🦋🦋🦋
Seketika aku sedikit menyalahkan ibu. Mengapa ibu merahasiakan tentang identitas kak Radek dalam keluarga kami di hadapan semua orang? Sampai tante Tia saja tidak mengetahuinya. Aku pikir om Zidan telah memberitahu tante Tia mengenai hubunganku dan kak Radek, ternyata pria paruh baya ini sama saja, menyembunyikan kebenarannya.
Kudengar om Zidan memberikan penjelasan kepada Tante Tia mengenai hubunganku dan kak Radek, baik dari segi pernikahan maupun hubungan kekeluargaan bersama ibu.
"Kalian benar-benar aktor hebat. Bisa-bisanya rahasia sebesar itu kalian sembunyikan dari semua orang," kata tante Lia, masih tidak menyangka dalam kemarahannya. "Kalian tau, itu bisa memunculkan kesalahpahaman dan fitnah," ucap tante Tia, masih lanjut marah. "Kamu juga, seharusnya kamu dan Radek terbuka, itu masalah besar." Tante Tia memarahiku.
Benar, semua yang dikatakannya benar, aku tidak menyalahkannya. Akan tetapi, rasa takut dan ketidakmampuan yang membuatku tidak bisa mengatakannya.
"Sekarang kamu kembali ke rumahmu dan perbaiki semua kebohongan itu di hadapan semua orang bersama Radek, terutama lingkungan rumah kalian. Selama ini mereka mengira kalian tinggal serumah dalam hubungan saudara kandung, nyatanya kalian telah membohongi mereka dan menikah," suruh tante Tia.
"Besok saja," tahan om Zidan. "Sekarang juga sudah malam, percuma kembali," kata om Zidan.
"Terserah kalian. Bisa-bisanya kalian mempermainkan semua orang," ucap tante Tia sambil berjalan memasuki kamarnya.
"Jangan tersinggung dengan perkataan Tantemu. Dia begitu karena peduli," terang om Zidan, takutnya aku tersinggung.
"Aku mengerti, Om. Tante Tia orang yang baik," balasku, tersenyum.
"Baiklah. Sekarang kamu tidur di kamar Ratih. Ayo," ajak om Zidan, berdiri, lalu menarik koperku dan mengajakku ke kamar anak pertamanya yang saat ini duduk di bangku kelas dua belas.
Setelah membuka pintu kamar anak gadisnya itu, kulihat Ratih sedang duduk di bangku belajar menghadap laptop dengan headphone warna pink menutupi kedua telinganya. Gadis itu menoleh ke belakang, menatapku dengan ekspresi sedikit bingung. Kemudian, melepaskan headphone di telinganya dan menghampiri ku yang masih berdiri di tengah kamarnya, memperhatikan om Zidan menaruh koper di samping lemari.
"Kenapa Kak Galuh ke sini?" tanya gadis yang lima tahun lebih muda dariku ini.
"Kak Galuh akan tidur di sini. Kamu berbagai kasur dengannya. Sekarang kalian tidur, jangan terus belajar, lanjut besok, ini sudah dini hari," ucap Om Zidan dengan peduli kepada anaknya itu.
Ratih tersenyum dan menganggukkan kepala.
Om Zidan menepis bahuku dan berjalan keluar dari kamar dan menutup pintu.
Setelah kepergian om Zidan, Ratih mengajakku duduk di tepi kasur, mempertanyakan alasan dibalik kehadiranku di rumahnya. Aku harus jawab apa? Aku hanya bisa berbohong dengan mengatakan kalau aku hanya singgah untuk menginap.
"Hanya menginap? Mengapa datang malam-malam begini?" tanyanya, tidak percaya dengan alasan ku.
"Sudah. Jangan kepo. Tidur, nanti kami terlalu cerdas dan mengalahkan ku," candaku yang membuatnya tersenyum.
***
Meskipun hanya dapat tidur beberapa jam, rasanya sudah cukup untuk mengistirahatkan tubuh ini. Setelah bangun tidur, aku membereskan tempat tidur dan kamar Ratih selagi gadis itu mandi sebelum berangkat sekolah.
Setelah itu, aku ke dapur, hendak membantu tante Tia masak. Sejak tadi aku dengar suara alat masak beradu.
"Jika kamu tidak menyuruh Galuh memperbaiki hubungannya bersama Radek, kamu emangnya sanggup membiayainya? Jika sekedar makan, mungkin bisa, tapi biaya lainnya? Saat ini dia kuliah dan membutuhkan banyak uang keperluan lain. Sedangkan kamu? Penghasilan mu tidak tetap. Ingat, pengeluaran pendidikan Ratih juga harus kita pikirkan, dia akan lulus tahun ini dan kita butuh uang untuk menyekolahkannya. Masih ada dua anak kita lainnya yang bersekolah. Sekarang dengan mudahnya kamu ingin menampung Galuh. Jadi, pastian mereka jangan sampai bercerai." Kata tante Tia.
Kudengar semua percakapan tante Tia dan Om Zidan di dapur dari pintu. Mereka tidak menyadari keberadaan ku karena berdiri membelakangi ku. Perkataan mereka membuatku sedih, tetapi juga sadar diri. Semua yang dikatakan tante Tia benar, aku hanya beban dalam hidup mereka.
"Kita juga harus memikirkan perasaannya, sebagai seorang wanita, kamu juga pasti paham dengan apa yang dirasakan Galuh. Anak itu masih muda dan masih butuh kesehatan mental dalam hidupnya. Jika dia terus bersama Radek yang tidak mencintainya, dia tidak akan pernah bahagia," balas om Zidan, begitu mengerti dengan apa yang aku rasakan.
Suara ketukan pintu terdengar, juga mengakhiri perdebatan mereka. Segera aku menarik tubuh dari pintu, bersembunyi saat mereka menoleh ke belakang. Aku bergegas masuk ke kamar sebelum om Zidan keluar setelah mendengar tante Tia menyuruh suaminya itu membuka pintu.
"Kakak ngapain?" tanya Ratih yang baru keluar dari kamar mandi.
Gadis ini bingung melihat ku berdiri mengintip keluar dari pintu yang sedikit aku buat celah.
"Kakak ingin keluar. Lanjut siap-siap," ucapku sambil tersenyum cengengesan dan membuka lebar pintu kamar.
Setelah aku keluar dari kamar itu, aku melihat om Zidan baru membuka pintu rumah, dan kak Redek berdiri di hadapannya.
"Ngapain ke sini? Jika hanya ingin menyakiti Galuh, sebaiknya kamu kembali dan jangan pernah menemuinya," ucap om Zidan dengan dingin.
"Galuh benar di sini? Aku ingin bicara dengannya, Om. Bisa panggilkan dia?" tanya kak Radek sambil memanjangkan leher, mengarahkan pandangan ke dalam. "Galuh ...!" panggil kak Radek setelah melihatku.
Om Zidan mendorong kak Radek saat pria itu hendak melangkah masuk. Bergegas aku menghampiri mereka karena takut kak Radek kenapa-napa, aku tahu om Zidan sedang marah saat ini.
"Jangan pernah menemuinya lagi. Suami macam apa kamu? Teganya kamu menyakiti hati istrimu dengan berhubungan dengan wanita lain. Meskipun kalian terpaksa menikah, tidak seharusnya kamu menodai pernikahan kalian dengan perselingkuhan terang-terangan mu." Om Zidan marah besar.
"Om ...," panggilku.
"Kamu masuk. Biar Om dan dia yang menyelesaikan masalah ini," ucap om Zidan sambil mendorong kecil tubuh masuk ke dalam.
"Ini kenapa?" tanya tante Tia sambil berjalan menghampiri kami.
Mungkin suara marah om Zidan yang keras terdengar sampai ke dapur. Selain itu, Ratih dan kedua sepupu laki-laki yang masih berusia sepuluh dan dua belas tahun keluar dari kamar mereka yang ada di samping kamar Ratih.
"Kamu sebagai laki-laki tidak bisa menghargai seorang wanita. Apa yang kamu banggakan? Profesimu sebagai polisi itu? Ingat, kamu bisa seperti ini sekarang berkat Ibu istrimu ini, Ibu angkatmu. Dua puluh tahun dia merawat dan menyekolahkanmu, kamu malah membalasnya dengan menyakiti hati anaknya." Om Zidan masih belum berhenti memarahi kak Radek.
Kulihat kedua tangan kak Radek mencengkeram erat kedua tangannya, menahan kemarahan. Kak Radek menatapku dengan sorot mata marah yang bisa aku rasakan. Bukan kepada om Zidan, kak Radek sepertinya menyalurkan kemarahannya kepadaku.
"Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka, Mas," ucap tante Tia dengan suara kecil.
"Tidak bisa. Galuh terlalu baik menghadapi pria tidak tahu diri ini. Kamu bawa Galuh dan anak-anak ke dapur, tidak perlu menghiraukannya," balas om Zidan.
"Ayo," ajak tante Tia kepadaku. "Semuanya! Siap-siap dan ke dapur!" seru Tante Tia sambil merangkul bahu ku menuju dapur.
"Sekarang lebih baik kamu pergi," usir om Zidan yang masih aku dengar dalam langkah kecilku menuju dapur.
"Tunggu, Om!" tahan kak Radek, ikut membuat langkahku terhenti, dan menoleh ke belakang.
Kak Radek memandangku, lalu beralih menatap om Zidan. Sejenak pria itu diam dengan kepala ditekuk, lalu menarik napas dalam, dan mengangkat pandangannya.
"Aku datang ke sini untuk mengakhirinya. Hari ini, detik ini, aku jatuhkan talak kepadamu Galuh Nadira," ucap kak Radek sambil menatapku.
Cairan bening itu dengan mudahnya jatuh dari mataku, menetes di pipiku dalam perasaan kaget yang di dalamnya ada kehancuran, kesedihan, dan kecewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Yustika PAMBUDI
ish...Thor jadi ikut emosi.
kurang ajar radek alias rada dekil
2024-06-16
2
Nur Setiawati
please galuh jgn hamil... sukses dulu galuh
2024-04-16
1
Nurkhayatun
Sdh dicerai q takut mlh Galuh hamil😭
2024-04-16
1