Ayana berjalan menyusuri gang sempit di belakang rumahnya agar bisa sampai ke jalan utama.
Setiap kali, dia akan menoleh kebelakang untuk melihat, apakah ada seseorang yang mengejarnya. Namun, yang menyambutnya hanyalah kegelapan.
kalau saja Ayana sedang todak berada dalam kondisinya yang sekarang, dia pasti sudah sangat ketakutan kalau harus berada di gang kecil ini malam- malam.
Namun, untuk saat ini, tidak ada hal yang jauh lebih menakutkan bagi Ayana ketimbang harus berurusan dengan para pria yang akan menyeretnya ke pasar gelap untuk diperdagangkan.
Ayana terus memacu langkahnya agar lebih cepat.
Ketika akhirnya dia sampai di mulut gang, Ayana sudah hampir kehabisan nafas.
Walaupun demikian suasana ramai dan seruan serta obrolan dari orang- orang yang berlalu- lalang memverikan kentengan sendiri bagi syaraf- syaraf Ayana yang tegang.
Untuk pertama kalinya, dalam beberapa minggu terakhir ini, Ayana berada dalam keramaian, mendengarkan celoteh remaja- remaja yang saling berbincang dengan teman disebelahnya.
Ayana iri melihat mereka. Bisa dikatakan, Ayana pun berada di usia yang tidak jauh dengan para gadis remaja itu. Namun, kenapa nasibnya sangatlah berbeda jauh hanya karena dia tidak memiliki keluarga yang bisa dijadikan sebagai tempat bernaung?
Sambil berjalan dengan tanpa tujuan, Ayan memperhatikan toko- toko di sekitarnya yang tampak terang benderang dengan sorot lampu yang menarik para pengunjung di bawah langit malam.
Ayana terkesima oleh pemandangan yang sangat jarang dia lihat ini. Untuk sesaat, masalahnya seolah terlupakan.
Namun, itu benar- benar hanya sesaat, karena saat tatapan mata Ayana menagkap sosok berpakaian rapi dengan stelan jas lengkap, yang sama persis dengan yang digunakan oleh dua pria tadi pagi, secara naluri, Ayana mulai berlari.
Nafasnya tersengal karena kehabisan udara. Namun, dia masih tidak bisa menjauh dari orang- orang itu.
Entah ada berapa banyak mereka, tapi sudah pasti mereka lebih dari dua.
Ayana pikir, dia hanya paranoid saja dan orang- orang itu sama sekali tidak ada hubungan dengannya, tapi dugaan Ayana salah.
karena ketika dia menoleh, pria- pria tersebut sedang mengikutinya.
Sambil menabrak beberapa orang dan mendapat makian disana- sini, Ayana menerabas kerumunan pejalan kaki dan terus berlari hingga dia menemukan sebuah pos polisi.
Tanpa banyak berpikir lagi, Ayana segera berlari kesana, menduga dia akan mendapatkan perlindungan dari para penegak hukum itu.
Selama berlari, Ayana berulang kali menatap ke balik punggungnya, memastikan pria- pria tersebut masih berada di belakang dan tidak bisa mencapainya.
Entah mengapa, Ayana merasa mereka sengaja untuk tidak menangkapnya secara langsung dan menjaga jarak, membiarkan Ayana dengan usahanya melarikan diri.
Setelah sampai di pos polisi, nafas Ayana tersengal, rasanya jantungnya mau meledak saja.
Dua orang polisi yang berjaga disana bergegas menghampiri Ayana dan menanyakan keadannya.
"Ada apa? Kenapa kamu tergesa- gesa seperti ini?" tanya salah satu polisi yang berbadan paling kurus disana. Dia membimbing Ayana agar bisa duduk di kursi panjang, tidak jauh dari tempat Ayana berdiri.
Polisi lainnya mengambilkan segelas air putih agar Ayana menjadi sedikit lebih tenang, yang diterima gadis itu dengan tatapan penuh suka cita.
"Terimakasih," gumam Ayana sambil menenggak minuman tersebut dan mengembalikan gelas kosongnya pada polisi yang sama.
"Ada apa?" tanya polisi yang bernama Bernard, dia adalah orang yang memberikan Ayana segelas air.
"Ada orang yang mengikutiku!" seru Ayana dengan suara gemetar, matanya terus menerus menatap ke arah pintu, takut kalau- kalau orang- orang itu akan menerobos masuk.
"Siapa yang mengikutimu?" tanya Alex, polisi yang bertubuh jangkung.
"Ada orang- orang yang akan membawaku ke pasar gelap, mereka akan menjualku disana!" Ayana menjadi sedikit histeris ketika mengatakan hal ini.
Ayana pikir kedua polisi ini akan segera melakukan sesuatu atau setidaknya menanyakan beberapa pertanyaan mengenai; 'bagaimana Ayana dapat melarikan diri dari mereka?' atau, 'bagaimana Ayana tahu kalau orang- orang ini berasal dari pasar gelap?'.
Atau setidaknya mereka akan mencatat pengaduan Ayana, tapi ternyata tidak. Mereka tidak melakukan apapun dan hanya saling tatap.
"Ada yang mau menjualku ke pasar gelap!" seru Ayana lagi, berpikir kalau mereka tidak mendengar dengan jelas kata- kata pertamanya.
Tapi, saat Ayana melihat kedua polisi itu diam saja tanpa melakukan apapun, jantungnya yang tadi sempat merasa lega, kembali berdetak lebih cepat.
"Tolong aku..." Ayana menatap mereka dengan tatapan memelas dan suara yang tercekat di kerongkongan.
Kenapa kedua polisi ini tidak melakukan apapun? Ayana bertanya- tanya dalam hati dengan bingung.
Tapi, sesaat kemudian, kebingungannya berubah menjadi jerit tertahan ketika matanya menangkap sosok yang berjalan perlahan menuju pos polisi ini.
"Itu! Itu mereka!" Ayana menunjuk tiga orang pria yang hendak menghampirinya, mereka bahkan sudah berdiri di depan pintu, perlahan melangkah masuk.
"Tolonglah, mereka akan menjualku ke pasar gelap!" Ayana masih tidak mengerti mengapa kedua polisi ini masih tidak melakukan apapun untuk menolongnya.
seolah mereka terpaku di tempat dan telah berubah menjadi boneka.
"Selamat malam," sapa salah seorang dari tiga pria yang menghampiri pos polisi ini, dengan suaranya yang dalam.
Ayana baru akan melompat dan melarikan diri lagi, tapi sangat terlambat baginya karena kedua pria itu telah menghalangi satu- satunya pintu keluar.
Merasa tidak mempunyai pilihan lain, Ayan berdiri dan bersembunyi di balik punggung polisi bernama Alex.
"Selamat malam," Bernard menjawab sapaan pria pertama.
"Aku akan mengambilnya." Tanpa banyak basa- basi, pria itu mendeklarasikan niatnya. "Sebaiknya kau mundur."
Bernard tampak ragu, dia kemudian bertanya. "Apakah gadis ini adalah 'anomic'?"
Anomic adalah sebutan bagi orang- orang seperti Ayana. Orang- orang yang tidak memiliki keluarga dan tidak memiliki orang- orang yang yang akan mencari mereka apabila mereka menghilang.
Subyek paling tepat untuk dijadikan obyek perdagangan di pasar gelap.
Bisa dikatakan orang seperti Ayana adalah mereka yang menduduki strata paling rendah dalam masyarakat, dimana keberadaan atau ketiadaan mereka tidak berarti apapun bagi sekitarnya.
Bahkan pihak berwajib tidak begitu menaruh perhatian pada kasus- kasus hilangnya para Anomic.
Seperti itulah kehidupan di kota T.
"Ya," jawab pria berjas hitam sambil menyalakan rokoknya. "Keluarganya sudah setuju untuk transaksi ini, jadi sebaiknya kalian mundur."
Bernard dan Alex saling tatap, mereka hanyalah pegawai rendahan yang tidak memiliki jabatan yang signifikan, jadi untuk melawan orang- orang seperti di hadapan mereka ini, tentu saja itu bukanlah hal yang bijak untuk dilakukan.
Dimana pemimpin kelompok ini memiliki jaringan di luar dan di dalam pemerintahan.
Tidak ada gunanya bagi mereka untuk bersikap sok pahlawan.
Maka dari itu, mereka berdua melangkah ke samping dan membiarkan dua orang pria yang baru memasuki pos polisi ini, untuk membawa Ayana.
"Silahkan," ucap Alex.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Ayu Zahar
nyesek...kasian ayna 😭
2020-11-20
1
Nurasiahnasution Asyiah
suka
2020-11-20
2
Nurasiahnasution Asyiah
Thor bagus ceritanya
2020-11-20
2