Afka sudah terlihat lebih baik setelah tiga hari di rawat rumah sakit. Kini ia sudah bersiap untuk kembali ke rumah di temani oleh Ahwan, Ratna dan juga kedua keponakan lucunya. Kebetulan hari ini adalah hari minggu, jadi keponakan Afka tidak sedang bersekolah.
"Om jangan sakit lagi ya, Dafine sedih kalau Om sakit! " ucapan polos keluar dari mulut Dafine yang saat ini sedang memeluk Afka.
"Sekarang Om sudah sembuh, jadi Dafine tidak perlu bersedih lagi. "
Pelukan erat dari Afka memberikan ketenangan kepada Dafine dan juga Attar.
Ahwan yang saat itu sedang menyetir mobil, hanya bisa mendengarkan celotehan anaknya sambil fokus ke depan. Kalau dilihat, ekspresi Ahwan begitu datar karena memikirkan sakit yang di derita Afka.Mau berkata tidak memikirkan, itu tidak akan mungkin. Apalagi Ahwan adalah kepala keluarga dalam rumah itu.
Afka turun dari mobil sambil di gandeng kedua keponakan lucunya. Ratna berjalan sambil membawa tas berisi pakaian Afka dan juga barang bawaan lain di bantu Ahwan.
"Beberapa hari kamu kurang istirahat, Afka sudah di rumah, istirahatlah Mas. "
"Apa kaut tidak ingin membuatkanku sesuatu? "
"Cappucino atau espresso panas? " tanya Ratna yang sudah hafal permintaan suaminya itu.
"Terserah kau saja, yang penting istri yang membuatkan. "
Ratna tersenyum dan segera meninggalkan suaminya menuju ke dapur.
"Om, Attar punya sesuatu untuk Om. "
"Apa? "
Attar berlari keluar kamar Afka untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Tak lama kemudian Attar kembali ke kamar Afka dan naik di atas tempat tidur Afka.
"Ini, aku dapat tugas dari bu Guru untuk menggambar keluarga. Jadi aku menggambar ini Om, bagus tidak? "
Afka menerima buku gambar itu dan melihatnya. Ada tulisan nama pada setiap gambar orangnya, Ayah Ahwan, Ibu Ratna Afka dan juga Dafine. Tidak ada Afka di sana.
"Kenapa Om tidak ada? " tanya Afka.
"Aku bingung, Om kan bukan anaknya Ayah, kira - kira di gambar apa tidak ya Om? "
"Gambarnya bagus, kau patut mendapat nilai 10 untuk gambarmu ini. " Kata Afka sambil mengelus rambut Attar.
"Gambar kakak bagus, aku juga akan menggambar nanti " kata Dafine.
"Anak - anak kembalilah ke kamar, dan jangan lupa gambar Om Afka juga di keluarga kita, Om juga bagian dari keluarga kita, ya! " Ucap Ahwan yang tiba - tiba muncul di kamar Afka.
Attar dan Dafine turun dari tempat tidur Afka dan kembali ke kamarnya. Ahwan mendekati Afka.
"Ada apa Bang? "
"Istirahatlah yang cukup, jangan lupa minum obat! "
Afka mengangguk. Melihat buku gambar Attar tadi, Afka jadi teringat Ara yang sudah tiga hari tidak ia temui.
"Aku ingin ke rumah Ara Bang. "
"Tidak.Jangan pergi kemana-mana dulu, Abang ingin kau menjaga kondisimu, biarkan sembuh terlebih dahulu, baru kau boleh menemui Ara! "
"Aku akan memberi tahu Ara di toko Abah besok. Biar dia yang menemuimu di sini! " imbuh Ahwan.
Afka menggeleng, " jangan beritahu Ara kalau aku sakit bang.Lagian sekarang sakitku sudah sembuh, aku akan menemui Ara saat aku sudah fit kembali.
Afka tidak pernah ingin membuat Ahwan atau kakak iparnya khawatir. Apalagi Ara, dia selalu mengingatkan Ahwan ataupun Ratna untuk tidak memberitahu Ara tentang sakitnya.
"Secangkir kopi Espresso panas sudah siap. "
Ratna mendekati Ahwan suaminya untuk memberikan secangkir kopi espresso yang masih memunculkan uap di atasnya.
"Terimakasih sayang. " Jawab Ahwan menggoda Ratna.
Afka terbatuk - batuk mendengarnya.
Ahwan tidak peduli dengan batuk yang di buat Afka. Kopi manis itu sudah mengalihkan dunianya. Ia segera menyeruput kopi itu hingga menimbulkan bunyi, membuat Ratna dan Afka saling memandang dan tersenyum.
Yaa, Ahwan memang penggila kopi. Berbagai kopi sudah pernah ia nikmati, jadi Ratna harus selalu sedia kopi di rumahnya.
###
Arafa sudah kembali ke aktifvitasnya yang sempat tertunda beberapa hari karena sang Ibu sakit. Kini dia sudah selesai dengan pekerjaannya di Ruko Abah.
"Sudah tiga hari lebih Afka tidak terlihat. Kakaknya pun juga belum terlihat belanja lagi. Apa kau tahu kenapa Ara? " tanya Abah sambil bersiap menutup tokonya.
"Ara tidak tahu Abah, aku ingin berkunjung ke rumah Afka. Biasanya dia akan ke rumah jika aku tidak sedang bekerja. Tapi beberapa hari ini Afka juga tidak ke rumah. "
"Apa mungkin Afka atau keluarganya ada yang tidak enak badan? "
Ara menggeleng. " Ba'da dhuhur nanti Ara akan ke sana Abah, sekarang Ara pamit dulu ya Abah. Assalamu'alaikum. "
"Waalaikumsalam, hati - hati Ara. "
Ara meninggalkan pasar bersama sepeda mungilnya menuju ke rumah.
Di perjalanan, Ara sempat berpikir tentang David.
"Tumben tidak terlihat, apa dia sudah kembali pulang? " gumam Ara. Namun pemikiran itu segera ia tepis. Bukan urusan dia, batin Ara.
Dengan penuh semangat, Ara mengayuh sepedanya, melewati jalanan yang sedikit berbatu, namun tak lama kembali ke jalanan aspal lagi. Maklum, jalanan di perkampungan tidaklah semulus jalanan kota. Sebagian sudah cukup rusak, namun belum ada perbaikan dari pemerintah setempat.
Terkadang ada motor atau sepeda yang terpental dan jatuh, karena jalanan yang berlubang. Baru di tangani jika sudah ada korban.
Ara yang sudah terbiasa dengan jalanan itu, menjadi tahu, mana yang harus iya lewati mana yang harus ia hindari.
Seperti halnya kehidupan, tidak selamanya lurus sesuai yang kita inginkan, pasti akan ada hambatan dan lika liku, tergantung bagaimana kita menjalaninya, memilih mana yang terbaik di antara yang baik. Karena kehidupan kita, kita sendiri yang menentukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Wirdah K 🌹
3 like juga untukmu
2020-09-29
0
OFF
Aroma2 nya bklan ad cinta segi tiga nih bnr ga ya🤔🤔🤔
2020-09-18
0
Erin D'Fungky -PUCUK🌱SQUAD🐛-
uda mampir y thor
2020-08-25
0