16.Teror Pertama

Malam jum'at dengan rintik gerimis karena sekarang sudah memasuki musim penghujan. Beberapa warga mulai berkumpul di pos ronda untuk berjaga malam karena kemarin malam ada beberapa orang anak kecil yang melihat orang dengan wajah luka meminta tolong namun setelah di cari tidak ada.

Sudah hampir dua minggu ini tidak ada orang meninggal tapi warga sering mendapatkan teror minta tolong. Pak Haris yang sekarang menjabat sebagai ketua RT menggencarkan warga nya untuk melakukan ronda malam.

"Ku dengar, bu Tini kehilangan uang kemarin." ujar pak Haris memberitahu.

"Berapa banyak?" tanya pak Iswan.

"Tidak banyak, hanya tiga ratus ribu saja. Tapi, yang aneh nya itu bu Tini kehilangan uang dari uang yanag di hitung satu jutaan." ujar pak Haris.

"itu pasti tuyul...!" seru pak Herman.

"Huuusss.... jangan asal nuduh. Kasian Kan tuyul kena fitnah." ujar pak Iswan.

"Menurut ku, pak Herman benar. Pasti di kampung kita ada yang sengaja memelihara tuyul." ujar pak Mawan.

"Belum juga selesai masalah kematian di kampung kita ini, sudah ada yang mengambil pesugihan lagi. Dasar orang-orang malas." ucap pak Haris geram.

"Kalau ada yang instan, kenapa harus yang ribet?" ujar pak Mawan lalu mereka tertawa bersama.

Dingin nya angin malam di hangatkan dengan segelas kopi hitam dan singkong goreng.

Di rumah Kinan, wanita ini sedang asyik menonton televisi bersama ibu dan adik nya. Maryam terus memandang wajah anak nya yang menonton televisi sambil bercanda dengan adik nya.

"Ada apa bu?" tanya Kinan yang merasa heran dengan tatapan ibu nya.

"Kinan, apa kamu sudah mendengar berita tentang kamu di luar sana?" tanya Maryam yang khawatir dengan kebenaran.

"Berita tentang aku?" tanya Kinan menunjuk diri nya sendiri. "Berita tentang apa itu bu?" tanya Kinan yang sebenar nya sudah tahu.

"Mereka mengatakan jika kamu adalah penyebab kematian warga di kampung. Kata nya kita mengambil pesugihan." ujar Maryam membuat Kinan terdiam sejenak.

"Sudah lah bu, mereka hanya iri melihat kesuksesan Kinan. Jika Kinan mengambil pesugihan, kenapa Kinan harus bekerja dan membuka cabang rumah makan dan restoran di mana-mana?" tanya Kinan langsung di benarkan oleh adik nya.

"Kakak benar bu, jika orang yang mengambil pesugihan sudah pasti mereka hanya akan bersantai di rumah. Tapi, kak Kinan tiap hari pergi bekerja." ujar adik Kinan.

Maryam kemudian diam, wanita paruh baya itu merasakan jika hati nya sekarang gelisah tanpa arah. Malam semakin larut, semua orang sudah lelap dalam tidur nya. Di pos ronda, hanya pak Iswan yang masih bangun sambil membakar singkong yang baru saja dia cabut dari belakang pos ronda.

Tiba-tiba, mata pak Iswan tertuju pada sosok manusia yang memiliki tanduk di kepala nya. Pak Iswan melotot lalu mengucek ke dua mata nya karena dia takut salah lihat. Tidak salah lihat, sosok bertanduk itu ada di hadapan nya dengan jarak sekitar sepuluh meter.

Tubuh pak Iswan menegang, apa lagi ketika sosok tersebut melotot ke arah nya dengan darah yang keluar dari ke dua mata nya. Bau nya anyir, seperti darah binatang. Pak Iswan hendak berteriak namun lidah nya kelu. Hanya saja tangan nya yang memegang singkong yang baru saja dia ambil dari api langsung doi lemparkan kepada teman-teman nya yang tidur.

Pak Haris bangun. begitu juga dengan yang lain karena singkong yang panas itu di lempar-lempar pak Haris.

"Ada apa dengan mu Iswan?" tanya pak Haris.

Pak Iswan yang tersadar langsung menghampiri teman-teman nya. "Anu,...itu.... tadi...." ujar nya dengan wajah ketakutan.

"Ada apa, cepat katakan?" ujar pak Herman yang penasaran.

"Anu, itu tadi aku melihat ada orang yang kepala nya bertanduk, mata nya merah melotot bahkan keluar darah dari mata nya dan bau nya sangat amis." kata Pak Iswan memberitahu.

"Mana, dimana kau melihat nya?" tanya pak Mawan yang membawa celurit melihat ke sekeliling namun tidak ada siapa pun di sana. "Ah, tidak ada. Mungkin itu hanya penglihatan mu saja." ujar pak Mawan.

"Aku tidak bohong, kampung kita mulai tidak aman lagi." kata pak Iswan dengan bulu kuduk yang terus merinding.

"Sudahlah, jangan di perdebatkan lagi, nanti ada warga yang dengar bisa bahaya. Sebaik nya kita pulang, lagian sebentar lagi masuk subuh." ujar pak Haris kemudian mereka semua pulang ke rumah masing-masing. Ketika mulai sepi, sosok bertanduk itu tiba-tiba muncul dari belakang pos ronda sambil menatap orang-orang yang sedang berjalan pulang itu. Dia adalah jelmaan si mbah yang selama ini menjadi guru Kinan. Dia akan keluar di malam hari saja dan biasa nya aan keluar di pinggiran hutan tapi, entah kenapa malam ini dia keluar sampai ke kampung Kinan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!