“Kamu boleh pergi lebih dulu, nanti saya menyusul.” perintah Bayu pada Randy. Seketika Randy menurut. Ia menunduk hormat sebelum akhirnya pergi.

Bayu memasuki ruangan, lalu menuju pintu lain di ruangannya. Ia mengetuk pintu lebih dulu, karena takutnya Anna masih belum siap berganti pakaian.

Beberapa kali dia mengetuk pintu, namun tak kunjung mendapat jawaban. Bayu semakin kesal dibuatnya.

Apa dia kabur. Tapi aku yakin tidak melihatnya ke luar ruangan ini. Dia tidak mungkin loncat 'kan.... Kalau dia tidak mau jadi pelayan, bisa langsung pulang. Kenapa harus susah-susah. Apa sengaja membuatku menunggu. Dia ingin membalasku....

Bayu menduga-duga dalam hatinya.

Daripada aku bertanya-tanya sendiri, lebih baik langsung masuk. Kalau sampai terjadi sesuatu, bisa mati aku.

Bayu mengetuk pintu sekali lagi. “Hei, aku masuk ya....” namun tak ada suara balasan. Akhirnya, pelan-pelan Bayu membuka pintu.

Bola mata Bayu mencari-cari sosok Anna. Namun tak kunjung ditemukan. Hanya ada tasnya di atas ranjang.

“Tasnya masih di sini, tapi..... di mana orangnya ?” Bayu melihat sebuah pintu lagi. Ia lalu berjalan ke arah pintu itu yang diyakini sebagai pintu kamar mandi.

Bayu mengetuk beberapa kali, namun juga tak ada jawaban. Dia lalu membuka pintu itu dan memasukinya. Matanya terbelalak, betapa terkejutnya dia dengan apa yang dilihatnya.

Bayu diam mematung, pikirannya seketika kosong. Beberapa detik kemudian, Bayu menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menyadarkan dirinya.

“Dasar bodoh! Kenapa malah bengong.” Bayu merutuki dirinya, dengan sigap ia bergegas mengangkat tubuh Anna yang tergeletak di lantai. Untuk saja dia sudah selesai berganti pakaian. Kalau tidak, entah bagaimana.

Bayu membaringkan Anna di ranjang dengan perlahan. Dilihatnya dahi Anna yang memar. Sepertinya dia tak sengaja jatuh. Tentu saja, masa iya dia sengaja menjatuhkan dirinya sendiri.

Bayu bertolak pinggang sambil memandangi Anna. Bingung, mungkin itu yang dirasakan Bayu.

“Lalu sekarang bagaimana ?” Otak Bayu tiba-tiba jadi lamban berpikir.

“Kenapa aku merasa benar-benar bodoh ya,” Bayu memukuli kepalanya sendiri. Ia lalu memandang sekelilingnya. Ia bergegas menuju meja di samping ranjang. Dibukanya satu per satu laci. Namun tak menemukan apapun. Bayu lalu ke luar dari kamar itu.

Beberapa saat kemudian, dia kembali dengan membawa minyak angin. Ia berjongkok, lalu diberikannya minyak itu pada Anna. Dia menempatkan minyak angin tersebut di depan hidung Anna, berharap segera membuka matanya.

Hening.

Bayu nampak memandangi wajah Anna yang terpejam. Dia terlihat damai, berbeda saat sadar. Bayu juga dibuat terpesona lagi dengan kecantikannya. Tanpa sadar, tangannya tergerak untuk menyibakkan rambut yang menutupi dahi memarnya.

Anna seperti merasakan sentuhannya. Bayu langsung menyadari tindakannya, segera ia menjauhkan tangannya.

Perlahan Anna membuka matanya. Pandangannya masih buram.

“Kau sudah bangun ?” tanya Bayu sembari menggerakkan tangannya di depan wajah Anna.

Anna mengerjapkan matanya beberapa kali. Pandangannya mulai terlihat. Begitu jelas, Anna melihat wajah Bayu. Matanya kemudian melotot. Dengan sigap Anna mencoba bangun, tapi kemudian memegangi kepalanya. Rasanya sangat nyeri, Anna mendesis kesakitan.

“Hei.... istirahatlah.” Bayu mengangkat setengah tubuhnya, memegangi bahu Anna, tapi Anna langsung menepisnya.

“Apa pedulimu!"

“Jelas aku peduli. Tuan Wisnu menitipkanmu padaku.”

“Sudahlah. Berhenti berpura-pura. Di sini tidak ada ayahku.”

Bayu berdiri, kemudian mendesah.

“Walaupun tidak ada ayahmu, aku akan tetap melakukannya. Sudah menjadi tanggung jawabku.”

Anna memutar bola matanya jengah.

Apalagi sekarang?

“Istirahatlah! Aku akan kembali nanti.” Bayu berbalik. Namun Anna langsung menghentikan niatnya untuk pergi.

“Tidak perlu.” Anna beranjak berdiri. Bayu mencoba membantunya, namun Anna langsung menyingkirkan tangan Bayu darinya.

“Kenapa kau keras kepala sekali.” Bayu nampak kesal. Anna sudah bisa berdiri, namun masih memegangi kepalanya. Setelah dirasa kuat, Anna melangkahkan kakinya. Sementara Bayu hanya pasrah, dia tidak bisa membantunya.

“Kenapa kau diam saja.” Anna mendengus kesal. Bayu menghela napas, lalu berjalan dan mendahului Anna. Anna juga mendengus kesal.

Mereka menemui Bu Laras. Semua orang di sekitarnya memandangi mereka. Termasuk Chef Ina.

Dia tidak mungkin wanita itu kan.....

Batin Chef Ina bertanya-tanya. Tapi kemudian ia mengingat sesuatu, ia bergegas pergi.

“Bu Laras, saya membawa pelayan baru. Untuk memperingan pekerjaan kalian.” Bayu membawa Anna di belakangnya.

Bu Laras menatap Anna dengan senyuman, tapi Anna nampak acuh, tangannya bersedekap dan angkuh. Ia kemudian memalingkan perhatiannya.

Bayu mengetahui sikap acuh Anna.

“Anda sangat pengertian Pak, terimakasih. Maaf jika itu menyusahkan Anda dengan hal kecil seperti ini.” Bu Laras tersenyum ramah.

“Ah, tidak apa-apa.” Bayu membalas senyumannya.

“Tapi, bisa kita berbicara berdua ?” Bayu nampak serius.

“Baiklah Pak. Tapi sebentar,” Bu Laras melihat sekeliling. “Danu !” Bu Laras melambaikan tangannya. Seketika orang itu pun mendekat.

“Kita kedatangan anggota baru.” Bu Laras menatap Bayu penuh tanya.

“Namanya Anna.” Bayu seperti mengerti tatapan Bu Laras padanya.

Namanya sama seperti hotel ini. Keningnya Bu Laras berkerut. Juga dengan Danu.

Bayu menatap keduanya, kemudian baru tersadar.

Ya ampun, aku lupa... tapi sudahlah, semoga tidak ada yang curiga. Nama Anna bukan hanya satu di dunia ini.

“Baiklah Anna, kamu bisa ikut dengan Danu. Dia akan memberitahu tugas-tugasmu.” Anna masih diam dan acuh.

Bu Laras lalu melirik Danu, seketika Danu mengerti.

“Baiklah Anna, ikut denganku!” Danu tersenyum ramah walau dibalas wajah juteknya. Ia kemudian membungkuk hormat, lalu bergegas pergi. Anna mengikutinya dengan enggan.

Bayu dan Bu Laras memperhatikan tingkah Anna dari belakang.

Semoga dia tidak buat masalah. batin Bayu.

Sementara Bu Laras. Wanita itu, angkuh sekali. Aku punya firasat buruk tentangnya.

Kini tinggal mereka berdua. Bayu mengamati sekeliling, memastikan tidak ada yang mendengar. Bu Laras memperhatikan tingkah aneh Bayu.

“Apa yang ingin Anda bicarakan Pak ?” dia menanyakan maksud dan tujuan Bayu.

Bayu menatap Bu Laras. “Saya hanya ingin memberitahu sesuatu. Sebenarnya tidak terlalu penting, tapi saya rasa Anda perlu tahu.”

Bu Laras mendengarkan dengan cermat.

“Begini, sebenarnya Anna itu teman saya.” Bu Laras sedikit terkejut.

“Dia sedang kesusahan dan membutuhkan pekerjaan. Jadi, saya memberikannya pekerjaan. Mungkin akan sulit untuknya. Jadi, mohon Bu Laras membimbingnya.”

Pak Bayu baik sekali. Bu Laras lalu tersenyum. “Baiklah Pak. Saya akan berusaha sebaik mungkin.”

“Tapi Bu, Anda tidak perlu memperlakukannya secara khusus, walaupun dia teman saya. Perlakuan dia seperti yang lain. Jika dia salah, Anda bisa menghukumnya.” tambah Bayu.

Dia benar-benar menawan.

“Baiklah Pak, saya mengerti.” diikuti dengan anggukan Bu Laras.

“Sama, satu lagi. Jangan beritahu siapapun kalau dia temanku. Aku tidak ingin yang lain berpikir buruk tentangku.”

“Kenapa Anda berpikiran seperti itu. Anda sangat baik, bahkan memberinya pekerjaan.” Bu Laras sedikit bingung.

“Justru itu, orang akan berpikir kalau aku tidak adil. Mereka pasti butuh perjuangan untuk bekerja di sini, walaupun hanya seorang pelayan. Sementara Anna, dia langsung bisa bekerja tanpa proses. Mereka pasti akan beranggapan aneh-aneh. Apalagi, saya baru di sini. Jadi, tolong rahasiakan saja.” Bayu memberikan penjelasan.

Bu Laras menganggukkan kepalanya lagi.

“Baiklah Pak. Apa ada lagi ?”

“Tidak ada. Anda bisa kembali. Terima kasih sudah mendengarkan saya.”

“Sama-sama. Saya permisi dulu.” Bu Laras tersenyum, ia membungkuk hormat lalu berbalik pergi.

“Bu Laras !” Bayu memanggilnya lagi, seketika Bu Laras berhenti dan berbalik. “Iya Pak.”

“Bisakah Anda memberi ruang lebih untuk kesabaran Anda ?.”

“Maksudnya ?” Bu Laras tak mengerti.

Bayu tersenyum lebar. “Saya minta Anda untuk bersabar lebih banyak. Anda bisa pergi sekarang.” Bayu mempersilahkan dengan tangannya.

Bu Laras menunduk hormat, raut wajahnya masih terlihat bingung. Ia lalu berbalik dan melangkahkan kakinya dengan pelan.

Bersabar...... tapi, untuk apa ??

Ah, Sudahlah......

Bu Laras tak ambil pusing dengan ucapan Bayu. Dia mempercepat langkahnya.

**

Jangan lupa tinggalkan jejak-jejak kalian.....

Happy reading

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!