“Mau sampai kapan kau mengurung diri di kamar?” Dalia mengangkat alisnya dengan sikap menantang. “Kau pikir dengan cara seperti itu, kau bisa terbebas dari Carlos?”
Ayana masih ketakutan ketika mendengar nama itu disebut. Tubuhnya bereaksi dengan berjengit, tapi fakta itu dihiraukan begitu saja oleh Dalia, seraya dia terus berkata.
“Kemari dan duduklah. Biar kuberitahu kau sedikit mengenai Carlos.” Dalia melepaskan cengkeramannya pada lengan Ayana lalu duduk di meja makan. “Kemari dan akan kuberitahu bagaimana menghadapi Carlos,” ucap Dalia lagi ketika dia melihat Ayana tidak bergerak dari posisinya.
“Aku hanya ingin pergi dari tempat ini,” Ayana berkata dengan pelan, menatap kursi kosong di samping Dalia yang ditunjuknya.
“Pergi dari sini?” Dalia mengangkat alisnya seolah mempertanyakan jawaban Ayana. “Kau pikir, kau bisa pergi dari tempat ini? Aku tahu apa ancaman yang Carlos berikan padamu.”
Ayana masih tidak bergerak dari tempatnya berdiri, tapi dia juga tidak lari dari tempat itu. Dia hanya terpaku dan diam.
“Aku pun seorang anomic, orang- orang buangan, sama sepertimu,” ucap Dalia dengan nada lelah. Dia tahu betul betapa sulit mendapatkan hidup yang layak bagi orang- orang dengan strata sosial terendah di masyarakat seperti mereka.
“Kau juga?” baru setelah Ayana mendengar pernyataan Dalia, gadis itu berani mengangkat kepalanya dan menatap wanita paruh baya ini.
“Ya.” Dalia mengangguk. “Aku adalah seorang anomic. Aku menjalani hidup yang kau jalani sekarang, jadi aku tahu seperti apa rasanya ingin mati tapi tidak bisa, sementara hidup terlalu berat untuk dijalani.”
Ayana menggigit bibirnya. Dia tidak tahu kalau memiliki seseorang yang dapat mengerti apa yang dia rasakan dan pernah berada di posisinya sekarang, begitu membuat dirinya merasa getir.
“Kemari dan duduklah,” Dalia menepuk kursi di sampingnya lagi dan kali ini Ayana menurut, dia berjalan dengan ragu- ragu, tapi pada akhirnya dia menghampiri Dalia dan duduk di sebelahnya.
Dalam jarak sedekat ini Ayana dapat melihat Dalia dengan lebih jelas, walaupun wanita paruh baya ini sudah terlihat tidak lagi muda, tapi gurat- gurat kecantikan masih dapat terlihat di wajahnya.
Saat dirinya masih muda, pastilah dia adalah seorang wanita yang dapat menarik perhatian banyak pria. Tapi, terkadang kecantikan itu bisa menimbulkan malapetaka. Apalagi untuk kelas sosial seperti mereka, dimana para kaum berkuasa dapat melakukan apa saja.
“Kenapa kau mau menolongku?” Ayana bertanya, memilin jari jemarinya dengan gugup. Dia tidak ingin terlihat ketakutan seperti ini, tapi memikirkan Dalia akan meminta dirinya untuk melakukan sesuatu yang ada kaitannya dengan Carlos saja, sudah membuat perutnya terasa sakit dan dirinya merasa tidak nyaman.
“Karena kau memiliki kesempatan untuk hidup lebih layak daripada hidup yang aku jalani kini,” Dalia berkata dalam sebuah bisikan dan dia dapat melihat dahi Ayana berkerut karena bingung.
“Apa maksudmu?” Ayana tidak mengerti.
Namun, Dalia tidak menjelaskan apa- apa melainkan menunjukkan pada Ayana apa yang dimaksud dengan kata- katanya.
Dalia lalu menggulung lengan kemeja yang dia kenakan dan menunjukkan beberapa luka lama di atas kulitnya yang putih pucat. Bukan hanya itu saja, Dalia bahkan menunjukkan luka di atas perutnya dan itu merupakan sebuah luka sayatan yang cukup panjang. Dimulai dari pinggul kirinya hingga melintang ke bagian sisi kanannya.
Ayana terkesiap ketika dia melihat luka- luka itu. Tangannya segera membekap mulutnya sehingga dia tidak menjerit, tapi tetap saja otaknya tidak akan lupa akan apa yang telah dia lihat. Semua itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilupakan.
“Apa yang terjadi padamu? Apakah orang- orang itu menyiksamu?” Lalu, satu pikiran yang lebih mengerikan terlintas di benak Ayana. “Apakah ini perbuatan Carlos?”
Dalia tertawa kecil ketika melihat reaksi Ayana, dia tahu kalau luka- luka ini terlihat mengerikan, tapi dia juga menyadari kalau dirinya tidak lagi peduli. Mungkin dua puluh tahun yang lalu, apabila Dalia berada dalam posisi Ayana sekarang, dia akan memiliki reaksi yang sama, tapi Dalia telah melihat luka- luka di tubuhnya ini ribuan kali hingga dia tidak lagi dapat merasakan rasa simpati, bahkan pada dirinya sendiri.
“Tidak, ini bukan perbuatan Carlos.” Dalia menggelengkan kepalanya untuk meyakinkan Ayana kalau ini bukanlah perbuatan pria itu, walaupun tidak menutup kemungkinan Carlos bisa dengan mudah melakukan hal yang sama. “Aku mendapatkan luka- luka ini dari pria yang membeliku dulu.”
Ayana dapat melihat Dalia tersenyum dengan getir, tapi tidak ada rasa kesedihan di dalam senyumannya itu. Entahlah itu apa, tapi yang pasti, Ayana dapat melihat kilatan amarah di matanya.
Untuk sesaat mereka tidak saling bicara, sementara Ayana menunggu kalimat Dalia selanjutnya, berpikir kalau mungkin dia akan menyusun sebuah cerita luar biasa untuk diperdengarkan pada Ayana mengenai aksi heroiknya di masa lalu, atau bagaimana dia bisa berada dalam genggaman Carlos sekarang.
Namun, semua dugaan Ayana meleset. Dalia justru menjawab pertanyaan yang Ayana ajukan beberapa saat lalu tanpa ada pembahasan sedikitpun mengenai dirinya.
“Kau adalah wanita pertama yang Carlos perbolehkan tinggal di rumah ini,” ucap Dalia. “Itu bisa berarti dua hal.”
Ayana memotong kata- kata Dalia sebelum dia dapat melanjutkan monologue- nya. “Abby juga sesekali tinggal di tempat ini.”
Begitu mendengar apa yang Ayana katakan, ekspresi wajah Dalia seketika itu juga berubah menjadi tidak suka. Sepertinya, dia tidak menyukai Abby.
“Kau tidak bisa menghitung Abby dalam hal ini.” Dalia meraih tangan Ayana dan menggenggamnya erat. “Carlos tidak akan menyentuh Abby sama sekali.”
“Karena Abby adalah kekasih Sam?” Ayana tahu hal ini dari Abby.
“Ya, karena Carlos tidak akan bermain- main dengan wanita yang merupakan milik orang- orang yang dikenalnya.” Dalia menatap mata Ayana dengan tajam, hingga membuat gadis itu beringsut menjauh, takut kalau- kalau Dalia akan melakukan sesuatu yang membahayakan. “Jangan dekati Abby. Dia tidak terlihat sebaik yang kau kira.”
“Apa?” Ayana mengerucutkan bibirnya. “Kenapa kau bisa mgatakan hal seperti itu? Aku rasa dia cukup baik dan pengertian.”
“Oh, my dear.” Dalia menggelengkan kepalanya dengan putus asa, “Tidak semua orang bisa kau anggap sebagai teman dan Abby adalah salah satu orang yang harus kau waspadai.”
Ayana memang baru mengenal Abby dan walaupun gadis itu terlihat baik, tidak akan ada ruginya bagi Ayana untuk memperhatikan peringatan yang Dalia berikan.
“Baiklah.” Ayana menunduk dan menyetujui kata- kata Dalia, tapi dia juga mengerti kalau hal yang sama juga berlaku bagi Dalia.
Ayana harus mewaspadai wanita paruh baya ini.
Tidak ada kata ‘teman’ dalam situasinya.
Dalia lalu menghela nafas dalam- dalam sebelum dia mengatakan pada Ayana apa dua alasan Carlos menahannya di tempat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nurasiahnasution Asyiah
bikin penasaran trus
2020-11-20
1
Happy Narulita
kalo bisa jangan lama2 ya up nya? 😁✌critanya 👍👍
2020-09-23
1