Bab 3

Pagi-pagi sekali, Airin sudah terbangun, betapa terkejutnya dia kala menyadari dirinya ternyata tertidur disofa yang sama dengan Revan, ia segera bangun, naik kelantai atas dimana kamarnya berada.

" Aku harus pergi sebelum lelaki itu bangun dan melihatku, "ucapnya bergegas.

Tak berselang lama, Airin turun lagi dengan pakaian yang sudah berganti, setelah sholat subuh dia biasanya akan tidur lagi, karena soal beberes rumah akan ada orang yang datang satu kali dua hari membersihkan rumah. Sedangkan untuk pakaian mereka di laundry, untuk sarapan biasanya Airin hanya memasak nasi goreng untuknya sendiri, tapi kali ini, sengaja dia membuat bubur ayam, ia lebihkan porsinya, meski tak mungkin Revan akan ikut makan dengannya, tetapi tidak masalah, bisa ia makan lagi untuk nanti siang.

Di tengah kesibukan Airin memasak, Revan menggeliat dalam tidurnya, ketika ia membuka mata dan melihat sekeliling ia menyadari kalau saat ini dia tidak berada dikamar. Revan mengambil posisi duduk, ia bersandar di sofa dan memijit kepalanya yang terasa sakit. Perlahan ingatannya tentang pengkhianatan Erika semalam kembali berkelebat dalam pikirannya.

Revan menghela nafas kasar, ketika ia menyadari bajunya telah berganti, Revan mengedarkan pandangan kesekitarnya.

"Apa dia yang menggantikan bajuku? " gumamnya ketika mendengar suara berisik dari arah dapur.

Aroma kuah bubur yang pekat akan bumbu-bumbu menguar di udara, aromanya terasa enak, membuat perut Revan yang kosong dari semalam berbunyi karena merasa lapar. Ia berjalan menuju dapur, melihat Airin sibuk di depan kompor, ia tidak menyapa istrinya itu, melainkan membuka kulkas dan mengambil minuman dingin, setelahnya ia duduk dimeja makan dengan mata masih menatap kearah Airin.

Airin menyadari kehadiran Revan, ia menoleh sekilas dan berkata, "Kau sudah bangun?Lain kali, aku tidak akan sebaik semalam jika kau pulang dalam keadaan mabuk lagi." Revan tidak menjawab dan hanya diam sambil menikmati suasana dapur yang tenang.

Airin memindahkan Bubur kedalam mangkuk besar, keduanya sama-sama terlihat cuek dan saling tidak peduli. Semangkuk bubur, dan kuah serta topingnya ia hidangkan di atas meja. Airin mengambil mangkuk kecil dan sendok, hanya untuk dirinya, karena Revan tak mungkin sudi memakan hasil masakannya.

Airin duduk dengan santai, tampak tak sabar untuk segera mencicipi bubur ayam itu. ia menyendokan bubur dan menuangkan kuah kuning yang sedikit kental keatas bubur, lalu menambahkan ayam suir, kacang kedelai goreng, telur rebus yang di belah, lalu taburan bawang goreng, tak lupa kerupuk udang sebagai penambah kelezatannya.

Airin memakan bubur itu dengan nikmat, setiap suapan yang masuk kedalam mulutnya terasa pecah dan meleleh, sangat enak dan kuahnya terasa segar.

"hmm... " Airin menggoyangkan kepalanya kiri kanan dengan mata terpejam, menikmati kelezatan bubur ayam itu.

Revan mendengus melihat tingkah Airin yang seperti sengaja mengejeknya, "Bisa, ya kamu makan sendiri tanpa menawarkan suamimu, " ucap Revan tiba-tiba.

Sedari tadi ia menunggu Airin menawarkan bubur untuknya, tetapi perempuan itu seolah tidak melihat keberadaannya disana. Malah asik makan sendiri, sampai mangkuknya hampir kosong.

Airin mengangkat kepalanya, ia heran, sejak kemarin lelaki itu terus saja menyebut suami, dan istri yang selama ini terasa tabu keluar dari mulutnya. "Kamu ingin mencoba bubur yang aku buat? Apakah sudah tidak jijik lagi?." Revan memandang Airin dengan tatapan datar, tanpa berkata apa-apa.

Revan berdiri dari duduknya, Airin tak peduli, dia lanjut menghabiskan sisa buburnya yang tinggal beberapa suapan lagi.

"Ehem, sudah kuduga, mana mungkin dia akan memakannya, untunglah aku tidak menawarkan dengan sia-sia, " ucap Airin, setelah buburnya habis, ia mencuci piring kotornya, lalu kembali masuk kedalam kamar.

Siang ini, Airin ada janji temu dengan sahabat baiknya, Raya. sahabatnya itu juga sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan berusia 3 tahun. Jadi, dia berencana membeli hadiah untuk si kecil itu sebelum bertemu Raya.

Airin bersiap-siap untuk keluar rumah. Ketika ia turun, terdengar suara dentingan sendok dari dapur, kening Airin berkerut, karena penasaran, dia pergi melihat kedapur memastikan kalau tidak ada orang asing yang masuk kedalam rumahnya.

Alis Airin terangkat kala melihat siapa yang berada disana.

"Revan? kenapa kamu ke dapur lagi? Apa yang sedang kamu lakukan?" Revan terkejut dan segera berhenti. Dia menatap Airin dengan tatapan bingung.

Airin mendekat, ia melihat bubur dalam mangkuk sudah kosong, sedangkan mangkuk kecil di depan Revan tersisa sedikit.

"Kamu menghabiskan bubur sebanyak itu? " Airin bertanya karena bubur itu memang sangat banyak, dan Revan memakannya tanpa sisa.

Revan menyeka mulutnya dengan tisu, lalu berkata, "Ya, aku lapar dan ingin mencicipi bubur yang kamu buat. Ternyata tidak seenak itu, ekspresimu terlalu berlebihan saat memakannya," Airin terdiam sejenak, tak menyangka bahwa Revan akan memperhatikan dan menghabiskan semua buburnya.

"Oh, tidak enak ya? " Gumam Airin, matanya menatap ke arah mangkuk yang kosong. "Ya, aku memang tidak terlalu pintar memasak, tetapi, aku memasak untuk diriku sendiri, tidak penting juga orang lain akan suka atau tidak. " jawab Airin acuh, kemudian dia berbalik hendak melanjutkan perjalanannya.

Mendengar perkataan Airin, Revan merasa kesal, ia mendorong sisa bubur dalam mangkuk dan selera makannya hilang seketika. Padahal, kemarin-kemarin, dia terus cerewet, memasak setiap hari dan merengek meminta dirinya untuk mencoba, tetapi lihat sekarang, dia seperti orang yang berbeda, sikapnya yang cuek dan selalu menjawab ketika dirinya bicara. Apa perempuan ini masih Airin, istri kontraknya?

Revan melihat ketidakpedulian Airin, jadi dia menegurnya, " kamu mau kemana sepagi ini?" Airin berhenti sejenak dan memandang Revan dengan penuh keheranan.

Tidak biasanya dia akan peduli apa kegiatannya, bahkan jika dia tidak pulang beberapa hari, lelaki itu tidak akan mencarinya. Lalu apa yang terjadi padanya hari ini?

"Aku hanya ingin bertemu teman sebentar. Tidak perlu khawatir. Aku tidak akan menganggumu." Revan merasa semakin marah dan tidak puas dengan jawaban Airin.

Airin melihat ketidakpuasan Revan, tetapi dia tidak ingin bertanya alasan lelaki itu, dia segera melanjutkan langkahnya tanpa menoleh lagi, meski ia mendengar suara kursi bergeser dengan keras, ia tetap tidak peduli. Ia tau, mendiamkan suaminya seperti ini merupakan sebuah dosa, akan tetapi harus bagaimana lagi, 4 tahun lamanya dia mencoba meraih hati Revan, tetapi lelaki itu tetap bersikap dingin padanya. Sikapnya diluaran sana, Airin menutup mata, pura-pura tidak peduli meski ia cemburu dan sakit hati.

"Revan, bersikaplah seperti biasa, sebagaimana mana kamu dulu padaku, kita akan segera bercerai, jadi tidak perlu sok perhatian padaku, " Gumam Airin. Dia melangkah pergi dengan hati yang sedikit kacau, tanpa menyadari bahwa Revan diam-diam memperhatikannya.

Revan menatap mobil Airin yang keluar dari halaman rumah mereka, " Teman mana yang ingin dia temui dengan penampilan serapi itu?" Dia menatap kepergian istrinya dengan tatapan kosong dan diam-diam merasa sesak di dadanya.

Revan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya, kenapa dia tiba-tiba merasa peduli terhadap Airin, ketika dia menyadarinya, secepatnya dia menepis pemikirannya itu, Revan masuk lagi kedalam rumah, bersiap untuk pergi kekantor.

***

Terpopuler

Comments

Endang Supriati

Endang Supriati

bodoh amat airin, nikah kontrak sampai 5 thn!!!!!!!!!!!!! buang waktuuuuu

2024-05-31

0

PANJUL MAN

PANJUL MAN

lanjuut

2024-05-10

0

Uthie

Uthie

sukkkaaaa 😆

2024-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!