Awalnya Ayana tidak menyadari apa yang sebenarnya tengah terjadi, tapi kemudian saat dia menengadahkan kepalanya, mata tajam itu menatapnya dalam.
Seorang pria, dengan aura yang jauh lebih menakutkan daripada Nick, pria yang telah menjambak rambut Ayana, tengah berdiri menjulang di hadapannya.
Wajah tampannya tampak mengerikan dengan rahang yang tegas dan garis wajah yang nyaris sempurna.
Ayana benar- benar tidak habis pikir bagaimana pria seperti ini bisa eksis.
Saat kesempurnaannya begitu memikat, tapi di saat bersamaan juga ada sesuatu di dalam dirinya yang mengumandangkan bahaya pada orang- orang di dekatnya.
"Juan!"
Suara Cassandra yang nyaring menyadarkan Ayana dari pikirannya sendiri. Gadis itu menyadari apa yang tengah terjadi dan buru- buru berdiri sambil merutuki dirinya sendiri.
Apa yang aku pikirkan, sih?!
Tidak seharusnya Ayana membuang- buang waktu dengan melamun. Ini bukan saatnya untuk itu!
Dan ketika Ayana akan bersiap untuk lari kembali, pria bernama Juan tersebut justru mencengkeram leher Ayana dengan kuat.
Mencekiknya hingga Ayana harus berjinjit agar dia masih bisa mendapatkan udar yang cukup untuk paru- parunya yang malang.
Ayana tidak menyangka pria ini akan melakukan hal ini padanya. Apakah dia akan dibunuh saat itu juga?
"Siapa dia?"
Suara pria itu terdengar dalam dan bengis ketika dia bertanya pada Cassandra, membuat sang wanita gemetar ketika menjawabnya.
"Gadis baru," jawab Cassandra dengan takut- takut, dia tidak berani menatap mata Juan, sehingga yang dia lihat adalah sepatunya dan ujung kaki Ayana yang berusaha mencari pijakan.
Ayana merasa dadanya terbakar karena kekurangan oksigen dan pandangannya mulai mengabur.
Apakah aku akan mati disini? Pikir Ayana dengan tragis.
Kegelapan seolah merupakan pilihan terakhir Ayana sampai seseorang melangkah maju dan menepuk pelan pundak Juan.
"Sebentar lagi tamu- tamu itu akan datang," ucap pria kedua dengan nada bosan. "Berikan gadis ini untukku, aku suka mereka yang masih baru dan masih bersemangat untuk kabur, berpikir kalau mereka bisa melarikan diri dari tempat ini."
Juan melirik sahabatnya, Carlos, yang tengah menyeringai padanya.
Kalau di ibaratkan Juan adalah musim dingin, maka Carlos adalah musim semi dimana bunga- bunga mulai bermekaran.
Namun, bukan berarti Carlos tidak berbahaya, justru di balik keceriaannya itulah, letak kebrutalannya.
"Ayolah, kau tahu kesukaanku," bujuk Carlos seperti anak kecil.
Di detik berikutnya, Juan menghempaskan tubuh Ayana ke lantai dan berjalan seolah tidak terjadi apapun.
Waktunya benar- benar terbuang percuma.
Sebenarnya Juan tidak selalu turun tangan dalam insiden kecil seperti ini, hanya saja Ayana menabraknya di waktu yang tidak tepat.
Juan sedang tidak dalam mood yang baik karena ada masalah bisnis yang terjadi dan yang dia inginkan sekarang adalah membunuh siapa saja yang menghalangi jalannya.
Ayana memberikan alasan bagi Juan untuk menyalurkan amarahnya di waktu yang tidak tepat.
Beruntungnya, Carlos menaruh minat pada gadis ini.
Ayana tengah terduduk di lantai, terbatu karena berusaha mengambil udara sebanyak yang dia bisa, merasakan kematian hanya sejengkal darinya.
"Siapkan dia untukku nanti ya," Carlos mengerling pada Cassandra, "Aku ingin dia memakai gaun putih," tidak lupa dia memesan 'tampilan' yang dia inginkan.
Cassandra mengangguk dengan cepat. "Baiklah,"
Putih, merupakan warna kesukaan Carlos.
Pria itu kemudian berjongkok di hadapan Ayana dan meletakkan jarinya di bawah dagu Ayana agar gadis itu dapat menatap matanya yang cokelat kusam.
"Kita ketemu lagi nanti ya," selesai mengatakan itu, Carlos mendaratkan sebuah ciuman di pipi Ayana, dekat ke sudut bibirnya.
Pria itu menyeringai dan pergi saat melihat keterkejutan di mata Ayana.
***
Ayana mengenakan backless dress berwarna putih dengan bagian dada yang terbuka.
Dengan rambutnya yang panjang, dia berusaha menutupi bagian- bagian yang terekspos, tapi tetap saja, Ayana merasa seperri sedang telanjang.
Menatap sekitarnya, Ayana mendapati empat remaja lainnya tengah mengenakan dress yang sama seperti dirinya, hanya saja milik mereka berwarna merah dan sedikit lebih pendek dari Ayana.
Mungkin ini karena postur tubuh mereka juga yang jauh lebih tinggi dari Ayana.
"Cepat keluar semuanya!" Cassandra kembali muncul dari balik pintu yang terkunci, berteriak dengan bengis pada mereka semua.
Sepertinya kemarahannya pada Ayana semakin menjadi- jadi. Apalagi dengan ditambah Cassandra tidak bisa melukai Ayana secara fisik, memukul atau menyiksanya seperti yang gadis- gadis ini katakan, setiap kali mereka melakukan kesalahan.
Ayana mengerjapkan mata dan menggigit bibirnya, mengetahui kalau apa yang akan dia hadapi nanti akan lebih buruk daripada hanya menerima kemarahan Cassandra.
Saat Ayana berjalan keluar dan melewati Cassandra, wanita itu sengaja meletakkan kakinya di hadapan Ayana dan membuat dirinya hampir jatuh terjerembab dan menambah luka lebam di dirinya.
Hanya saja Cassandra menangkap lengan Ayana sebelum wajahnya yang manis menyentuh lantai.
Wanita itu menyeringai dan berkata dengan nada suara yang dingin. "Hati- hati saat kau mengambil langkah."
Walaupun kalimat tersebut seperti sebuah kepedulian, tapi sesungguhnya terselip sebuah nada ancaman di dalamnya.
Ayana segera menegakkan punggungnya dan melepaskan cengkeraman di lengannya yang menyakitkan.
"Jalan!" Cassandra mendorong pundak Ayana dengan keras dan membelalakkan matanya.
Seperti anak domba yang digiring ke tempat penyembelihan, mereka semua mengikuti langkah Cassandra dengan patuh, melewati koridor demi koridor yang menghubungkan satu tempat ke tempat lainnya.
Kali ini Ayana tidak mencoba untuk melarikan diri lagi, pengalamannya tadi memberitahukannya bahwa; sekali lagi dia melakukan tindakan bodoh itu, bahkan ketertarikan Carlos pada dirinya tidak akan bisa menyelamatkan nyawanya untuk kedua kali.
Mereka berhenti di depan sebuah pintu yang memiliki ukiran rumit berwarna emas di atas kayu kokoh berwarna cokelat kusam.
Cassandra mengetuk pintunya, tiga kali ketukan dan seseorang membukanya dari dalam.
Pria yang membukakan pintu adalah Nick, dia melotot saat Ayana melewatinya, tapi tidak bisa melakukan apa- apa karena Ayana merupakan gadis yang diminta oleh Carlos.
Namun, tetap saja Ayana sedikit gemetar di bawah tatapan tajamnya.
Di dalam ruangan, musik mengalun pelan dengan di temani suara dentingan gelas dan obrolan ringan di selingi dengan tawa disana sini.
Ayana tergugu melihat bar mini di dalam ruangan ini, dengan seorang bartender di belakang meja bar.
Gadis itu hanya pernah melihat semua hal ini dari acara televisi yang diam- diam dia lihat saat Lilian tidak menyadari kalau dia juga ikut menonton.
Ternyata bukan hanya Ayana saja yang mengkeret ketika menghadapi tujuh pria yang tengah duduk di sofa, mengelilingi meja bundar, k empat remaja lainnya yang notabene pernah melayani pria- pria seperti inipun tampak ketakutan dan terlihat enggan untuk berjalan mendekat.
Ayana menelan ludah ketika dia menangkap pandangan Carlos, yang sudah setengah mabuk, tengah menatapnya dengan penuh nafsu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Ayu Zahar
ini novel ke dua yg di baca dgn alur yg sangat mencekam
2020-11-20
1
Nurasiahnasution Asyiah
Thor semoga yg baca banyak yA
2020-11-20
1
Nurasiahnasution Asyiah
Thor bagus lanjut
2020-11-20
1