Bertemu dengan seseorang yang di sukai memanglah suatu hal yang di nantikan banyak orang. Apalagi pemuda pemudi yang sudah siap umur dan juga jiwa raga untuk menikah.
Ara terkejut melihat David yang saat ini berdiri tepat di hadapannya. Dia sampai sedikit mendongak menatap wajah David yang berada beberapa centimeter di atasnya, lebih tepatnya, saking dekatnya mereka.
"Ehmm maaf Ara mengagetkanmu."
David segera mendudukkan dirinya di kursi yang tadi ia duduki. Sedikit salah tingkah memang, namun David berusaha menenangkan dirinya.
"Ini Afka, minumlah " Ara memberikan segelas teh untuk Afka, kemudian ia beralih menatap David.
"Maaf aku tidak tahu Mas David ada di sini. Tunggu, aku akan membuatkan minum dulu."
Ara kembali masuk ke dalam rumah untuk membuatkan minum David. Jantung Ara masih berdetak kencang karena terkejutnya dia melihat David tadi.
Afka dan David. Mereka kembali duduk berdua di depan rumah Ara. Tidak ada perbincangan.Tidak ada saling menyapa. Mereka memainkan ponsel masing-masing, dan bermain dengan pikiran masing-masing.
"Maaf sudah membuat kalian menunggu lama " ucap Ara sambil memberikan gelas berisi teh untuk David.
"Terimakasih Ara." Kata David yang menjadi sedikit canggung, tidak se percaya diri tadi.
Ara menundukkan kepala.Rasa malu melanda Ara. Bagaimana tidak, dua pemuda duduk di depannya saat ini, melihatnya dengan pandangan yang sama.
David segera mencairkan suasana yang sangat canggung saat ini. Dia menyadari kalau kedatangannya telah sedikit mengganggu Ara dan Afka.
"Aku ke sini hanya untuk mencari rumah kontrakan Ara, Risky masih kerja, jadi aku ke sini untuk menanyakan hal itu kepadamu."
"Ah, rumah kontrakan? aku bisa mengantar Mas David ke rumah bu Widya."
Afka mengambil minuman yang Ara buatkan tadi dan meminumnya hingga habis.
"Sudah siang, aku harus pulang mengurus pekerjaan dirumah, Ara." Afka berdiri dan bersalaman dengan David.
"Ku harap kita bisa saling mengenal David" senyum Afka mengambang ramah kepada David, begitu pula sikap yang di berikan David untuk Afka.
"Aku juga."
"Hati-hati Afka." Ujar Ara kepada Afka. Afka mengangguk sambil tersenyum.
Setelah Afka sudah tidak terlihat lagi, Ara mengajak David ke rumah bu Widya yang hanya di sebelah kontrakan saja.
Setelah berbincang dengan bu Widya, akhirnya David mendapatkan kos-kosan berupa kamar yang hanya cukup digunakan untuk satu orang saja.
Kini Ara dan David kembali ke rumah kontrakan Ara.
"Maaf aku sudah membuatku repot sampai - sampai Afka pulang karena aku."
"Tidak apa - apa, Afka pasti juga akan mengerti."
Mereka berdua kembali duduk di kursi teras.
"Kalian berdua cocok, apa dia pacarmu? " tanya David. Rasa keingintahuan di hati David begitu besar. Bisa saja saat David kembali ke rumah, mereka berdua sudah jadian, dan andai itu terjadi, David akan mengundurkan diri dalam mengejar cinta Ara.
"Kami masih teman, tapi entahlah apa yang akan terjadi esok, saat ini aku masih ingin ke kampung halaman untuk menemui keluargaku di sana."
"Kapan itu? " tanya David.
"Mungkin besok lusa. Karena ruko abah akan tutup beberapa hari karena urusan keluarga Abah."
"Apa perlu aku temani? " David menawarkan diri.
Kini sepasang mata mereka bertemu, namun di akhiri dengan gelengan kepala Ara.
"Aku akan ke sana sendiri. Aku akan ke makam Ayahku yang sudah lama tidak aku temui, juga ke rumah Pamanku."
David mengangguk, ia bisa mengerti keputusan Ara untuk berangkat ke sana sendirian, tanpa mau di temani siapapun.
"Lalu Ibumu? kau tidak bisa meninggalkan Ibumu sendirian bukan? "
Ara tersenyum, " Aku sudah minta tolong Bu Widya untuk menemani ibuku beberapa hari ke depan."
"Eh maaf Mas David, kenapa aku banyak bercerita kepada Mas David, maafkan aku." Ara menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Ia merasa sudah banyak bicara dengan orang asing atau bisa di bilang orang yang baru ia kenal.
"Kau memerlukannya, bukankah setelah bercerita hatimu bisa tenang?"
"Tidak semua bisa di simpan sendiri. Kau perlu juga membaginya kepada orang lain, bukan membebani orang itu, namun kau telah melepaskan sedikit bebanmu, agar hatimu lega."
Benar saja apa yang di katakan David, walaupun tidak sepenuhnya Ara bercerita, namun beban di hatinya terasa sedikit berkurang.
"Aku terlalu banyak bicara Ara, baiklah, aku akan kembali ke kontrakan baruku. Nanti sore aku akan memberi kejutan untuk sahabatku Risky kalau aku ke sini untuk merepotkan dia." David terkekeh, di susul dengan Ara yang juga ikut tertawa.
Mereka berdua akhirnya berpisah, namun tidak untuk jarak jauh, melainkan hanya berjarak satu rumah saja mereka tinggal.Tepatnya kos kosan David berada di sebelah rumah Sifa yang menjadi satu dengan kos kosan milik bu Widya yang lain.
"Sepertinya aku ke sini sia-sia. Afka dan Ara semakin dekat." Guman David sambil merebahkan tubuhnya dengan kedua tangannya di belakang kepala.
"Tapi aku harus memastikan Ara jatuh ke tangan yang tepat."
Ara melipat bajunya yang akan ia bawa ke kampung. Cukup satu ransel saja ia membawa pakaian. Tidak ada prediksi Ara akan menginap di sana atau langsung pulang, yang jelas tujuan Ara hanya ingin pergi ke makam Ayahnya dan menemui keluarga Pamannya, entah disana nanti, ia mendapatkan pengusiran atau diterima dengan baik dan ia di suruh menginap. Sungguh tidak ada gambaran sedikitpun dalam benak Ara.
Andaikan keluarga pamannya sudah menerima Ara dan Ibunya, mereka pasti akan di cari keberadaannya beberapa tahun yang lalu. Namun nyatanya, sudah 15 tahun tidak ada yang mencari keberadaan Ara dan Fatmawati. Setidaknya, itulah pemikiran Ara saat ini.
Ara kembali ke kamar Ibunya yang masih tertidur pulas.
"Ibu, Ara akan mencari keadilan untuk Ibu. Sampai kapanpun, Ibu adalah bagian dari keluarga Ayah. Paman harus menerima Ibu kembali. Do'akan Ara. Ara akan berjuang untuk mendapatkan keadilan itu untuk Ibu."
Air mata Ara hampir menetes kembali, namun segera ia tahan dengan telapak tangannya. Wajahnya memancarkan tekat yang kuat untuk keadilan Fatmawati. Bagi Ara, Ibunya masih memiliki hak di keluarga Ayahnya, apalagi sejak dulu, Ibunya pernah berkata, bahwa ia rindu mengunjungi makam suaminya, Ayah Ara.
Keinginan yang belum terwujud hingga sang Ibu jatuh sakit stroke dan tidak bisa berbuat apa-apa.
David tidak mengetahui masa lalu Ara, namun dia ingin mengantarkan Ara pulang ke kampung halamannya. Melihat kepolosan Ara, rasanya David tidak tega andai melepas Ara sendirian.
Bukan hanya David, Afka juga memikirkan hal yang sama. Mendengar Ara akan kembali ke kampung sendirian, membuat Afka juga tidak tega. Namun Ara menolak niat baik Afka untuk menemaninya.
"Ara memang keras kepala. Tapi aku akan mengikutinya tanpa ia ketahui."
🌴🌴🌴🌴🌴🌴
Masih pada titik yang belum pasti🙃🙃🙃
Like
Komen
Rate 5
Vote
Terimakasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Sept September
semngat
2020-09-19
0
°αηggιє ησєямα ⏤͟͟͞R❣️
GO David semangaaat belum sah kok ngapain mundur😂
2020-09-11
0
Ky2 SSC💕
masih penasaran lanjutt
2020-09-02
0