Chapter 20

Berita tentang kematian Duke Fedro menjadi trending topik di kerajaan, mereka semua sangat mengasihi sosoknya yang baik, meskipun terkadang selalu melawan perintah kerajaan hanya karena Putri semata wayangnya yang dia sayangi.

Malang sekali nasibnya karena telah di racun oleh seseorang di istana, semuanya menjadi tahanan namun anehnya tidak ada yang tertuduh sebagai pelaku, mereka semua teman-teman seperjuangan ayahnya.

Xera yang memakai gaun hitam tengah berdiri didepan makam ayahnya, beberapa waktu yang lalu ayahnya selesai dimakamkan. Banyak bangsawan lain yang turut hadir dan mengucapkan bela sungkawa pada Xera.

"Xera, ayo pulang sayang." Ucap sang nenek dengan merangkul lengan Xera.

"Aku masih ingin disini nek." Balas Xera, tatapan matanya masih kosong. Semuanya terjadi begitu cepat, padahal tadi pagi dia masih asik berbincang dan bercanda.

Meskipun dia bukan Xera yang asli, tapi dia bisa merasakan ketulusan dari ayah sambungnya itu, dia benar-benar tulus dan menyayanginya.

Hector mengajak istrinya untuk pulang lebih dulu, dia paham bahwa Xera masih ingin disana.

"Jaga cucuku, segera laporkan padaku jika terjadi sesuatu padanya."

"Baik Jenderal." Angguk Amy dan Syua yang menundukkan kepalanya pada mereka berdua.

Mereka menatap Xera yang duduk disamping makam Duke Fedro, tangan Xera terulur pada batu nisan ayahnya. Kepalanya tertunduk, tubuhnya bergetar. Namun tak terdengar sedikit pun suaranya, hanya isakan kecil yang mereka dengar.

Tiba-tiba saja, tubuh Amy dan Syua jatuh tak sadarkan diri, bertatapan dengan itu, Ethel dan kaisar datang. Ethel sengaja membuat mereka pingsan agar mereka tidak melihat wujud asli sang kaisar.

Kaisar mengelus rambut Xera lembut, hal itu membuat Xera mendongakkan kepalanya. Kaisar menggeram tertahan, dia melihat mata merah yang indah itu tengah mengeluarkan air mata sehingga membuat matanya terlihat bengkak.

Kaisar memeluk tubuh Xera, saat itu juga tangis Xera pecah. Dia menangis meraung-raung, rasanya sakit sekali. Dadanya sesak, dia benar-benar kesakitan.

Kaisar tidak mengatakan apapun, dia hanya mengelus rambut Xera dan menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut. Dia membiarkan Xera untuk menangis sepuasnya.

Mereka berada dalam posisi itu dalam waktu yang cukup lama, hal itu dilakukan kaisar agar Xera tenang.

"Sudah?" Tanya kaisar, Xera mengangguk pelan.

"Pulang ya?" Tanya kaisar lagi, Xera mendongakkan kepalanya dan menatap kaisar, lagi-lagi Xera hanya mengangguk.

Kaisar membawa Xera pulang, kaisar menggunakan portal sehingga tak membutuhkan waktu yang lama mereka sampai didalam kamar Xera, kaisar langsung merebahkan tubuh Xera diatas ranjang.

"Ganti baju dulu." Ucap Xera pelan, bajunya kotor karena terkena tanah.

"Baiklah."

Xera berjalan dengan langkah yang gontai, dia ganti pakaian menggunakan pakaian tidurnya yang seperti biasa dipakai, setelah itu Xera kembali merebahkan tubuhnya disana.

Kaisar menyelimuti tubuh Xera, dan duduk disampingnya. Xera memejamkan matanya, dan kaisar dengan setia terus mengelus rambutnya. Setelah beberapa saat, kaisar mendengar suara helaan nafas yang normal, Xera sudah tertidur.

"Selidiki semuanya! jangan sampai ada yang tersisa." Ucap kaisar dengan datar, setelah mengatakan itu muncul seseorang seperti asap.

"Baik yang mulia."

Kaisar menghela nafas berat, dia memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Dia terlambat datang karena kondisinya sedang tidak baik-baik saja, bahkan dia kehilangan kesadarannya beberapa jam yang lalu, tapi karena Ethel yang terus mengatakan sesuatu tentang Xera, akhirnya dia terbangun dan langsung datang kemari.

"Tidurlah yang nyenyak." Kaisar mencium kening Xera dengan lembut, setelah itu dia menghilang seperti asap.

•••

"Yang mulia, nona sudah mengucapkan sumpah pada mereka semua. Itu semua mutlak karena sang dewa dan Dewi pun merestui nya." Jelas Ethel.

"Sumpah?"

"Benar yang mulia, nampaknya nona Xera bukan orang sembarangan."

"Aku tahu itu, lalu bagaimana denganku pelakunya?"

"Seperti dugaan anda, sebaiknya kita biarkan nona saja yang menghukum mereka, anda cukup mendukungnya saja di belakang."

"..... ya."

•••

Xera terbangun dari tidurnya, kepalanya tidak sakit sama sekali. Dia melihat sekeliling, ada Syua dan Amy yang duduk di sofa dengan mata yang terpejam, mereka terlihat kelelahan.

Dengan langkah yang teramat pelan, Xera keluar dari kamarnya. Suasana sudah gelap dan mungkin hampir pagi, Xera berjalan seorang diri di lorong yang sepi. Dia berjalan menuju kamar ayahnya, mata Xera kembali buram karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya, itu karena aroma ayahnya tercium jelas disana.

Xera mengelilingi kamar ayahnya sebelum akhirnya Xera duduk di ujung ranjang, dia melihat foto dirinya sewaktu kecil yang terpampang jelas disana, Xera tersenyum. Dia masih belum sanggup untuk melihat wasiat yang ditinggalkan ayahnya, karena itulah Xera memilih untuk keluar dari ruangan tersebut.

"Apa yang kau lakukan disana? lancang sekali kalian." Datar Xera, dia menatap Melinda dan Tansy yang baru saja keluar dari gudang harta milik keluarganya.

"Apa? ini, itu...."

"Pergi." Datar Xera.

"Baik, kami akan kembali ke kamar." Balas mereka dengan cepat.

Sebelum mereka melangkah jauh, Xera menghentikan langkah mereka dengan sihirnya.

"Pergi dari kediaman ku sekarang juga!" Datar Xera, sorot matanya yang merah menyala nampak menyeramkan saat ini.

"Apa? kau tidak bisa mengusir kami sesuka mu, Xera. Mentang-mentang tuan sudah tidak ada kau...."

"PERGI SEKARANG JUGA ATAU KALIAN KU BUNUH SEKARANG JUGA!" Marah Xera, dia mengeluarkan api abadinya, Tansy shock bukan main.

Jika mereka memiliki elemen api, mungkin itu hanya api biasa saja. Tapi kenapa Xera memiliki api abadi??

"Ibu, sebaiknya kita pergi." Ajak Tansy yang ketakutan, api abadi bisa membuat mereka kehilangan sihirnya, karena hanya dengan api abadi mereka bisa mengambil sihir lawan.

Setelah melihat mereka pergi, Xera melirik keruangan yang gelap. Dia tahu, itu adalah bawahan Kaisar karena sejak tadi terus mengikutinya.

"Tolong awasi mereka, jangan sampai mereka keluar membawa barang-barang dari kediaman ini." Ucap Xera.

"....... Baik nona." Patuhnya, dia bingung karena tugasnya hanya untuk memantau dan melindungi Xera, tapi kenapa Xera malah memerintah nya juga? sialnya dia tidak bisa menolak sama sekali.

Xera berjalan menuju taman kaca yang sering dia gunakan untuk berbincang dengan ayahnya, Xera berbaring disana dengan mata yang menatap langit. Matanya mulai terpejam kembali, dia lelah.

"Nona Xera memilih energi iblis." Ucap Ethel pada rekannya yang baru saja di perintahkan oleh Xera.

"Ya, itu mungkin iblis dalam hatinya yang mulai bangkit. Itu sudah ada sejak lama, tapi baru sekarang di bangkitkan."

"Ya, semoga kedepannya nona Xera tidak begitu kejam."

Saat mereka sedang asik berbincang, mereka melihat sosok tuan mereka yang datang dengan wujud manusianya, mereka saling pandang dan tersenyum saat kaisar menggendong tubuh Xera tidak tertidur.

Sebelum itu, kaisar melepaskan mantelnya untuk Xera pakai agar tidak kedinginan. Kaisar membawa Xera kedalam kamarnya, setelah itu kaisar merebahkan tubuh Xera diatas ranjang dan dirinya pun ikut berbaring.

Kaisar memeluk pinggang Xera, Xera yang merasa nyaman mulai mencari kehangatan dalam pelukan kaisar, tentu saja hal itu membuat kaisar senang karena itu berarti Xera sangat nyaman bersamanya.

Terpopuler

Comments

nacho

nacho

😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘okk

2024-05-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!