"Ini kamarmu, istirahatlah, kau pasti lelah 2 jam perjalanan!"
"Thanks Risky, maaf aku merepotkanmu" ucap David sambil menepuk pundak Risky.
"Aku malah senang kau menginap di sini, aku yakin Ayah dan Ibu juga akan senang kalau mereka datang nanti"
"Baiklah, aku istirahat dulu Ris" David hendak masuk ke dalam kamar, namun dia kembali menoleh ke arah Risky.
"Apa kau mau mengajakku jalan-jalan sore atau malam ini?" tanya David.
"Asyaaapp Bro, mumpung aku longgar hari ini, kemana saja kau inginkan, aku akan mengantarmu" jawab Risky dengan ekspresi yang begitu girang.
"Tidak jauh bro, cukup di sekitar sini saja. Ok thanks " senyum David mengambang di bibirnya, lalu David kembali masuk ke dalam kamar.
Risky berlalu menuju ke dalam kamarnya sendiri.
David berdiri di samping jendela sambil menatap keluar. Kedua tangannya ia lipat di depan dada, sambil membayangkan wajah Ara yang sedari tadi terlintas di pikirannya.
#####
"Assalamu'alaikum " Ara masuk ke dalam rumahnya dan segera menuju ke kamar sang Ibu. Terlihat Ibu Widya sedang menyuapi Fatmawati yang sedang berbaring.
"Assalamu'alaikum bu Widya " Ara berjalan mendekat dan duduk di kursi yang berada di depan Widya.
"Waalaikumsalam, tumben telat Arafa?" tanya Widya.
"Rantai sepeda Ara lepas Bu Wid, maaf ya Bu"
Ibu Widya tersenyum.
"Untung Ibu sedang tidak repot, jadi dari tadi Ibu di sini menemani Fatmawati. Mandi dan makanlah dulu, Ibu akan menyuapi Ibumu sampai selesai!"
Arafa memegang paha Widya dengan kedua tangannya.
"Allah akan membalas semua kebaikan Ibu Widya kepada kami. Maafkan Ara karena selalu merepotkan Ibu " air mata Ara hendak menetes. Fatmawati yang sedang mengunyah makanan, langsung berhenti dan mulutnya bergerak seperti hendak mengatakan sesuatu.
"Ini sudah kewajiban kita sebagai sesama manusia Ara, sudah jangan di bahas, kasihan Ibunya yang mendengarnya! " Ibu Widya mengusap air mata yang mengalir di pipi Fatmawati.
"Hmmm Ibu, Ara mandi dulu sebentar, nanti Ara akan menemani Ibu kembali" Ara mencium kening Ibunya dengan lembut sebelum ia keluar kamar dan menuju ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Ara mengucurkan air dari kran yang berada di luar kamar mandinya. Ia menyincingkan baju lengan panjangnya sampai ke siku. Satu persatu gerakan berwudhu Ara lakukan sampai terakhir ia selesaikan dengan sempurna. Sambil menghadap kiblat, Ara mengangkat tangan dan berdoa sesudah wudhu.
Ara menuju ke kamar dan mengenakan mukenanya untuk menjalankan sholat dzuhur.
Sebuah kewajiban yang tidak pernah Arafa tinggalkan, disaat ia sedih maupun bahagia, karena Arafa tahu, hanya dengan berdoa dan berkeluh kesah dengan Ilahi, hatinya bisa tenang dan nyaman.
Hari sudah semakin sore, senja orange menghiasi langit di jam 16.00 sore itu. Arafa mendudukkan Ibunya di sebuah kursi roda dengan bantuan Ibu Widya.
"Ibu pulang dulu Ra, nanti panggil Ibu saja kalau ingin membaringkan Fatmawati kembali ke tempat tidur!"
Ara mengangguk." Aku akan membawa Ibu jalan-jalan dulu Bu Wid, sehabis maghrib Insyaa Allah aku akan membaringkan Ibu ke tempat tidur kembali."
Setelah Ibu Widya menyetujui, ia berlalu meninggalkan Ara dan IbunyaIbunya untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat ia tinggalkan.
"Ibu, cuaca sore ini begitu cerah, ayo kita jalan-jalan ke jalanan dekat sawah, kita akan foto bersama di sana " senyum Ara mengambang sambil menatap lekat wajah sang Ibu yang begitu segar karena kelihaian Ara merawat sang Ibu.
Ara mendorong kursi roda melewati para Ibu-ibu yang sedang bercengkrama bersama di teras tetangga Ara.
"Sehat selalu bu Fatma."
"Hati-hati Ara."
"Alhamdulillah, wanita yang sholeha kamu Ara."
Teriakan para Ibu-ibu yang di tanggapi Ara dengan tersenyum menunjukkan gigi rapinya, sambil bergumam "Amiin" dalam hatinya.
Begitu erat sekali kehidupan bertetangga mereka. Saling membantu dan saling menolong, ramah terhadap semua, adalah sikap yang mereka tunjukkan sebagai warga yang bermasyarakat.
Ara masih mendorong kursi roda Fatmawati sampai ke sebuah gubuk yang berada di tepi jalan. Gubuk kecil dengan atap daun kelapa yang masih sedikit basah. Sepertinya baru saja di ganti oleh sang pemilik. Walau gubuknya kecil, namun tempat duduknya begitu bersih, terdapat tikar yang masih terlipat di sana, membuat Ara segera membuka tikar itu dan mendudukinya.
Kebetulan gubuk itu menghadap ke barat, sehingga pemandangan senja dapat Ara dan Ibunya nikmati dengan duduk santai di sana.
Anginnya begitu semilir, begitu nyaman untuk di rasakan.
"Indah sekali kan Bu pemandangannya? "
"Ara membawa Ibu ke sini agar Ibu tidak jenuh di rumah terus. Kapan-kapan lagi kalau suasananya seperti ini, Ara akan membawa Ibu kemari lagi."
Ara merapatkan jaket yang di pakai Fatmawati. Ia tidak ingin Ibunya masuk angin karena angin yang semakin lama semakin keras menampar tubuh mereka.
"Ara, kau di sini?" seru Risky yang sedang berjalan bersama pria yang tidak asing lagi di mata Ara. Iya, David, pria yang Ara temui siang tadi.
"Iya Mas, Mas juga jalan - jalan sampai ke sini?" tanya Ara.
"Iya, temanku baru datang dari kota, dia ingin melihat - lihat daerah sini."
David tersenyum tipis sambil menatap lekat Ara, namun ia segera mengalihkan pandangan ke arah Fatmawati.
"Apa karena ini mata wanita bernama Ara ini begitu sendu. Ibunya sakit dan dia hanya hidup berdua dengan Ibunya saja." Ucap David dalam hati.
"Aku David, dan namamu Ara " David mengatupkan kedua tangannya sebagai tanda perkenalan.
"Iya aku Ara,"
"Assalamu'alaikum Ibu" sapa David kepada Fatmawati.
"Waalaikumsalam" jawab Ara dan Risky.
"Maaf mas Ibuku tidak bisa bicara " kata Ara memberitahu David.
"Tidak apa-apa, semoga. segera sehat. " Ucap David.
"Ayo Bro kita jalan-jalan lagi! " ajak Risky kepada David.
Sebenarnya David enggan berjalan kembali, karena tujuannya mengajak jalan-jalan Risky tadi hanya ingin melihat Ara, dan keinginannya telah terwujud.
Namun David tidak ingin Risky berpikiran macam-macam, sehingga David mengiyakan ajakan Risky. Lagian, tidak pantas juga baru melihat, sudah ingin kenal lebih dekat, batin David.
Risky dan Davidpun meninggalkan Ara dan Ibunya yang sedang duduk di gubuk. Sesekali David melirik kembali ke belakang. Andai ada spion, mungkin David akan menatap Ara melalui spion didepannya terus menerus.
Gadis manis yang begitu tegar dengan mata yang sendu adalah gambaran diri Ara dari penglihatan David. Ada kekaguman tersendiri yang David lihat dalam diri Ara.
Setelah pertemuan keduanya dengan Ara, membuat David ingin kembali bertemu dengan gadis manis itu lagi, lagi dan lagi. Perasaan aneh bagi David sendiri yang belum bisa ia jabarkan artinya oleh dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
🌹S RosEMarY 🌹🕌
heemm... David penasaran ya sama Ara ☺️ pertemuan yg membuat hati berkesan dan berharap untuk lebih mengenal ... wkwkwkwk... 😅
Lanjut Thor...
NEXT ... ❤️❤️
2020-11-13
1
KITTY☠ᵏᵋᶜᶟ🏅ᶝᶡఛᏚིᥰ⃝֟.𝄠༅ᵛⁿᵇ
maaf thor baru bisa baca lagi😔
2020-10-22
0
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, semangat 😊
2020-10-15
0