Ayana terbangun ketika dia mendengar suara pintu yang terbuka dengan sangat kasar. Kepalanya yang masih berat karena rasa kantuk yang masih menggelayut di matanya membuat Ayana tidak bisa bereaksi dengan cepat ketika seseorang menekan tubuhnya kembali ke ranjang.
Bahkan sebelum Ayana sadari apa yang tengah terjadi, dia merasakan nafas hangat dan memburu, berhembus di sekitar tengkuk dan wajahnya, sebelum bibirnya dilumat oleh pria yang masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi ini.
Kamar Ayana memang tidak disediakan kunci, maka dari itu, siapa saja dapat masuk ke dalam kamarnya dengan bebas.
Selama dua hari ini, Ayana selalu tidur diliputi dengan ketakutan. Dia takut hal seperti ini akan terjadi, tapi setelah empat hari berlalu dan tidak terjadi apa- apa, Ayana mulai relaks dan baru kali ini dia dapat tidur dengan sedikit lebih nyaman.
Namun, siapa yang menyangka, justru malam ini Carlos memilih untuk datang ke kamar Diana, dengan tubuh yang menguarkan aroma alcohol dan parfum wanita, entah berapa wanita yang sudah dia tiduri. Tapi, kenapa Carlos masih mencarinya?
“Jangan!” Ayana berteriak, tapi Carlos justru semakin marah. Dia mengangkat tangannya dan menampar Ayana.
Begitu tamparan tersebut mendarat di pipinya, Ayana merasakan kepalanya seolah berputar. Carlos yang berada di bawah pengaruh emosi dan nafsu, tidak dapat mengontrol pikiran dan tenaganya ketika dia memukul Ayana.
“Berani sekali kau melawanku!” Carlos berteriak begitu keras hingga telinga Ayana berdenging. “Jadi, kau tidak mau denganku, tapi kau mau dengan Juan!?”
Ayana tidak mengerti mengapa Carlos mengatakan hal semacam itu. Pikiran Ayana begitu berkabut setelah tamparan pertama.
“Tidak,” Ayana berkata perlahan, dia berusaha untuk tidak menangis ketika Carlos dengan paksa menarik baju tidur yang dia kenakan.
“Tidak?” Carlos mencengkeram kedua tangan Ayana dan menahannya di atas kepalanya. Dia menatap Ayana dengan amarah yang berkobar di kedua matanya. “Kau bilang tidak?! Kau pikir aku lupa kalau kau berselingkuh dengan Juan!?”
Kata- kata Carlos kemudian mengingatkan Ayana pada cerita Dalia. Apakah Carlos salah mengidentifikasinya dengan Bianca? Tapi, kalaupun benar, apa yang Ayana bisa lakukan dengan informasi itu di saat Carlos tengah kalap seperti ini?
“Aku bukan Bianca!” Ayana berteriak putus asa, tapi yang dia dapatkan hanyalah tamparan baru di wajahnya dan Carlos tidak lagi mengatakan apa- apa saat dia mulai menjelajahi tubuh Ayana dengan kasar.
Sepanjang malam, Carlos memperlakukan Ayana tidak lebih dari sebuah bayangan seorang wanita yang bahkan tidak gadis itu kenal. Merasakan pelampiasan kemarahan dan frustasi Carlos, dan juga kesedihan dan keputus asaannya yang tidak bisa dia tunjukkan ketika dia berada dalam kondisi sadar.
Tapi, seperti sebelumnya, Ayana tidak bersimpatik sama sekali pada Carlos dan penderitaannya.
Setelah tamparan ketiga, keempat dan kelima yang Ayana dapatkan, gadis itu tidak lagi bersuara, matanya menatap langit- langit, pikirannya mengelabui apa yang dirinya rasakan saat ini.
Ayana berandai dirinya berada di tempat yang jauh, di tempat dengan suara deburan ombak dan bukan desahan nafas Carlos yang memburu.
Ayana berandai dirinya berada di sebuah rumah kecil dengan matahari yang hangat dan angin yang berhembus lembut.
Ayana berandai dirinya tidak berada di sini, terkungkung dalam dekapan Carlos yang terus menerus memanggil nama Bianca di setiap detiknya.
Dan ketika mimpi buruk itu berakhir dan Carlos telah pergi, Ayana mengerjapkan matanya, tidak ada air mata yang keluar dari kedua mata indahnya.
Setelah menit berlalu dan dirinya yakin Carlos tidak akan kembali, secara perlahan, Ayana menarik dirinya dari tempat impian yang hanya bisa dia lihat di dalam benaknya saja.
Lamat- lamat bayangan kamarnya yang gelap dan langit- langit, dimana lampu Kristal menggantung, mulai terlihat. Ayana kembali mengerjapkan matanya dan mengalihkan perhatiannya ke pakaiannya yang tercampakkan begitu saja di lantai.
Tanpa menghiraukan rasa sakit di sekujur tubuhnya, Ayana memungut semua pakaiannya dan memasukkannya ke dalam keranjang pakaian kotor yang berada di samping pintu kamar mandi, di dalam kamarnya, sebelum dia masuk untuk membersihkan diri.
Ayana menghabiskan waktu dua jam di bawah shower, memastikan setiap inchi dari tubuhnya tergosok dengan sempurna dan tidak meninggalkan sedikitpun tanda- tanda bahwa kejadian tadi pernah terjadi padanya.
Setelah kulit Ayana mulai mengeriput, memerah dan tubuhnya mulai menggigil kedinginan, barulah pada saat itu Ayana keluar.
Dengan hanya mengenakan handuk, Ayana mendapati Dalia telah duduk di pinggir kasurnya sambil membawakan segelas susu hangat.
Tentu saja Dalia mengetahui apa yang terjadi, suara jeritan Ayana begitu kencang terdengar hingga ke kamarnya yang berjarak tidak begitu jauh.
Namun, ketika Dalia tidak mendengar suara Ayana, dirinya pikir mimpi buruk gadis itu telah berakhir, tapi ternyata tidak.
Ayana hanya menutup dirinya dari kenyataan.
Dalia tahu, karena bertahun- tahun lalu, dirinya pernah berada dalam posisi yang sama dengan Ayana. Dia tahu bagaimana rasanya merasa tidak dihargai dan hanya dimanfaatkan.
Di lain pihak, Ayana menatap wanita paruh baya itu untuk sesaat sebelum dia bergerak ke arah lemari pakaiannya dan mulai mencari baju ganti yang nyaman untuk dirinya pakai tidur.
“Minumlah ini dulu,” Dalia mendekati Ayana setelah gadis itu selesai mengenakan pakaiannya. Dia lalu memberikan susu yang masih hangat di tangannya dan menggenggamkannya ke kedua tangan Ayana yang membeku.
Merasakan kehangatan gelas di tangannya, seolah mencairkan topeng dingin yang Ayana kenakan sejak tadi, hingga membuat air mata tidak lagi terbendung dan Ayana menangis tanpa suara.
“Bertahanlah Ayana, segalanya akan baik- baik saja setelah ini,” Dalia berkata lembut, menepuk punggung gadis dalam pelukannya dan menggumamkan kata- kata yang sekiranya dapat membuat Ayan kembali memiliki harapan.
Ayana tidak menjawab, dia hanya membiarkan Dalia memeluknya dengan erat dan merasakan emosinya yang membuncah di dadanya.
Setelah puas menangis, Ayana menenggak susu hangatnya sampai tandas dan menyerahkan gelas kosong itu pada Dalia kembali.
Setelah merasa lebih baik dan Dalia mengobati luka- luka di tubuh Ayana yang ditinggalkan oleh Carlos, Ayana kembali tidur dan Dalia kembali ke kamarnya.
Tapi, itu tidak menghentikan mimpi- mimpi buruk yang harus Ayana lewati di malam- malam selanjutnya, dimana Carlos akan selalu kembali dan melakukan hal yang sama, lagi dan lagi.
Setelah itu, Dalia akan datang sambil membawakan segelas susu hangat untuk Ayana, mengobati lukanya dan menemaninya hingga gadis itu tenang.
Hal itu berlanjut hingga lima malam berturut- turut.
Pada malam ke enam, Carlos tidak datang, begitu pun dengan malam berikutnya.
Namun, hal yang lebih buruk menanti Ayana dalam absennya Carlos. Bukan dari pria itu, tapi dari wanita yang Ayana anggap sebagai teman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nurasiahnasution Asyiah
kasian
2020-11-20
2
`~•"®@"~❄️
lanjut thor❤️
2020-09-30
1
Widia Wiwi
miris yh jd ayana sedih aja gtu
2020-09-30
1