Kemunculan Tiba-tiba

“Saya memutuskan untuk menerima tawaran Anda.” ujar Bayu membuat Tuan Wisnu tersenyum senang.

“Bagus! Kau telah mengambil keputusan yang tepat.” kata Tuan Wisnu.

Bayu pun hanya tersenyum menanggapinya, walau hatinya sendiri merasa tidak yakin dengan keputusan yang telah ia ambil. Apakah dia mampu melakukan tugasnya dengan baik atau tidak.

Saat jam makan siang, seperti biasa Bayu bersama Kevin. Dia lalu menceritakan semua hal yang sempat dirahasiakannya dari Kevin.

Selama ini Bayu memang selalu menceritakan masalahnya dengan sahabat baiknya itu.

Setelah mendengar cerita dari Bayu, Kevin dibuat terkejut dan tak menyangka semuanya. “Kenapa kau baru cerita?” Kevin marasa kecewa dengan Bayu yang kurang terbuka.

“Maaf, aku hanya perlu waktu untuk memikirkan masalah ini.” sahut Bayu tak enak hati.

“Setidaknya kalau kau cerita, aku bisa bantu cari solusinya.”

“Memangnya bisa? Kok aku tidak yakin ya, kau bisa memberikan solusi.” Bayu menatap Kevin dengan tatapan meragukan. Dia lalu menyandarkan punggungnya ke kursi dengan kedua tangan yang menyilang di depan dada.

“Kau meremehkan aku?” sungut Kevin tak terima membuat Bayu tak bisa menahan tawanya.

“Iya ... iya ... " Bayu memilih untuk mengalah.

Kevin lalu mendekatkan wajahnya pada Bayu, tatapannya mulai berubah serius. "Memangnya kenapa kau minta resign? Sampai-sampai kau mau menerima tawaran Tuan Wisnu.” tanya Kevin.

Bayu menghela napas pelan, wajahnya terlihat gusar. “Kau tahu bibiku, kan? ” Kevin mengangguk tanda mengetahui. “Dia sakit.” kata Bayu membuat Kevin terkejut sampai membelalakkan matanya. Dia ikut prihatin dengan keadaan yang menimpa bibinya Bayu, namun dia juga bingung.

“Aku turut prihatin dengan keadaan bibimu. Tapi kenapa harus sampai resign? Kau bisa mengambil cuti. Aku yakin Tuan Wisnu pasti akan mengerti dan memberikan izin.” saran Kevin.

“Masalahnya tidak sesederhana yang kau pikirkan, Kevin. Sakit bibiku lebih serius kali ini, tapi dia tak pernah mau diajak berobat. Pengobatan di sini jauh lebih baik dari sana, dan bibiku tidak ingin meninggalkan rumah dan kampung halamannya. Sepertinya bibiku sudah pasrah dengan takdirnya. Aku ingin berada di sampingnya, menemaninya di masa-masa sulitnya. Selama ini hanya bibi keluarga yang aku punya. Aku tidak bisa mengambil cuti, karena sepertinya aku akan menetap di sana.” jelas Bayu pasrah.

Setelah mendengar alasannya, Kevin semakin prihatin dengan keadaan yang menimpa sahabatnya itu. Sepertinya dia memang tidak bisa berbuat apa-apa selain memberinya semangat. "Lalu bagaimana dengan tugasmu? Apa kau sudah punya rencana? Kau yakin bisa mengubah sikap putrinya Tuan Wisnu?” cecar Kevin dengan pertanyaannya.

“Entahlah ...” jawab Bayu singkat.

“Apa kau sudah pernah melihatnya? Aku dengar-dengar dia sangat cantik.” Kevin tersenyum menggoda sahabatnya itu.

“Aku pernah melihatnya beberapa kali, dan menurutku wajahnya biasa saja. Tidak ada cantik-cantiknya.” Bayu berusaha menyangkalnya walau dalam hatinya memang mengakui kecantikan Anna.

Kevin tidak terlalu yakin dengan perkataan Bayu. Apalagi melihat dari raut wajah Bayu yang sepertinya salah tingkah. Hal itu membuat Kevin semakin gencar menggodanya. “Awas!! Nanti kau jatuh cinta lagi sama dia.” Kevin berusaha memperingatkan.

“Itu tidak akan pernah terjadi!" sahut Bayu yakin.

"Jangan bicara begitu. Nanti kalau jatuh cinta beneran, baru tahu rasa kau." Kevin terkikik geli ketika melihat raut wajah Bayu yang berubah kesal. "Biasanya kalau awalnya itu benci, nantinya jadi cinta." Kevin terus menggoda Bayu hingga membuatnya benar-benar kesal.

"Itu tidak berlaku bagiku, dan berhentilah mengoceh terus." tegas Bayu. "Lagi pula aku tidak mungkin jatuh cinta sama dia. Sudah kasar, pemarah, sukanya buat gendang telinga orang pecah lagi." sambung Bayu namun setelah itu tertawa sendiri.

Kevin tersenyum kecil menanggapi Bayu yang tanpa sadar membahas Anna. "Memangnya dia kenapa sampai buat gendang telinga orang pecah?" tanyanya penasaran.

"Soalnya dia itu suka teriak-teriak tidak jelas." sahut Bayu kembali tertawa, bahkan suara tawanya terdengar cukup keras. Kevin sampai geleng-geleng kepala melihatnya.

“Apa yang kau tertawakan?” seseorang tiba-tiba muncul dan mengejutkan mereka. Bayu seketika terdiam lalu menoleh. Betapa terkejutnya dia, orang yang sedang dibicarakan muncul tiba-tiba di depannya. Bayu yang sangat terkejut pun seketika berdiri, bahkan karena saking terkejutnya ia hampir terjungkal dari kursi ketika mencoba berdiri.

Astaga! Bagaimana mungkin dia bisa muncul tiba-tiba.

Kevin mengernyitkan keningnya bingung melihat tingkah sahabatnya yang tiba-tiba berdiri dengan wajah syok.

Dia lalu menatap wanita yang membuat Bayu sampai begitu.

Memangnya siapa wanita ini?

Cantik juga.

Kevin tersenyum memandangi wajah cantik Anna, namun setelah itu beralih pada wajah terkejut Bayu. Senyum di wajahnya perlahan memudar dan mulai menerka-nerka

Jangan-jangan dia itu..

Kevin kembali menatap Anna, dan beberapa detik kemudian matanya langsung membulat dengan mulut yang terbuka lebar. Seketika itu dia pun menutup mulutnya dengan kedua tangan dengan perasaan tidak percaya.

Anna menjentikkan jarinya di depan wajah Bayu, seketika itu membuatnya tersadar. Begitu pula dengan Kevin.

“Jawab pertanyaanku! Apa yang kau tertawakan? Aku?” tanya Anna kesal karena harus mengulang pertanyaannya.

“Eem... tentu saja bukan kau, Nona.” Bayu mencoba menutupinya dengan senyuman khasnya. Kevin hanya memperhatikan keduanya sembari meminum jus mangga kesukaannya. Namun pikirannya masih melayang ke mana-mana.

Nona? Benar, kan dugaanku.

Kevin masih belum menyangka semuanya.

Anna tentu saja tidak langsung percaya dengan jawaban yang diberikan Bayu. Melihat tatapan Anna yang seakan mencurigainya, Bayu pun berusaha meyakinkan lagi. “Benar Nona, bukan kau.”

Meskipun Anna tak percaya begitu saja, namun ia memilih untuk diam. Dia tak ingin melanjutkan perdebatannya yang pasti akan membuat kesal. “Antar aku bertemu ayahku!” perintah Anna lalu berjalan lebih dulu.

Bayu masih terdiam di tempatnya. Kevin lalu bangun dan berdiri di sampingnya. Tatapannya mengarah pada orang yang sama.

“Dia itu cantik, sangat cantik malahan. Sepertinya matamu yang bermasalah." protes Kevin membuat Bayu seketika menoleh dan begitu terkejut melihatnya sudah ada di sebelahnya.

Saat ingin berkomentar, tiba-tiba terdengar suara teriakan yang sangat ia kenal hingga mengurungkan niatnya berbicara.

“Pria Aneh! Cepatlah!” seru Anna dengan menatap Bayu tajam.

Seketika itu Bayu menatapnya.

“Astaga ... suaranya benar-benar!" Bayu menggosok-gosok telinga yang berdengung. "Matanya juga, seperti mau memakanku saja.” gerutu Bayu.

Anna lalu berbalik dan melanjutkan langkahnya. Bayu buru-buru mengejar Anna,

sementara Kevin hanya tertawa melihatnya. “Semangat!” teriaknya. Bayu tersenyum namun tidak menoleh. Dia hanya mengangkat satu tangannya untuk menanggapi seruan Kevin.

Anna berjalan diikuti Bayu di belakangnya. Namun sepertinya Bayu merasa ada yang salah, dia mencoba mengingat sesuatu.

Apa tadi dia memanggilku pria aneh?

Bayu menggelengkan kepalanya tak percaya. Sementara semua orang yang dilalui mereka, tampak membungkuk memberi hormat, namun setelah itu berbisik-bisik.

“Pak Bayu bersama siapa, ya? Cantik sekali... Apa itu pacarnya?Tapi masa jalannya di belakang.”

Bayu yang tahu mereka sedang membicarakannya lalu memberikan isyarat pada mereka supaya diam. Seketika itu mereka pun menurut kemudian menunduk.

Rupanya Anna sejak tadi mengetahui semuanya, namun ia hanya tersenyum sinis.

kau punya pengaruh besar juga rupanya.

batinnya yang ditujukan pada Bayu. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya Anna tiba di ruangan ayahnya. “Ayah...” panggil Anna dengan senyuman manisnya.

Tuan Wisnu terkejut melihat kedatangan putrinya. “Anna? kau datang, Sayang?” Tuan Wisnu berdiri lalu berjalan menghampiri Anna kemudian memeluknya.

Sementara Bayu hanya berdiri memandangi keduanya sambil tersenyum. Tatapan matanya lalu bertemu dengan Tuan Wisnu.

Sepertinya kau membuat Anna terpengaruh lagi.

Tuan Wisnu melepaskan pelukannya lalu menatap Anna. "Kau tumben mau datang ke sini? Biasanya tidak mau kalau diajak. Apa kau sedang mencari tahu sesuatu, Anna?

Anna terdiam sejenak mendengar pertanyaan terakhir ayahnya yang seakan tahu maksud tujuannya datang. Namun setelah itu ia tersenyum. "Ayah tahu saja. Aku hanya ingin melihat, siapa saja orang-orang di sekitar Ayah. Apa dia bisa dipercaya atau tidak.” Anna menatap Bayu sinis, lalu kembali tersenyum saat menatap ayahnya.

Jadi, kau mau memata-matai aku sekarang. Baiklah, akan aku ikuti permainanmu.

batin Bayu sambil tersenyum menatap Anna.

“Kau tak perlu khawatir, Anna. Ayah tidak mungkin salah memilih orang. Pastinya dia bisa dipercaya.” Tuan Wisnu mencoba meyakinkan Anna. Anna tersenyum pada ayahnya dan tak berkomentar lagi.

Kita lihat saja Ayah, apa dia benar-benar bisa dipercaya.

Anna bertatapan dengan Bayu. Keduanya sama-sama tersenyum penuh makna. Ada banyak rencana yang telah mereka siapkan untuk peperangan ini. Entah

mereka perang untuk apa. Hanya karena sebuah alasan kecil mereka sampai seperti itu.

Tuan Wisnu yang melihat keduanya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Anak zaman sekarang, apa memang seperti ini? Ada apa dengan mereka?

Dari pada harus melihat mereka, Tuan wisnu lebih memilih untuk mempersiapkan rapatnya yang sebentar lagi akan dimulai.

“Bayu, sebaiknya kita ke ruang rapat sekarang." ujarnya memecah pandangan mereka.

“Iya, Tuan.” sahut Bayu singkat.

“Anna, maafkan Ayah. Tapi sepertinya Ayah harus pergi sekarang. Kau tunggulah di sini sebentar.” pinta Tuan Wisnu. Anna pun mengangguk tanda mengerti. Tuan Wisnu meninggalkan ruangannya diikuti oleh Bayu. Namun sebelum pergi, Bayu masih sempat menunduk pada Anna sambil tersenyum. Anna hanya diam dan menatap Bayu sinis.

Kini hanya Anna sendiri di ruangan ayahnya yang baru pertama kali dikunjunginya. Anna mengamati setiap sudut ruangan ayahnya. Pandangannya lalu tertuju pada sebuah bingkai foto yang ada di meja.

Anna mengambil foto tersebut, namun tatapan matanya terlihat marah dan tidak suka. Tapi ada kesedihan mendalam yang tersirat ketika menatap foto tersebut. Itu adalah foto keluarga kecil Tuan Wisnu dulu ketika masih bersama istrinya. Ada Anna kecil di tengah-tengah mereka. Posisinya Tuan Wisnu ada di sebelah kanan, sementara istrinya di sebelah kiri. Mereka sama-sama mencium pipi Anna, dan mereka bertiga tampak tersenyum seperti keluarga bahagia pada umumnya. Namun keluarga bahagia itu hanya bisa dilihat dari foto yang saat ini Anna pegang, semuanya telah hilang tak berbekas. Lama Anna memandangi foto itu, hingga tak terasa butiran air mata pun jatuh membasahi pipinya.

Tanpa ia sadari, Bayu rupanya berdiri di depan pintu yang memang sudah terbuka sejak tadi. Bayu memperhatikan raut wajah Anna yang terlihat sedih, yang baru pertama kalinya ia lihat. Karena selama ini yang Bayu lihat hanya wajah ketus dan galak Anna. Dan ketika melihat dari mata Anna, Bayu menyadari sesuatu bahwa kesedihan itu ternyata begitu dalam, yang bahkan ia sendiri tidak bisa mengukurnya seberapa dalam itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!