Masuk Perangkap

Tuan Wisnu menatap putrinya, masih dengan wajah terkejutnya. Ia tak mengerti dengan maksud Anna memberhentikan mobilnya.

Anna kini menatap balik ayahnya.

“Ayah, aku tidak ingin pulang. Izinkan aku di sini.” pintanya.

“Apa?” Tuan Wisnu masih belum mengerti.

“Aku tidak bisa membiarkan dia ... izinkan aku tetap di sini ... aku yang akan mengawasinya.” kata Anna.

“Anna ....... "

“Ayah ..... aku mohon. Akan kupastikan semuanya. Jika memang tidak ada apa-apa, aku akan kembali. Aku mohon,” Anna berusaha meyakinkan ayahnya. Dia juga mengantupkan tangannya seraya memohon, ditambah dengan wajah memelasnya.

Tuan Wisnu memalingkan wajahnya, lalu menghela napas kasar. Ditatapnya wajah putrinya sekali lagi.

“Ayah .... " Anna memasang wajah memelas. Dan itu yang selalu membuat Tuan Wisnu luluh seketika.

“Baiklah,” Tuan Wisnu mengusap wajah Anna yang mulai tersenyum bahagia lagi. Dia senang, ayahnya mengizinkannya tetap tinggal. Anna lalu memeluk ayahnya dengan erat, sementara Tuan Wisnu menyambutnya dengan hangat.

Masih di ruangan yang sama, kini Randy dan Bayu berdiri di tengah-tengah karyawan hotel.

“Pak Bayu, izinkan saya perkenalkan karyawan-karyawan di sini. Tapi mungkin hanya beberapa saja, yang lainnya masih harus melanjutkan pekerjaan mereka.” Randy meminta izin Bayu, yang langsung dibalas dengan anggukan dan senyuman Bayu.

“Di situ ada juru masak hotel kita yang paling handal. Yaitu Chef Angga dan juga Chef Ina.” Randy menunjuk kedua orang berpakaian koki itu. Bayu tersenyum pada orang yang dimaksud, begitu pula sebaliknya.

“Di sebelah mereka ada kepala pelayannya bernama Bu Laras.” Randy kembali menunjuk. Bayu dan Bu Laras kemudian saling bertukar senyuman.

“Di belakang Bu Laras ada beberapa pelayan. Di sana ada Sasa, Indah, dan Danu.” Randy menunjuk satu per satu pelayan dengan menyebut nama mereka. Lagi-lagi Bayu bertukar senyuman pada mereka.

“Sementara itu saja, Pak.” Bayu mengangguk. “Apa ada yang ingin Anda sampaikan pada mereka ?” Randy mempersilahkan.

Bayu memandangi mereka yang tengah memberikan senyuman di wajahnya. Ia lalu maju beberapa langkah ke depan.

“Saya masih kurang berpengalaman, tetapi saya akan berusaha yang terbaik. Jangan sungkan pada saya, anggaplah seperti teman kalian. Jika ada sesuatu, langsung katakan saja. Cara yang saya gunakan mungkin sedikit berbeda dengan manager kalian. Jadi, mohon kerja sama kalian juga. Semuanya akan berjalan baik jika kita bekerja sama.” Bayu membungkuk, seketika orang-orang dibuat memukau dengan keramahan-tamahan dan sikap rendah hati Bayu. Tak terkecuali Chef Ina yang diam-diam tersenyum kagum.

Bayu meluruskan tubuhnya. “Baik, Pak Manager.” semua menjawab bersamaan. Bayu lalu tersenyum bangga.

“Terima kasih. Kalian boleh kembali bekerja sekarang.” ucap Bayu.

Semua karyawan membungkuk lalu berbalik pergi. Sementara Bayu kembali berbincang dengan Randy mengenai hotel.

Bu Laras berjalan bersama Chef Ina di sebelahnya. Dilihatnya gadis itu tengah senyum-senyum sendiri. Bu Laras lalu ikut tersenyum juga, ia seakan tahu dengan senyuman Chef Ina itu. Sedari tadi dia juga mengamati raut wajah Chef Ina saat memandangi Bayu.

“Selain tampan, ternyata Pak Bayu juga sangat ramah.” Bu Laras berbicara pada Chef Ina dengan sedikit berbisik. Chef Ina tersenyum, wajahnya seketika berubah merah merona.

“Lihatlah wajahmu itu, seperti tomat saja.” Bu Laras menggoda Chef Ina. Sementara yang digoda semakin tersipu. Dia memegangi kedua pipinya.

“Apa kau menyukainya?” Bu Laras menyenggol lengan Chef Ina, ia bertanya sekaligus menggodanya lagi.

Chef Ina menurunkan tangannya dari pipi meronanya. Ia menghentikan langkahnya tiba-tiba dan memasang wajah kesal. Bu Laras juga ikut berhenti.

“Bu Laras, berhenti menggodaku!” Chef Ina pura-pura marah. “Aku tidak menyukainya. Aku hanya ..... ” Chef Ina menggantungkan ucapannya, berusaha mencari alasan yang tepat.

“Hanya apa?” Bu Laras menyela ucapan Chef Ina karena tak kunjung meneruskan perkataannya. Tatapannya menelisik. Chef Ina dibuat kehabisan kata-kata di depan Bu Laras. Ia menatap ke arah lain untuk menghindari kontak mata dengannya.

“Sudahlah, Bu. Jangan memandangiku seperti itu.” ujar Chef Ina malu.

“Sikapmu yang seperti ini, membuatku sangat yakin kalau kau menyukainya.” kata Bu Laras kemudian.

Chef Ina menatap Bu Laras lagi. “Sudah kukatakan, kalau aku tidak menyukainya! Kenapa Bu Laras tidak percaya sih ... ” Chef Ina sedikit kesal, ia lalu pergi lebih dulu.

Bu Laras masih di tempatnya, dipandanginya Chef Ina dari belakang. Ia lalu tersenyum.

“Dia menyukainya. Aku yakin itu.” gumamnya.

“Chef Ina menyukai siapa ?” Bu Laras menoleh, dan dibuat terkejut oleh kehadiran Chef Angga yang sudah di sebelahnya.

“Hei !! Sejak kapan kamu berdiri di sini !” Bu Laras membentak. Ia marah karena dikejutkan kehadiran Chef Angga yang tiba-tiba.

“Aku memang dari tadi di sini.” ujar Chef Angga polos dan terlihat santai menghadapi Bu Laras yang membentaknya tadi.

Bu Laras semakin berdecak kesal. Ia memilih untuk pergi daripada harus berhadapan dengan Chef Angga.

“Hei, Bu Laras! Kau belum menjawab pertanyaanku !” Chef Angga sedikit berteriak. Namun Bu Laras malah mengabaikannya. Ia Ialu memutar tubuhnya. Dilihatnya Bayu dan Randy dari kejauhan. Tepat saat itu Bayu menoleh ke arahnya dan tersenyum. Chef Angga ikut tersenyum dan mengangguk. Ia lalu berbalik lagi, diam beberapa saat, hingga memutuskan pergi.

Bayu merasa heran karenanya. Menurutnya Chef Angga sedikit aneh. Tapi Bayu tak ambil pusing, karena menyadari dirinya juga aneh.

Anna berjalan memasuki hotel kembali dengan rona bahagia. Berbeda saat sebelumnya yang keluar dengan kekesalan dan amarahnya. Senyumannya terlihat memiliki arti. Ia mengingat kembali perkataan ayahnya.

“Ayah akan meminta Bayu untuk mengatur segala sesuatunya. Jagalah dirimu baik-baik!” Tuan Wisnu lalu mencium kening Anna lama.

Pria Aneh, aku datang. Kamu tak bisa berkutik sekarang. gumam Anna dalam hati, senyuman manis tak luput menghiasi wajah cantiknya.

Langkahnya terhenti tepat di depan pintu masuk. Dilihatnya Bayu yang sudah berdiri menunggunya. Bayu tersenyum ke arahnya.

“Selamat datang kembali, Gadis Kasar!"

Anna berdecih, ia melipat kedua tangannya di dada.

“Kamu mulai berani menunjukkan sisi aslimu. Sekarang terang-terangan memanggilku gadis kasar.”

“Ya ... kamu benar sekali. Aku bosan bermain kucing-kucingan. Lebih baik terang-terangan saja.” kata Bayu sambil tersenyum.

“Baiklah. Kita lihat siapa wajah aslimu sebenarnya. Setelah itu, akan kutunjukkan pada ayahku kebusukanmu!” ucap Anna penuh penekanan, dengan telunjuknya ke arah wajah Bayu. Ia menatapnya dengan tajam.

Bayu menurunkan telunjuk Anna dari wajahnya. Anna semakin semakin kesal dengan keberanian Bayu.

“Apa kau akan mengadukan aku pada ayahmu? Jika aku memanggilmu dengan sebutan gadis kasar ?” tanya Bayu.

“Tentu saja. Bukan hanya itu, tapi semuanya. Niat burukmu pada ayahku. Akan aku beritahu semuanya pada ayah.” jawab Anna dengan yakin.

“Niat buruk apa? Aku tidak punya niat buruk apa pun pada ayahmu, atau yang lainnya.” Bayu tak mengerti tentang tuduhan yang Anna berikan.

Anna semakin muak dengan sandiwara Bayu. Dia lalu berdecih.

“Sudahlah! Berhenti berpura-pura di depanku lagi!” Anna semakin emosi.

“Siapa juga yang berpura-pura? Kamu salah menilaiku begitu.” ucap Bayu tak mau kalah.

“CUKUP !! Berhenti mendebatku!” Anna marah, ia menghentakkan tangannya ke depan sebagai tanda agar Bayu berhenti.

Bayu menghela napas kasar, ia menatap ke sembarang arah.

“Baiklah, aku berhenti.” Bayu mengalah.

Anna tersenyum menang. “Baguslah.”

“Kau ikut aku sekarang !” perintah Bayu lalu berjalan lebih dulu.

Anna menatapnya kesal. “Hei! Aku tidak suka diperintah!” teriak Anna dengan kesal.

Bayu menjawab tanpa menoleh dan tetap berjalan.

“Terserah kau. Kalau memang mau berdiri terus.” ujar Bayu tak peduli. Bayu juga lama-lama kesal karenanya.

Anna semakin tak suka dengan jawaban Bayu.

“Awas kau !!” Anna menggenggam tangannya di depan wajah, ia gemas sekaligus geram. Jika Bayu masih di depannya, mungkin sudah habis oleh Anna. Ia lalu melangkah masuk.

Di ruangannya, Bayu duduk di pinggiran meja. Ia lalu menatap Anna yang tak menatapnya.

“Aku sudah siapkan itu untukmu.” Bayu menunjuk ke arah meja lain di ruangan itu. Sebuah kotak namun tak tahu apa isinya.

Dengan malas, Anna berjalan ke arah meja dan mengambil kotak itu lalu dibukanya. Keningnya berkerut, diambilnya sebuah baju dari kotak itu.

“Apa ini? Bukankah baju pelayan ? tanyanya bingung.

“Benar sekali.” jawab Bayu.

“Lalu? Untuk apa kau memberikannya padaku ?” tanya Anna yang masih belum paham.

“Tentu saja untuk kau pakai.” jawab Bayu dengan santai.

Anna semakin terkesiap, lalu menatap Bayu dengan marah.

“Kau gila! Untuk apa aku memakai ini ?” ujar Anna sambil melempar baju beserta kotaknya ke meja.

Bayu tersenyum tipis, sudah menduga reaksi Anna sebelumnya.

“Jika kau mau di sini, kau harus memakai itu untuk bekerja.” ujarnya.

“Kau jangan macam-macam denganku! Siapa bilang aku di sini untuk bekerja! Apalagi ... sebagai pelayan rendahan.” Anna mengarahkan telunjuknya pada Bayu, ia mulai tersulut emosi.

“Dengar ya, Nona! Aku tidak bisa membiarkanmu di sini tanpa melakukan apa pun. Aku tidak mengizinkanmu jika hanya berdiam diri, sementara pelayan-pelayan itu pasti akan melayanimu layaknya putri.” kata Bayu.

“Memang itu sudah tugasnya.” ujar Anna merasa yang benar.

“Memang, tapi tugasnya bukan hanya melayanimu. Sebentar lagi ada perayaan yang akan dilangsungkan di hotel ini. Mereka pasti sibuk. Apalagi aku tahu betul sepak terjangmu. Kau akan menyiksa pelayan-pelayan itu sampai mereka mengundurkan diri. Lalu setelah itu, hotel ini kekurangan karyawan. Kau mau, acara yang tinggal beberapa hari lagi berantakkan?”

“Hei !! Hentikan omong kosong itu. Kau pikir aku peduli.” kata Anna.

“Terserah kau mau mengatakan apa. Yang jelas, jika kau mau di sini, pilihannya hanya satu. Jadi pelayan.” Bayu memberikan penekanan di kalimat akhir, kemudian tersenyum.

Amarah Anna semakin memuncak. Pria di depannya itu seakan menguji kesabarannya.

“Apa hakmu melakukan itu? Hotel ini milik ayahku, jadi dia yang memutuskan.” ucap Anna dengan suara oktafnya. Untung Bayu sudah mengaktifkan mode ruangan itu menjadi kedap suara, jika tidak, mungkin orang lain sudah mendengar suaranya. Dia sudah menduga reaksi Anna akan seperti itu. Bayu sampai menekan telinganya untuk menutupi suara teriakkan Anna.

“Hei !! Pelankan suaramu itu!" Bayu mulai kesal dan berdiri.

“Ini memang hotel ayahmu! Tapi kini, sudah ada dalam naunganku. Lagi pula, dia juga sudah setuju denganku!” Bayu juga mengeraskan suaranya karena emosi.

“Apa? Ayahku sudah setuju? Tidak mungkin! Kau pasti berusaha menipuku, iya 'kan ?” Anna terkesiap, namun tak mau percaya dengan perkataan Bayu begitu saja.

“Kalau kau tidak percaya, hubungi saja ayahmu!” seru Bayu.

Anna diam sejenak, kemudian menuruti ucapan Bayu. Buru-buru dia mengambil ponselnya di dalam tas mahalnya. Ia lalu berbalik ke arah lain membelakangi Bayu, lalu dihubunginya nomor Tuan Wisnu.

Bayu menatap Anna dari belakang. Dia terlihat menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk sebuah senyuman di sana.

Satu langkah lagi, kau akan masuk perangkapku, Gadis Kasar! Oh tidak, Kelinci Kecil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!