David melangkahkan kaki kembali menuju rumah Risky. Tidak ada rasa kesal ataupun kecewa karena tidak bisa keluar bersama dengan Ara dan Ibunya.
Namun hanya rasa senang yang saat ini hinggap di hati David. Sesekali senyum tipisnya menemani setiap langkah kakinya kembali ke rumah, walaupun dia harus melirik kanan kiri, memastikan tidak ada orang yang melihat kegilaannya.
"David, kau sudah pulang? "
"Kenapa jalan kaki? "
"Temanmu siapa kok tidak kelihatan? "
Beberapa pertanyaan muncul dari Ibunya Risky yang sedang menyiram tanaman di halaman rumah. Pertanyaan yang mungkin sedari tadi sudah hinggap di kepala Ibu Risky.
David tersenyum lebar sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Urusan kami sudah selesai Bibi, David masuk dulu Bibi. "
Ibu Risky hanya berdiri mematung sambil mengerutkan dahi menatap David yang berjalan masuk ke dalam rumah.
"Astaghfirullah, kenapa aku kepo sekali. " Ibu Risky kembali meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Risky sedang duduk di ruang tamu sambil membawa piring yang berisi makanan, sambil bersantai menonton televisi.
Risky segera menoleh ke arah David, saat laki-laki itu masuk ke dalam rumah.
"Bro, darimana? tampan sekali? " tanya Risky sambil memasukkan sesendok nasi dan lauk ke dalam mulutnya.
David berjalan dan duduk di sebelah Risky sambil sedikit merebahkan tubuhnya.
"Jalan-jalan."
"Jalan kaki? " David mengangguk.
Risky sudah tidak meneruskan pertanyaannya lagi, dia masih di sibukkan dengan makanan yang ada di atas piring. Nasi, capcay dengan lauk jamur crispy, hemmmm begitu nikmat rejeki hari ini, walau sederhana, batin Risky.
"Dia itu sungguh manis " celetuk David tanpa ia sadari, membuat Risky yang mendengar, tersedak makanan yang ada dalam mulutnya. Segera ia mengambil gelas berisi air putih yang berada di depannya, dan meneguknya sampai habis.
"Kau bilang apa Bro? " seru Risky sambil menaruh gelas. Risky memastikan apa yang ia dengar tidak salah.
"Apa? memang aku mengatakan apa? " tanya David sambil melihat Risky.
"Barusan Bro, aku mendengar kau bilang manis - manis. "
"Ah, sepertinya telingamu perlu di bersihkan. "
David berlalu dari hadapan Risky, tanpa mempedulikan temannya yang sedang kebingungan.
"Apa - apaan, apa dia sedang jatuh cinta? " gumam Risky lalu kembali meneruskan makannya.
David memasuki kamar dan melepas kemeja juga sepatunya. Dia mengambil sebuah kaos berwarna hitam yang masih terlipat rapi dari dalam lemari pakaian, memakainya sambil berkaca di sebuah cermin besar di meja tolet.
"Apa yang ada di pikiranku? " kelima jari kanannya menata rambut depannya ke belakang, merapikan rambut di atas telinga agar ketampanannya bertambah 10cm.
Derrrttttttt derrrttttttt
Ponsel David terlihat bergetar di atas meja tolet. Segera ia mengambil ponsel itu dan melihatnya. Sebuah pesan dari Ibu David.
"David, segeralah pulang, Ibu harus mengantar pakaian pesanan Bu Jeni, dan besok lusa harus segera sampai. Bu Jeni baru saja mengabari, jadi benar-benar mendadak sekali. "
"Baiklah Bu, besok pagi David akan berangkat pulang. "
Tidak ada jawaban lagi dari sang Ibu. David segera meletakkan kembali ponselnya dan berjalan mendekati jendela kamar menatap keluar.
"Aku pasti akan merindukan suasana di sini. " Gumam David.
###
Senja dari ufuk barat kini sudah mulai menuju ke bulatan bumi yang lain. Kegelapan langit sudah mulai menampakkan diri, semakin gelap dan semakin gelap, hingga beberapa pancaran indah bak permata muncul di sekitar bulan yang berbentuk sabit. Hiasan malam yang begitu indah, lukisan Tuhan yang luar biasa tiada tara yang bisa di nikmati banyak orang tanpa memandang kasta.
David dan Risky duduk di depan teras sambil menikmati bulan sabit yang cahayanya begitu terang.
Tok tik tok tik tok tok tok
Suara khas abang tukang bakso memecahkan keheningan mereka berdua.
"Bakso dengan sambal yang pedas dan panas, sepertinya nikmat. " Risky tersenyum lalu berdiri dengan tergesa-gesa masuk ke dalam rumah untuk mengambil uang.
David berjalan menuju pinggir jalan untuk menghentikan laju si abang tukang bakso.
"Dua bang, campur, pedas ya, satu tanpa saus! "
"Asyaap Mas. "
Abang tukang bakso segera menunjukkan ke ahliannya dalam menatap bakso dan teman-temannya ke dalam mangkok putih bergambar ayam jago.
"Ini Mas. " Abang tukang bakso memberikan dua mangkok penuh bakso kepada Risky dan David. Segera mereka menikmati pedasnya bakso yang mereka pesan.
"Kapan terakhir kali kita makan seperti ini " ucap Risky dengan hidung yang sudah merah karena kepedesan.
"Entahlah, kau masih suka pedas ternyata. "
Risky hanya tersenyum sambil terus menikmati bakso padanya hingga habis.
"Satu mangkuk lagi bang " teriak Risky. Si abang memasang jempol kanannya sebagai jawaban dari panggilan Risky.
"Dua mangkuk bang. " Ara yang datang tiba-tiba dengan membawa mangkuk kosong yang di berikan kepada abang bakso, menyita perhatian David dari baksonya yang tinggal sedikit.
"Kalau kau besok akan pulang, kapan lagi kau akan bermain ke sini? " tanya Risky. Namun tidak ada jawaban dari yang di tanyai, membuat Risky menoleh ke arah David dan melihat temannya itu sedang menatap Ara.
"Bro." Panggil Risky kembali membuat David tersadar dari lamunanya.
"Ada apa Ris? " tanya David.
Risky menatap Ara, lalu menatap David kembali.
"Tidak apa, lupakan saja, teruskan makanmu bro! "
David kembali meneruskan makan baksonya, namun lirikan matanya tak lepas dari gadis berhijab dan bergamis itu.
Tanpa David sadari, Risky terus mengamati mereka berdua sambil menikmati bakso keduanya.
Rasa kenyang dan puas telah hinggap di perut kedua sahabat tersebut.
"Alhamdulillah." Ucap David dan Risky bersamaan.
"Terimakasih traktirannya bro " kata David.
"Siapa yang bilang nraktir bro, kau punya hutang kepadaku untuk datang ke sini lagi. Aku yakin kau pasti punya alasan yang lain untuk datang ke sini. "
David tertawa kecil sambil menggaruk hidungnya.
"Insyaa Allah, kalau longgar aku akan datang ke sini lagi. Aku juga betah berada di sini. "
Risky tersenyum.
"Apa kau sudah memiliki pacar? " tanya Risky.
David menggeleng, " kau sepertinya juga belum bro? " mereka berdua tertawa bersama.
"Kita sama - sama jomblo bro. " Risky tertawa dengan begitu keras.
"Sepertinya kau menikmati sekali hari - hari kesendirianmu? "
"Lucu saja Vid, bukannya kita sama - sama sudah berumur, teman - teman kita sudah banyak yang menikah, anak mereka ada yang sudah SD, bahkan hampir SMP. "
"Kau saja duluan, aku masih penasaran dengan seseorang. " David mulai membayangkan Ara dengan menaruh jarinya di dagu.
"Arafa? " celetuk Risky sambil memandang David.
David terkejut dan langsung menoleh ke arah Risky.
"Ara? kau menyukai gadis berhijab itu kan? " imbuh Risky.
"Apa yang kau katakan Ris? kau tau sendiri aku baru mengenal gadis itu. " David tersenyum canggung.
"Kau pikir aku anak kecil? " Risky mendorong tubuh David sambil tertawa.
"Sudahlah, aku mau tidur, sudah malam. " Risky berdiri dan menepuk pundak David. "Jangan terlalu banyak melamun, segera. dekati sebelum kedahuluan orang lain! " ledek Risky sambil tertawa dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Senyum David masih menghiasi bibirnya walau Risky sudah tidak terlihat lagi.
"..... Segera dekati sebelum kedahuluan orang lain! " kata - kata Risky terngiang di benak David.
"Kalau jodoh, dia tidak akan kemana-mana, dia pasti akan menungguku sampai aku kembali ke sini. "
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Maaf tidak bisa memberikan visual ya
Jangan lupa dukungannya, Like ,Rate 5,komen dan vote.... Terima kasih😘💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Wirdah K 🌹
Semangat selalu
2020-09-28
0
🍿@yU_ina🌹MSF😎Rh's>😎[HIAT]
setuju..kalo jodoh emang ga akan kemana😁
2020-09-19
1
°αηggιє ησєямα ⏤͟͟͞R❣️
bener tuh klo jodoh gk kmna.. drpd lama lama jagain jodoh orang.. upsss🤣🤣🤣🤣
2020-09-11
0