Bab 18

Malam itu, langit tampak cerah, bintang bertabur menghiasi langit yang gelap. Bersinar dengan terang menemani malam yang sepi. Airin sudah berganti pakaian beberapa kali, dan kali ini dia sudah mengenakan baju gamis kelima yang dia coba. Bukan tidak memiliki pakaian yang bagus, namun, karena untuk pertama kalinya dia pergi keacara ulang tahun kantor seperti ini, membuat Airin merasa sedikit gugup.

"Ah, ini aja kali, ya. Mudah-mudahan, penampilanku tidak mempermalukan Rama, " gumam Airin, kembali mematut diri didepan cermin.

Sembari menunggu Rama menjemputnya, Airin akan turun kebawah, dari pada nanti plaki-laki itu yang naik keatas, malah memperlambat waktu mereka nantinya. Namun, yang tidak Airin sangka, begitu pintu apartemennya, terbuka, betapa terkejutnya dia melihat Rama yang sudah berdiri hendak memencet bel.

"Rama! "

"Ai! "

Keduanya sama-sama terkejut, setelahnya mereka tersenyum dan tertawa kecil.

"Padahal aku sengaja mau turun, nungguin kamu dibawah, biar kamu nggak capek naik keatas, " Ucap Airin sembari mulai berjalan disamping Rama.

Rama tersenyum dan berkata, "Aku sengaja naik, supaya kamu turunnya nggak capek sendirian, "

Airin geleng-geleng kepala, tidak merasa heran lagi dengan kekonyolan Rama. Sedari dulu, memang laki-laki itu sangat suka bercanda receh begitu. Dan Airin merasa sangat senang dan dia bersyukur memiliki teman seperti Rama.

"Ram, nggak masalahkan, kalau aku pakai beginian? " Tanya, Airin, mumpung masih belum jauh, kalau Rama bilang kurang cocok dia masih bisa ganti. Dari pada nanti jadi bahan tertawaan dan membuat Rama malu.

Rama, laki-laki yang mengenakan jas berwarna hitam dengan model Dinner suit itu tampak begitu tampan, ia memerhatikan penampilan Airin yang tampak cantik dalam balutan dress berwarna senada dengan jas miliknya, seolah mereka sudah janjian.

"you'r so perfect, Ai! " Puji Rama membuat Airin tersenyum senang. "Oke, jangan khawatir, kamu sangat cantik malam ini, aku jadi tidak rela kamu pergi dan lihatin oleh banyaknya mata nakal nanti disana. " ucap Rama dengan nada bercanda.

"Ngaco kamu, nggak usah berlebihan, deh!" Sahut Airin, meski begitu, dia tetap merasa senang, sebagai wanita, dia juga suka dipuji, hal yang tidak dia dapatkan dari mantan suaminya dulu.

Rama membuka kan pintu mobil dan dengan romantis dia membukakan pintu, mempersilahkan wanita itu masuk. Dalam perjalanan menuju pesta, Rama tidak henti-hentinya menggoda, Airin, membuat wanita itu terus tertawa dan tersenyum. Hal ini Rama lakukan agar Airin tidak merasa cemas lagi. Untung saja, semua itu tidak sia-sia, memang Airin tampak lebih rileks dari pada sebelumnya.

Sesampainya ditempat pesta, Airin turun dari mobil setelah Rama membukakan pintu lagi. Keduanya berjalan berdampingan meski tidak gandengan tangan, bukannya Rama tidak mau, tetapi Airin nya yang menolak.

"Hei! Nanti aku ngapain dalam sana, pokoknya awas aja kalau kamu ninggalin aku sendirian nanti, " Ucap Airin sedikit mengancam. Namun, malah membuat Rama senang.

"Kamu tenang, saja. Sedetik pun aku tidak akan pernah ninggalin kamu, kemanapun aku pergi, aku akan mengajakmu, " Ucap Rama dengan serius, membuat Airin terdiam, padahal ini hanya soal pesta, tetapi entah kenapa jawaban, Rama begitu dalam membuat dada Airin terasa sesak.

Airin dan Rama masuk kedalam hotel setelah memperlihatkan undangan jenis barcode kepada petugas, Ballroom hotel yang mewah dan elegan, di hiasi sinar lampu kristal yang berkilauan memancarkan kemewahan dan keanggunan. Para tamu yang berpakaian glamor dan berkilauan memenuhi ruangan, sementara hiasan bunga-bunga segar dan dekorasi yang megah menambah kesan kemewahan acara tersebut.

Musik live yang mengalun dengan lembut menciptakan suasana romantis yang memukau, sementara hidangan lezat dan minuman champagne mengalir dengan deras. Malam itu dipenuhi dengan tawa, canda, dan ucapan selamat yang hangat, menciptakan momen yang tak terlupakan bagi pasangan yang merayakan perjalanan cinta mereka yang mewah dan indah.

Airin tetap setia berdiri disamping Rama, sedangkan laki-laki itu tengah asik berbincang dengan kenalannya. Airin pikir dia akan betah jika tetap mendampingi Rama, ternyata acara ini sungguh sangat membosankan.

"Ram, aku kesana sebentar, ya? cari angin, " Ucap Airin.

"Kamu nggak apa-apa sendirian? Atau mau aku temani? "Tawar Rama.

Airin menggelengkan kepalanya, " Tidak usah, kamu lanjut aja bicaranya, aku nggak paham pembahasan kalian, "ucap Airin menepuk lengan Rama, menyakinkan laki-laki itu, kalau dia bisa pergi sendiri.

"Oke! Nanti aku tunggu kamu disini, ya! " Ucap Rama akhirnya setuju.

Airin berjalan perlahan, sepatunya yang tinggi membuatnya harus berjalan dengan hati-hati. Airin tiba dibangku taman, dia tidak terlalu suka keramaian, berada ditempat ini membuat dia merasa lega.

"Sepertinya, aku tidak cocok pergi kepesta. " gumamnya sambil meregangkan ototnya yang kaku. Airin juga membuka sepatunya, kakinya lecet karena sepatu baru yang dipakainya.

"Kamu cantik sekali malam ini, "

Tiba-tiba suara yang tak asing mengejutkan Airin yang tengah mengusap kakinya. Dia membelalak melihat Revan berdiri di depannya memakai tuxedo berwarna navi dengan dasi kupu-kupu hitam, menambah ketampanan pria itu.

"Kamu... Apa yang kamu lakukan disini? " Airin berdiri, sedikit waspada dengan kedatangan Revan, bukan karena takut laki-laki itu menyakitinya, dia hanya tidak ingin ada orang yang melihat kebersamaan mereka.

"Aku disini menghadiri pesta, merasa sesak didalam karena semua orang hanya membicarakan omong kosong! memuji terlalu berlebihan hanya untuk terlihat baik. " ucap Revan, ia duduk dibangku sebelah Airin tadi. "Duduklah, aku tidak akan berbuat kasar padamu! "Ucap Revan.

"Tidak, terimakasih! " Tolak Airin tanpa basa-basi.

"Airin, " Revan menatapnya dengan kecewa. "Aku mohon duduklah sebentar, aku ingin bicara denganmu! " Revan sampai memohon.

"Diantara kita, tidak ada yang perlu dibicarakan, semuanya telah selesai ketika kamu mengucapkan talak waktu itu, " ucap Airin, ia bersiap melangkah pergi. Namun tiba-tiba, Revan menariknya hingga jatuh terduduk dipaha laki-laki itu.

"Revan, " Pekik Airin, dia meronta, memberontak ingin melepaskan diri, namun kekuatan Revan tidak mampu ia lawan. "Lepaskan, aku! " ucap Airin lirih, ia merasa dilecehkan, ia merasa terhina.

"Tolong beri aku kesempatan, aku mohon Airin, " Revan memeluknya dengan erat, tubuh Airin bergetar, ia merasa amat marah atas perlakuan Revan

"Revan, lepaskan, aku! " Airin menangis, ia kembali memberontak, namun semakin ia bergerak, semakin erat pelukan laki-laki itu.

"Aku menyesal, sangat menyesal, aku mendapatkan karmaku, aku pikir aku mencintai Erika, namun ternyata, aku hanya merasa kasihan padanya karena dia sahabatku dari semenjak, SMA, dia yang dulu selalu menemaniku disaat orang lain menjauhi ku, aku baru menyadari kalau aku hanya ingin berterimaksih padanya, ini bukan cinta, " Ungkap Revan, Airin yang tadi memberontak, kini menjadi lebih tenang, dia mendengarkan perkataan Revan dengan nafas yang naik turun.

Revan menyandarkan kepalanya dibahu Airin, wanita itu kembali hendak memberontak namun, perkataan Revan membuatnya terhenti. "Aku mohon sebentar saja. Biarkan aku seperti ini sebentar saja. Aku sangat merindukanmu, aku rindu tatapanmu yang lembut, aku rindu senyummu yang manis, aku rindu aroma masakanmu, aku rindu semua tentangmu, Airin! "

"Terlambat, semuanya sudah berakhir, kita tidak mungkin kembali bersama, jika kamu sedikit saja menghargaiku, tolong lepaskan aku! Jangan perlakukan aku seperti ini, " Ucap Airin dengan tegas.

Revan tidak menghiraukannya, dia tetap memeluk Airin dari belakang, ia meneteskan air mata dan membasahi bahu wanita itu.

"Revan, untuk apa semua ini? " tanya Airin yang merasa sikap Revan sangat tidak berguna.

"Aku baru menyadari, ternyata, seperti ini rasanya, mencintai orang yang tidak mencintai kita, dan penolakannya, membuat kita merasa hancur. " ucapnya dengan suara tercekat.

Airin terdiam, dia tidak bisa berkata-kata. Meski mulutnya berkata tidak lagi menginginkan mantan suaminya, namun jauh dilubuk hati terdalamnya, dia masihlah menyimpan rasa itu. Melihat Revan dalam kondisi seperti ini untuk pertama kalinya membuat Airin merasa sedih. Dia tidak tau bagaimana harus bersikap.

"Sakit sekali! " Revan menepuk dadanya beberapa kali, sedangkan Airin terdiam seribu bahasa, tentu saja dia tau bagaimana rasanya, sebab dia sudah lebih dulu mengalami hal itu.

***

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

lebih sering Up dong 👍🤗🤗🤗

2024-04-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!