11.Menjenguk Hana

Wanita itu tertawa puas saat melihat penderitaan saudara sepupu nya, ia bahkan seperti orang kerasukan. Kinan kemudian membereskan sesajen yang sedikit berantakan itu, setelah selesai ia tidur di atas kasur yanga ada di kamar tersebut.

Kinan menatap langit-langit kamar itu, memori nya kembali menerawang saat masa-masa Kinan dan keluarga nya kelaparan, di hina bahkan di caci maki depan orang banyak. Tak terasa air mata nya mengalir mana kala ia membayangkan saat ayah di hajar warga sekampung kemudian sakit dan meninggal.

"Aku yang jahat atau mereka?" lirih nya "Jangan salahkan aku jika aku membalas semua nya."

Banyak penderitaan yang di lalui Kinan, bahkan pernah terbesit untuk mengakhiri hidup nya. Namun kembali lagi ia membayangkan wajah ibu dan adik nya yang membuat ia semangat untuk menjalani hidup.

"Lihat, wahai jiwa-jiwa yang sudah aku jual dengan setan, dulu kalian menyakiti ku dan keluarga ku, tapi sekarang lihat lah." ucap nya kemudian wanita itu tertawa.

Fajar menjelang, Kinan harus segera pulang kerumah. Kinan tak lagi mengurus beberapa restoran, wanita itu sudah memiliki orang kepercayaan.

"Baru pulang?" tanya Maryam.

"Iya bu, pekerjaan Kinan sangat banyak." hanya itu kata yang keluar kemudian ia masuk kedalam kamar nya.

Kinan membaringkan tubuh nya yang sangat lelah, mata nya kemudian terpejam. Namun baru saja ia tidur, ibu nya masuk kedalam kamar.

"Kinan, ayo bangun." ujar Maryam sambil menggoyangkan tubuh Kinan.

Kinan menggeliat malas, karena mata nya masih sangat mengantuk. "Ada apa sih bu?" tanya Kinan malas.

"Tolong antarkan ibu ke rumah paman mu." pinta Maryam.

"Untuk apa sih bu?"

"Hana kata nya sakit, ibu harus menjenguk nya."

"Biarkan saja." ucap nya ketus.

"Jangan begitu, dia masih sepupu mu."

Kinan menarik nafas dalam, "Aku juga penasaran bagaimana keadaan nya." batin Kinan.

"Ya udah, Kinan mandi dulu."

Kinan akhirnya bangun dan langsung pergi mandi agar segar, setelah itu ia dan ibu nya langsung pergi ke rumah Arman.

Maryam dan Kinan di sambut Hangat oleh Arman.

"Bagaimana keadaan Hana Man?" tanya Maryam.

" Begitu lah keadaan nya Maryam." jawab Arman sambil membuka pintu kamar Hana.

Kinan ikut masuk, wanita itu melihat Hana yang terus meringkuk di atas kasur seperti orang ketakutan. Hana terus menyebut kata pocong, membuat siapa pun yang mendengar nya akan merinding.

Kinan tersenyum dalam hati nya, "Ini tak seberapa di bandingkan fitnah keji yang dulu kau berikan pada ku." batin Kinan.

Maryam meneteskan air mata nya saat melihat keadaan keponakan nya itu. "Apa tidak bisa sembuh Man?"

"Entahlah, aku sudah memanggil dokter juga beberapa orang pintar namun tak ada satu pun yang memberikan keterangan yang jelas."

"Sabar Man."

Cukup lama mereka berbincang, membuat Kinan sedikit bosan namun ia puas dengan hasil yang ia buat.

"Pria tua ini bahkan tak merasa bersalah karena kematian saudara nya." batin Kinan.

Akhirnya Kinan dan ibu nya pulang, namum sebelum pulang Kinan memberikan sedikit uang kepada Arman karena pekerjaan Arman saat ini pun tidak jelas.

"Ini hasil darah dan nyawa juga jiwa anak istri mu, makan lah." batin Kinan tertawa sambil menyerahkan amplop yang cukup tebal.

"Terimakasih Kinan, kamu memang gadis yang baik." puji Arman.

"Ini tidak seberapa." balas Kinan.

Kinan pulang dengan bangga, hati nya puas luar biasa saat menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan paman nya sekarang.

Hi.....para pembaca ku, terima kasih sudah mampir mohon maaf jika ada kata yang tidak berkenan atau Typo.