Anna terlihat sangat merindukan ayahnya. Tuan Wisnu tersenyum sambil membelai rambut Anna lembut.
"Ayah sudah pulang? Kenapa tidak menemuiku? Kau tau, aku sangat rinduuuu ..." ucap Anna manja hingga membuat Tuan Wisnu tersenyum. Dia lalu melepaskan pelukannya kemudian menghadapkan Anna padanya.
"Ayah baru sampai tadi. Kau kan sudah tidur, Ayah tidak tega membangunkanmu. Ayah juga sangat merindukanmu, Sayang. Mana mungkin Ayah tahan berjauhan denganmu, Putri kecil Ayah." balas Tuan Wisnu sambil mencubit hidung Anna gemas.
"Ayah, sakiitt ..." protes Anna sambil memegang hidungnya "Lagi pula aku sudah besar, bukan anak kecil lagi." Anna memasang wajah masam sambil mengerucutkan bibirnya.
Tuan Wisnu justru tertawa melihat anaknya yang merajuk. Wajah Anna yang sedang merajuk itu terlihat semakin lucu dan menggemaskan, seperti anak kecil memang. Tuan Wisnu lalu menarik Anna ke dalam pelukannya lagi. Anna yang tadinya kesal pada ayahnya kini tersenyum manis, begitupun dengan Tuan Wisnu, ia terlihat begitu menyayangi anaknya.
Putri kecilku yang manis.
ucap Tuan Wisnu dalam hatinya.
......................
Tiada hari yang dilalui Anna tanpa marah-marah, banyak pelayan yang keluar masuk rumahnya. Entah itu karena dipecat ataupun mengundurkan diri. Bu Sari sampai dibuat pusing karena ulahnya, sementara Tuan Wisnu sendiri seperti tidak peduli selama itu tidak membuat Anna menangis.
Seperti hari ini, Anna tampak sedang menghukum seorang pelayan. Pelayan itu menaiki kursi kecil lalu menjatuhkan dirinya sendiri berulang-ulang. Sedangkan Anna duduk tak jauh dari sana sambil memainkan ponselnya. Bibirnya terus mengatakan lagi, lagi, dan lagi, memberi perintah pada pelayan itu untuk terus melakukan tindakan yang sangat menyiksa dirinya. Lututnya bahkan sudah berdarah, namun ia harus melakukan itu terus sampai Anna sendiri yang memintanya berhenti.
Pelayan itu sudah semakin lemah, dan tenaganya juga sudah terkuras habis. Belum lagi ia harus menahan rasa perih di lututnya. Namun tidak ada satu orang pun yang berani menolongnya. Semua hanya menjadi penonton bisu karena tidak ada yang berani melawan Anna.
Hingga akhirnya pelayan itu berhenti karena sudah merasa tidak sanggup lagi melakukannya. Anna yang melihatnya berhenti pun langsung memberinya perintah lagi dengan tatapan mata tajam. Pelayan itu lalu berusaha untuk bangkit sambil berpegangan pada kursi kecil itu, tapi kakinya sudah lemah dan tidak kuat lagi. Anna yang melihatnya lalu langsung berdiri.
Namun sebelum Anna bertindak, seorang pria dengan setelan jas rapi tampak berjalan ke arah pelayan itu, entah darimana datangnya. Pria itu langsung menendang kursi yang dipakai pelayan tadi hingga membuat semua orang terkejut atas tindakannya. Mereka tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ditambah lagi setelahnya pria itu langsung duduk di kursi tadi dengan memamerkan senyuman manisnya ke arah Anna.
"Apa yang kau lakukan?" Anna memandang wajah asing di depannya dengan tatapan yang terlihat dingin menakutkan. Setelah itu ia lalu berjalan mendekati pria asing tersebut.
Sementara Bu Sari sudah memejamkan matanya dalam-dalam melihat situasi ini.
*S*epertinya akan ada bom nuklir yang siap meledak. Perang dunia akan dimulai sebentar lagi.
gumam Bu Sari di hatinya.
Pria itu masih memasang senyumannya ketika bertatapan dengan Anna. "Sudah cukup, hentikan sebelum ada yang pingsan. Kau tidak lihat wajahnya sudah pucat begitu." Pria asing itu menunjuk pelayan yang dihukum Anna tadi yang saat ini duduk terkulai di lantai tak berdaya.
"Memangnya kau siapa berani memerintahku? Lancang sekali!" Anna mulai naik darah.
"Nona, dia itu ... " Bu Sari ingin menjelaskan namun sudah dipotong lebih dulu oleh Anna.
"Bu Sari, apa ada yang menyuruhmu bicara?" sentak Anna. Bu Sari pun akhirnya memilih diam tak meneruskan kata-katanya lagi.
"Gadis Kasar! Dengan orang tua saja dia berani." gumam pria asing itu kesal. Seketika Anna pun langsung menoleh padanya, walaupun suaranya kecil tapi ia masih bisa mendengarnya.
"Kamu bilang aku apa? gadis kasar?" Anna tertawa hingga suaranya terdengar menggema. Belum pernah ada yang seberani itu hingga memanggilnya 'Gadis Kasar'. Sementara orang lain justru merasa takut dengan suara tawa Anna, kecuali pria itu mungkin.
Pria asing yang belum diketahui namanya itu sadar bahwa omongannya didengar oleh Anna, seketika ia langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
Padahal aku sudah bicara pelan, tapi dia masih bisa dengar juga. Dasar iblis jahat. Aku harus hati-hati sekarang.
Anna kembali menatap pria itu tajam hingga membuatnya terkejut, ia merasa sedikit takut dengan tatapan itu namun berusaha menutupi rasa takutnya. Pria itu berdehem kemudian berdiri mencoba untuk menghadapi Anna.
Keduanya saling tatap, namun dari tatapan mereka seakan sedang bertarung. Walau jujur pria itu sedikit merasa takut dengan Anna. Namun setelah diamati dia baru sadar kalau Anna memiliki wajah yang cantik hingga membuatnya terpesona.
Ia tersenyum sinis ketika melihat pria itu yang tak berkedip menatapnya. "Jangan menatapku seperti itu. Awas! Nanti kau jatuh cinta lagi padaku. Aku tahu aku memang cantik." ucap Anna dengan percaya diri seraya mengibaskan rambutnya ke belakang.
Pria itu tersentak, ia sedikit menganga mendengar ucapan Anna.
Bagaimana mungkin dia juga tahu apa yang ada dalam pikiranku? Tidak mungkin juga kan, dia bisa membaca pikiran orang?
Dan lihatlah, bukankah tingkat kepercayaan dirinya itu terlalu tinggi? Meski aku akui dia memang cantik.
Kata pria itu dalam hatinya. Dia senyum-senyum sendiri, namun kemudian langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.
*Sepertinya ak*u mulai tidak waras.
Sementara Anna memandangi pria itu dengan tatapan anehnya, apalagi sekarang dia tampak tersenyum padanya.
"Gadis Kasar!" panggil pria itu membuat Anna terkejut, dia tak menyangka pria itu benar-benar memanggilnya gadis kasar.
"Jangan terlalu percaya diri, aku akui kau memang cantik. Tapi aku juga kasihan dengan wajah cantik itu karena harus berada di tubuh gadis kasar sepertimu." ucap pria itu sambil tersenyum meremehkan.
Anna mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia sudah terlihat murka. Setelah itu Anna pun mendekati pria itu. "Berani sekali kau bicara seperti itu padaku!" ucap Anna marah dengan menunjuk wajah pria itu.
Para pelayan di rumah itu hanya diam ketakutan.
Aduh ... Pak Sekretaris ... kenapa cari masalah ?
ucap Bu Sari cemas dalam hati.
Pria asing yang kata Bu Sari adalah seorang sekretaris itu menangkap jari telunjuk Anna, dengan wajah yang masih memamerkan senyumannya itu.
"Aku hanya tidak suka dengan sikapmu itu."
Anna tercengang, pria itu terlalu berani menurutnya. Dia lalu menarik tangannya hingga terlepas dari genggaman pria itu. "Sudahlah... sebaiknya kau jangan ikut campur! Pergilah dari sini sekarang juga!" ujar Anna sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain, dia masih memberi toleransi pada pria yang menurutnya lancang itu.
Namun sepertinya pria itu tidak mau berhenti dan kembali bersuara. "Tadinya aku juga tidak mau ikut campur, tapi aku tidak suka kau memperlakukan orang seenaknya." ujarnya.
"Memangnya kenapa? Dan apa urusanmu? Dia pelayanku! Dia salah, ya aku hukum." Anna kembali menatapnya kesal.
"Memang dia itu pelayanmu. Siapa juga yang bilang dia itu pelayanku." sahut pria itu hingga membuat Anna semakin kesal padanya.
"Tapi bukan berarti kau bisa memperlakukan dia sesukamu. Dia juga manusia, bukan budak! Kalau dia salah, hukum seperlunya saja. Tidak perlu menggunakan kekerasan fisik. Bisa saja kamu dituntut karena ini." sambung pria itu menambahkan.
Anna merasa jengah mendengar ocehan pria itu tersebut dan menganggap semua ucapannya hanya angin lalu.
"Sudah ceramahnya?" tanya Anna membuat
pria itu tersenyum. Rasanya sia-sia saja bicara dengan Anna baik-baik.
"Aku memberikan hukuman yang pantas dia terima. Dia membuat aku jatuh dan melukai kakiku. Bukannya itu setimpal?" balas Anna lagi.
Mendengar penuturan Anna, pria itu ingin sekali tertawa namun ditahan. Namun pada akhirnya ia tidak bisa menahan tawanya dan langsung terbahak kencang. Semua yang melihatnya tentu bingung. Apakah pria itu gila? Mungkin itu yang ada dalam benak mereka. Bahkan Anna tak tau apa yang ditertawakan oleh pria itu.
Mendapat tatapan aneh dari semua orang, seketika membuat pria itu langsung menghentikan aksi tawanya.
"Apa kau yakin pelayan itu sungguh bersalah?" tanya pria itu.
"Tentu saja." Anna menjawabnya dengan lantang dan penuh percaya diri.
"Baiklah, biar aku ingatkan sesuatu. Mungkin kau lupa." ucap pria itu.
Flashback
Saat Anna tengah menuruni tangga, dia terlihat sibuk memainkan ponselnya. Pria itu rupanya sudah berada di rumah Anna sejak pagi. Dia tampak sibuk dengan berkas-berkas di tangannya duduk di ruang tamu. Dia menoleh ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekatinya.
Pria itu langsung terpesona dengan kecantikan Anna. Sementara Anna berjalan melewati ruang tamu, namun tak sadar jika ada seseorang yang sedang memperhatikannya.
Mata pria itu terus mengikuti ke mana perginya Anna, hingga pandangannya langsung tertuju pada kursi kecil di depan sana. Anna tak tahu jika ada kursi di depannya, mungkin karena terlalu sibuk dengan ponselnya itu.
Pria itu langsung berdiri hendak memberi tahu Anna, namun sayang dia terlambat hingga kata-katanya hanya tertahan tak jadi dikeluarkan.
Pria itu lalu memegang kepala dengan kedua tangannya, kemudian menggigit salah satu jari tangannya, sementara tangan satunya berada di pinggang.
Pasti sakit.
Tidak lama setelah itu Anna langsung berteriak kencang memanggil nama Bu Sari. Sementara pria itu langsung menutup telinganya dan kembali duduk. Tubuhnya tak terlihat mereka karena tertutup kursi ruang tamu yang membelakangi mereka.
Flashback end
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Lelly
semangat
2021-10-18
0
Fitri Hariani
jejak k 2 ku
2020-12-20
1
zsarul_
hai thorr aku mampir nihh 🤗
semangatt
yuk baca juga cerita aku yang judulnya CONVERGE!!
dijamin baper deh bacanyaa
mari saling support 😍
thanks
2020-12-06
2