Chapter 3

"Haishh!!"

Xera merebahkan tubuhnya diatas lantai, ahh lebih tepatnya diatas tumpukan buku yang kini berceceran dimana-mana. Dia berada di perpustakaan milik keluarganya, sangat besar dan luas.

Xera sedang membaca mengenai sihir, dan dia masih belum mengerti bagaimana caranya mengeluarkan sihir. Maklum, dia orang awam dan juga bukan asli dari dunia ini. Apakah benar jika dia maupun Xera yang dulu tidak memiliki sihir apapun? tapi....

"Hangat." Gumam Gera saat tangannya memegang sebuah buku tebal yang terkunci dan diikat dengan rantai, buku tersebut sangat tebal.

Xera sangat penasaran dengan isi dari buku tersebut, tapi sangat sulit untuk dibuka. Xera terus membulak balikan buku tersebut untuk melihat bagaimana caranya agar buku tersebut terbuka, namun setengah jam berlalu, Xera masih belum berhasil untuk membukanya.

"Teteskan darahmu diatas buku itu."

Xera tersentak kaget, dia celingak-celinguk mencari sumber suara itu namun disana tidak ada orang satupun, Xera lagi-lagi diam. Itu bisikan ditelinga nya, terdengar jelas dan nyata.

Matanya mencari benda tajam, akhirnya Xera membuka peniti dipakainya dan mulai menusuk jari telunjuknya hingga mengeluarkan darah, setelah itu Xera mulai meneteskannya pada buku besar yang dia letakkan dilantai.

Darahnya terasa dihisap, Xera sendiri sampai meringis dan kepalanya begitu pusing.

CTAK!!

Buku tersebut terlepas dari rantai dan gembok nya, Xera menghela nafas lega. Dia menyandarkan tubuhnya pada lemari buku, Xera mulai membaca halaman demi halaman buku tersebut. Matanya menyipit, sekali lagi Xera memastikan buku tersebut dari awal.

"Apa-apaan buku ini? setelah menghabiskan darahku kau hanya memperlihatkan sebuah kisah percintaan yang membosankan! benar-benar menyebalkan." Marah Xera, dia terlihat kesal sekarang.

"Tapi, siapa yang membuat buku ini? kenapa namanya...." Xera kembali membaca buku tersebut sedikit demi sedikit, matanya terlihat serius.

Bahkan kini Xera nampak fokus pada buku tersebut, dia tidak peduli dengan panggilan dari para pelayan yang menyuruhnya untuk kembali kedalam kamar karena hari sudah mulai gelap. Xera nampak asik membaca buku tersebut, entah kapan Xera selesai membaca buku tersebut yang jelas Xera sampai tertidur disana.

Setelah Xera selesai membaca buku tersebut, Xera tertidur dan buku tersebut hilang begitu saja. Benar-benar lenyap ditelan gelapnya malam.

•••

"Yang mulia putra mahkota datang berkunjung? astaga, ibu. Aku harus segera bersiap...." Senang Tansy, dia mulai berdandan karena dia sangat mengidam-idamkan putra mahkota.

"Tanpa berdandan pun kau terlihat begitu cantik, sayang." Senyum Melinda.

"Ibu..." Malu Tansy dan Melinda hanya terkekeh.

•••

"Maafkan saya, Duke. Saya baru sempat berkunjung.." Ucap putra mahkota pada Duke Fedro.

"Tidak apa-apa yang mulia, saya merasa bersyukur karena anda mau meluangkan waktu sibuk anda untuk datang kemari." Senyum Duke Fedro.

"Bukan masalah besar, ayah dan ibu menyuruh saya untuk mengunjungi nona Xera. Saya dengar, dia terluka." Jelas putra mahkota.

"Benar, Xera putri saya sempat tak sadarkan diri namun sekarang keadaannya sudah jauh lebih baik, mungkin saat ini dia sedang bersiap-siap." Duke Fedro tersenyum canggung, padahal beberapa waktu yang lalu semua pelayan dibuat takut karena mereka tidak menemukan sosok Xera dikamar nya, ternyata Xera ditemukan di perpustakaan bahkan sampai tidur disana.

"Selamat siang yang mulia putra mahkota." Sapa Tansly dan Melinda yang begitu hormat.

"Ya." Angguk putra mahkota yang melirik Tansy, aura Tansy nampak bersinar. Mungkin karena Tansy seorang jenius yang memiliki dua elemen dalam tubuhnya, dia tertarik dengan itu.

Karena menurut sejarah, hanya orang-orang tertentu lah yang terpilih untuk memiliki dua elemen dari para dewa, mereka mendapatkan berkat dari dewa langsung.

Tansy merasa senang karena putra mahkota terus memperhatikannya diam-diam, dan hal itu disadari oleh Duke Fedro yang nampak datar karena tak senang dengan hal ini. Tansy nampak terang-terangan memperhatikan putra mahkota juga, mereka seperti sepasang kekasih yang bersembunyi dari orang lain.

"Ayah, aku lapar. Kenapa pelayan tidak menyediakan makanan untuk ku?" Tanya Xera yang datang dengan memakai gaun tidurnya yang tipis namun Xera memakai mantel karena pelayan yang baru saja memakainya, rambutnya juga berantakan, bahkan wajah Xera terlihat masih mengantuk.

"Xera, putriku..." Kaget Duke Fedro yang tak percaya dengan penampilan Xera saat ini, biasanya Xera akan tampil begitu mewah untuk menyambut putra mahkota, tapi kenapa sekarang?

"Kenapa ayah? ahh putra mahkota, selamat siang putra mahkota." Sapa Xera dengan santai dan dia kembali menatap sang ayah.

"Ayah cepat, aku benar-benar lapar sekali. Apa ayah tega melihat aku kelaparan seperti ini?" Rengek Xera, dia beneran lapar memang.

"Baiklah, ayah akan menyuruh pelayan untuk mengantar makanan ke dalam kamarmu." Pasrah Duke Fedro.

"Baik ayah." Senang Xera dan kembali pergi begitu saja, hal itu membuat putra mahkota diam seperti orang bodoh.

Biasanya, Xera akan sangat antusias jika dia datang. Tapi kenapa sekarang Xera berubah? bahkan, sosoknya pun nampak tak ada apa-apanya sekarang.

"Putra mahkota, maafkan sikap lancang putriku. Setelah sembuh dari sakitnya, dia memang sedikit aneh." Ucap Duke Fedro yang menundukkan kepalanya pada putra mahkota.

"Tidak apa-apa, Duke." Senyum putra mahkota.

Tansy dan Melinda tersenyum senang karena tindakan memalukan Xera membuat putra mahkota tak senang, mereka tahu bahwa putra mahkota tidak menyukai Xera yang kejam dan selalu bertindak kasar, calon ratu tidak mungkin memiliki sikap kasar dan brutal sepertinya.

"Saya tidak bisa berlama-lama, masih banyak urusan yang harus saya kerjakan. Saya kemari ingin memberikan undangan untuk nona Xera dan.... nona Tansy juga." Jelas putra mahkota yang menyuruh ajudannya untuk mengeluarkan surat undangan mewah.

"Terimakasih putra mahkota." Balas Duke, dia sudah tahu mengenai undangan tersebut. Itu adalah undangan pesta ulang tahun putra mahkota yang ke 21 tahun, sedangkan Xera dan Tansy baru berusia 18 tahun. Itu usia yang pas untuk menikah, bahkan mungkin cukup tua bagi rakyat biasa.

•••

"Aku yakin, buku yang aku baca semalam ini menceritakan tentang kehidupan ku disini. Terbukti dengan kedatangan putra mahkota kemari, dia akan membawa surat undangan untuk kami." Jelas Xera pada dirinya sendiri.

Dia makan dengan begitu lahap, Xera benar-benar tak percaya dengan apa yang ia baca semalam. Semuanya tersusun rapih dan Xera merasa bahwa kehidupan yang dia alami sekarang ialah atas ikut campur seorang penulis, apakah penulisnya seorang dewa atau Dewi?

"Aku tidak peduli siapa penulisnya, yang jelas aku ingin hidup bahagia disini. Jadi, aku tidak boleh menikah dengan putra mahkota, dia benar-benar tidak layak untuk ku." Kesal Xera yang memakan habis hidangan didepannya.

"Baiklah, setelah ini kita harus berlatih Xera! aku tidak akan menyerah!!" Tegasnya yang begitu yakin, Xera yakin bahwa dia bukan sampah yang tidak memiliki elemen apapun dalam tubuhnya.

Terpopuler

Comments

Retno Palupi

Retno Palupi

bagus semangat sera

2024-05-16

1

nacho

nacho

😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘okkk

2024-05-16

0

Ivan Fadilah Fadilah

Ivan Fadilah Fadilah

sema gat

2024-05-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!