Pagi harinya Tuan Wisnu telah siap untuk berangkat ke kantor, dan saat ini berada di ruang makan.
“Selamat pagi, Tuan.” sapa Bu Sari dan pelayan lainnya.
“Pagi, " jawab Tuan Wisnu, tapi kemudian menengok ke kanan dan ke kiri mencari seseorang. Ia tidak menemukan keberadaan putrinya. “Anna ke mana?” tanyanya.
“Nona masih di kamarnya, Tuan.” sahut Bu Sari membuat Tuan Wisnu melihat jam tangannya.
“Tumben, belum bangun.” ia tampak heran.
“Nona sudah bangun dari tadi, tapi katanya tidak nafsu makan.”
“Apa dia sakit?” Tuan Wisnu mulai berubah cemas.
“Tidak, Tuan. Katanya dia hanya ingin rebahan sebentar, tapi nanti pasti turun."
“Syukurlah kalau begitu.” Tuan Wisnu menghela napasnya lega kemudian mulai menyantap sarapannya tanpa Anna.
Setelah selesai, Tuan Wisnu bersiap berangkat ke kantor. Ia melangkah ke depan rumah diikuti Bu Sari di belakangnya.
“Nanti kalau ada apa-apa dengan Anna, cepat kabari saya segera.” pesan Tuan Wisnu pada Bu Sari disela-sela langkahnya.
“Baik, Tuan.”
“Apa Bayu belum datang?” tanya Tuan Wisnu.
“Pak Bayu sudah di sini sejak tadi Tuan.”
“Benarkah?” Tuan Wisnu lalu mempercepat langkahnya.
Sesampainya di depan, Bayu langsung menghampirinya. “Selamat pagi, Tuan.” sapa Bayu ramah sembari menunduk memberi hormat.
“Pagi. Kenapa tidak masuk? Kau sudah di sini sejak tadi.”
“Ah ... tidak perlu Tuan, takut mengganggu.” sahut Bayu dengan tersenyum. Ia lalu membukakan pintu untuk atasannya, barulah setelah itu ia masuk kemudian melajukan mobilnya pergi meninggalkan halaman rumah keluarga Wisnu Adinata.
Sepanjang perjalanan, tidak ada percakapan sama sekali di antara keduanya. Tuan Wisnu terlihat sedang memikirkan sesuatu, dan Bayu sendiri tampak sesekali melihat tuannya dari kaca spion. Ia tidak berani mengganggu atasannya tersebut.
Sementara Anna yang masih berada di kamarnya lalu memutuskan beranjak. Ia membuka laci di nakas dan mengambil sebuah bingkai foto di dalamnya. Itu adalah fotonya bersama dengan sang kakek sewaktu ia kecil.
Flashback
Anna kecil tampak sedang duduk di kursi tunggu rumah sakit. Ia melihat ayahnya yang sedang berbicara serius dengan dokter, entah apa yang dibicarakan mereka saat itu, Anna belum memahaminya. Namun yang ia lihat dari raut wajah ayahnya itu tampak sangat cemas. Setelah selesai berbicara dengan dokter, tiba-tiba saja tubuh Tuan Wisnu luruh ke lantai dengan bersandarkan dinding, wajahnya terlihat syok.
Anna kecil lalu menghampiri ayahnya dan ikut berjongkok, setelah itu ia menyentuh tangan ayahnya hingga membuat Tuan Wisnu menoleh. “Ayah kenapa?” tanya Anna polos.
Tuan Wisnu tak menjawab, namun langsung memeluk tubuh Anna dengan erat. Cukup lama ia memeluk putrinya, hingga akhirnya Tuan Wisnu membawa Anna masuk ke ruang rawat seseorang. Di sana terlihat seorang lelaki paruh baya yang terbaring di ranjang pasien, dengan peralatan medis yang melekat di tubuhnya. Tuan Adinata memanggil Anna dengan suara yang lemahnya. “Anna, kemarilah ... " pintanya.
Awalnya Anna takut, tapi setelah ayahnya memberitahu kalau itu adalah kakeknya, Anna lalu menghampirinya
“Kakek kenapa?” tanya Anna polos.
“Kakek tidak apa-apa. Anna, Kakek ada satu permintaan untukmu. Maukah Anna mengabulkannya?” pinta Tuan Adinata yang mungkin menjadi permintaan terakhirnya. Anna pun langsung mengangguk. “Tetaplah di sisi ayahmu, jaga dia untuk Kakek. Ayahmu terlalu baik Anna, banyak orang jahat di luar sana. Jangan sampai orang jahat itu memanfaatkan kebaikan ayahmu. Berjanjilah kamu akan mengambulkan permintaan Kakek?"
“Anna janji, Kek.” jawab Anna semangat, lalu setelah itu ia mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking kakeknya.
Tuan Adinata tersenyum senang, begitupun dengan Anna. Tapi berbeda dengan Tuan Wisnu, ia justru menangis melihat pemandangan di depan matanya. Hingga akhirnya ia memilih keluar karena tak kuasa melihatnya lagi.
Flashback end
Air mata Anna mengalir ketika mengingat hal itu, ia menyentuh wajah kakeknya di foto tersebut dengan penuh penghayatan. “Kakek tenang saja, Anna akan selalu ingat janji itu. Anna akan selalu menjaga Ayah dari orang-orang jahat. Tidak akan Anna biarkan mereka memanfaatkannya.” Anna lalu memeluk foto tersebut dengan erat.
Pria Aneh itu, aku masih belum yakin padanya.
Di kantor, saat ini Tuan Wisnu sedang berdiri di depan jendela kaca ruangannya. Hingga suara ketukan pintu membuatnya langsung menoleh.
Ternyata yang datang adalah Bayu. Tuan Wisnu lalu duduk di kursi kebesarannya sementara Bayu berdiri menghadapnya.
“Ada apa?” tanya Tuan Wisnu.
Bayu tidak menjawab dan langsung memberikan sebuah amplop padanya. Tuan Wisnu pun menerimanya kemudian mengeluarkan secarik kertas yang berada di dalamnya. Ia membuka kertas tersebut namun sebelum itu ia menatap Bayu lebih dulu. Tuan wisnu pun mulai membaca tulisan di dalamnya “Surat pengunduran diri?” Tuan Wisnu kembali menatap Bayu tak percaya.
“Tapi kenapa tiba-tiba? Apa ini karena Anna? Kau mendengar semuanya malam itu?” tanya Tuan Wisnu meminta penjelasan.
“Ini bukan karena putri Anda atau siapa pun, ini murni atas kemauan saya sendiri.” jelas Bayu.
Tuan Wisnu meletakkan surat itu ke meja dengan kasar, setelah itu ia kembali berdiri dan menghadap ke jendela sesuai posisinya yang semula. Ia terdiam beberapa saat, sementara Bayu masih setia menunggu jawabannya. “Saya tidak bisa menerima surat pengunduran dirimu saat ini.” ujar Tuan Wisnu.
......................
Kevin yang sedang meminum kopinya itu langsung tersedak setelah mendengar Bayu berbicara. “Kau mengundurkan diri?” Kevin bersuara keras hingga langsung mendapat perhatian semua orang di kantin.
"Pelankan suaramu!" tegur Bayu yang tidak enak melihat tatapan semua orang padanya.
Kevin pun mengamati sekelilingnya dan baru menyadari suaranya telah mengundang perhatian banyak orang. “Maaf," setelah itu raut wajahnya berubah serius menatap Bayu. "Lalu bagaimana tanggapan Tuan Wisnu?”
“Dia masih belum menerimanya.” sahut Bayu lesu.
“Oh ..." Kevin mengangguk.
"Kau memang sudah yakin?”
“Entahlah.. Aku sendiri saja bingung.” kata Bayu lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi menatap langit-langit.
“Kalau kau sendiri belum yakin, lalu kenapa mengundurkan diri?" Kevin geleng-geleng kepala tak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya itu.
......................
Malam harinya Bayu mengantar Tuan Wisnu pulang, sama seperti biasanya. Namun sebelum Tuan Wisnu masuk ke rumahnya , ia menatap Bayu lebih dulu. “Pikirkan baik-baik apa yang saya katakan tadi.” Tuan Wisnu menepuk bahu Bayu sebelum memasuki rumahnya.
Sementara Bayu hanya menatap punggung atasannya tersebut, setelah itu ia mengemudikan mobilnya meninggalkan rumah Tuan Wisnu.
Di dalam rumah, Anna senang ketika melihat ayahnya sudah pulang, ia pun berjalan menghampirinya. “Ayah sudah pulang?” Anna tersenyum manis.
“Iya, Sayang.” balas Tuan Wisnu. Anna lalu menggandeng lengan ayahnya dan bersikap manja.
“Kau sudah makan?” tanya Tuan Wisnu.
“Belum. Aku kan menunggu Ayah pulang. Yuk makan sama-sama!” ajak Anna masih tersenyum manis.
“Baiklah.” sahut Tuan Wisnu kemudian tersenyum juga.
Putriku sudah kembali.
Anna menggandeng ayahnya menuju ke ruang makan, sementara di apartemennya Bayu merasa gelisah memikirkan ucapan Tuan Wisnu.
Flashback
“Saya tidak bisa menerima surat pengunduran dirimu saat ini. Tapi mungkin saya akan mempertimbangkannya jika kau mau melakukan sesuatu untuk saya.” ucap Tuan Wisnu
“Apa maksud Anda, Tuan?” tanya Bayu tak mengerti.
“Buatlah putri saya berubah. Buat dia menjadi orang yang penuh kasih, dan bisa menghargai orang lain. Buatlah sikap kasar dan pemarahnya itu hilang dari dirinya.” jelas Tuan Wisnu menatap Bayu.
“Tapi, kenapa harus saya?” Bayu tampak bingung.
Memangnya bisa menghilangkan sikapnya yang itu.
Tuan Wisnu lalu berjalan mendekati Bayu. “Karena saya yakin dan percaya padamu. Saat melihatmu berdebat dengan Anna waktu itu, saya sangat yakin kau bisa menanganinya. Kau terlihat begitu tenang menghadapinya, dan tidak sakit hati dengan ucapannya. Saya lihat Anna juga begitu terpengaruh denganmu.”
Siapa bilang aku tenang? Kalau dia bukan perempuan dan juga bukan putrimu, sudah aku eksekusi. Rasanya ingin sekali membawanya ke hutan lalu meninggalkannya di sana. Tempat itu cocok untuknya yang suka teriak-teriak dan marah-marah.
Tuan Wisnu menepuk bahu Bayu hingga membuatnya tersadar. “Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Pikirkan baik-baik! Saya beri waktu sampai besok, jika kau bersedia saya akan mengabulkan permintaanmu. Hanya tiga bulan saja. Namun jika dalam waktu tiga bulan itu kau belum bisa mengubah Anna, saya akan tetap mengabulkan permintaanmu.” ucap Tuan Wisnu panjang lebar.
Flashback end
Bayu benar-benar pusing memikirkannya, ia frustasi hingga mengacak-acak rambutnya sendiri. Tepat setelah itu ia kembali mendapatkan pesan dari orang yang kemarin. Bayu segera membukanya, dan raut wajahnya masih terlihat sama seperti waktu itu.
Pagi harinya seperti biasa Bayu menunggu Tuan Wisnu di depan rumahnya. Selang beberapa saat, Tuan Wisnu keluar digandeng oleh Anna putrinya. Bayu menghembuskan napasnya lalu bersiap menyambut mereka. “Selamat pagi Tuan, Nona.” sapa Bayu ramah sembari menebarkan senyumannya.
Tuan Wisnu membalasnya sapaan Bayu dengan senyuman juga, sementara Anna tetap diam dan membuang mukanya acuh.
“Ayah berangkat dulu, ya?” Tuan Wisnu mencium kening Anna. Anna pun tersenyum. Bayu lalu membukakan pintu untuk atasannya, barulah ia masuk ke mobil.
Anna melambaikan tangan pada ayahnya. Bayu tersenyum pada Anna, tapi dia membuang muka lagi lalu masuk ke dalam rumah. Bayu hanya bisa menahan rasa kesalnya dalam hati atas sikap Anna, setelah itu ia pun menjalankan mobilnya.
“Bagaimana? Kau sudah membuat keputusan?” tanya Tuan Wisnu. Bayu diam beberapa saat, ia menarik napas panjang kemudian membuangnya pelan.
"Ya, saya sudah membuat keputusan." ucap Bayu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Diana (ig Diana_didi1324)
hadir, aku baca sampai sini dulu kak
like n rate udh aku tingglkn😊
salam dari
senjakala di kota paris
2020-12-05
1