Ara berjalan selangkah demi selangkah sambil menuntun sepeda mungilnya. Kenangan masa lalu masih begitu melekat jelas dalam pikirannya. Bagaimana Ara harus berjuang bersama Ibunya, melewati dinginnya malam, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah Masjid setelah berjalan selama tiga jam.Disitulah mereka akhirnya melepas penat mereka.
"Hmmm aku harus membuang jauh-jauh masa lalu itu" gumam Ara dalam hati.
Tak lama kemudian, sebuah motor sport berhenti di samping Ara. Seorang pria dengan memakai helm turun dari motor dan melepaskan helmnya.
Ara berhenti dan menatap wajah laki-laki yang baru melepas helmnya itu.
"Berkumis tipis, dan sedikit brewok, rambut tebal lurus, wajah yang sangar" gumam Ara dalam hati.
"Permisi mbak, bisa mengganggu waktunya sebentar?" tanya pria itu.
Ara tersadar dari lamunanya dan menatap ke kanan dan ke kiri.
"Astaga, aku berada di jalan sepi, bagaimana kalau orang ini jahat?" pikir Ara dalam hati. Ketakutan merajalela dalam tubuhnya.
Pria itu memandang lekat wajah Ara.
"Ada ketakutan di matamu, apa aku terlihat jahat?" tanya pria itu, membut Ara menjadi salah tingkah karena berpikir yang bukan-bukan.
"Hmmm ada urusan apa Mas, maaf aku harus segera pulang" ucap Ara dengan tergesa-gesa.
"Santai saja mbak, aku cuma mau tanya alamat ini, andai mbak tahu, tolong tunjukkan kepada saya alamat ini!" pria itu memberikan ponselnya bertulis sebuah alamat.
Ara memperhatikan alamat yang tertera di layar ponsel pria asing itu.
"Oohh alamat ini rumah tetanggaku mas, mas jalan saja lurus, ada pertigaan mas belok kiri, rumah nomor dua kiri jalan."
Pria itu menatap lembut Ara sambil tersenyum tipis. Ara yang baru saja menunjukkan arah, kini mengerutkan dahi, karena merasa bingung dengan pria itu yang tidak memperhatikan petunjuknya.
"Aku tidak akan mengulangi petunjuk yang ku berikan" kata Ara dengan ketus.
"Lurus ada pertigaan belok kiri, rumah nomor dua kiri jalan " kata pria itu, sesuai dengan petunjuk yang di berikan Ara.
Ara mengangguk dan mengalihkan pandangannya.
"Baguslah kalau masnya hafal, saya permisi dulu" Ara kembali melangkah bersama sepedanya.
"Matamu sendu seperti menyimpan banyak kenangan." Kata pria itu kembali, membuat Ara berhenti dan menoleh ke arah pria itu berdiri beberapa langkah di belakangnya.
"Mata memang tidak bisa berbohong, namun kau orang asing, jadi tolong ketahuilah batasan anda " Ara mulai merasa kesal dengan tingkah dan tatapan mata pria itu kepadanya.
"Hmmm maafkan aku Mbak, terima kasih atas petunjuknya."Pria itu mendekati Ara.
" Aku akan tinggal beberapa hari di rumah itu, Mbak bisa bercerita kepadaku andai Mbak ingin berbagi cerita! "
Ara tersenyum tipis.
"Terimakasih Mas, tapi sepertinya tidak perlu, sekali lagi terima kasih " Ara kembali melangkah sambil menuntun sepedanya pelan menuju kerumahnya.
Pria itu memandang Ara yang sedang berjalan dari atas motor sportnya. Ia memakai helm di kepalanya dengan sempurna.
"Apa yang kau alami sampai kau menyimpan luka itu sendirian Nona cantik " gumam pria itu dalam hati.
Pria itu menyalakan mesin dan menjalankan motornya melewati Ara sambil menyapa gadis manis itu dengan anggukan.
"Dasar pria aneh " ucap Ara.
***
"Assalamu'alaikum."
Pria itu mengetuk pintu rumah yang ia tuju sesuai petunjuk dari Ara.
"Waalaikumsalam " saut suara seorang pria dari dalam rumah. Tak lama kemudian, pintu rumah terbuka dan memperlihatkan pria muda yang tertawa riang menyambut pria itu.
"Hai David, astaga kau sampai di sini juga " kata pria pemilik rumah yang bernama Risky.
"Alhamdulillah bro, aku menepati janjiku untuk datang ke sini tanpa memberitahumu terlebih dahulu."
"Benar-benar sebuah kejutan Bro, ayo masuk masuk!"
David masuk ke dalam rumah Risky sambil tertawa bersama sahabatnya itu.
"Duduk Bro, aku akan membuatkanmu minuman!" kata Risky.
"Tidak usah repot-repot bro, tapi sekalian camilannya jangan lupa, keluarkan apa saja yang kau punya"
"Apa sih yang enggak buat kamu bro, ok tunggu di sini dulu!" Risky melangkah menuju dapur untuk membuat minuman dan mempersiapkan beberapa makanan.
David berdiri dan melihat sekeliling rumah Risky.
Tak lama kemudian, David bersembunyi di balik jendela setelah melihat Ara yang berjalan sambil menuntun sepedanya, menatap rumah Risky dan juga motor yang terparkir di depan rumah.
"Gadis itu, rumahnya juga di sekitar sini, hmmm dekat sekali" gumam David sambil menarik sudut kanan bibirnya.
"Kenapa Bro?" tanya Risky yang muncul dengan membawa nampan berisi segelas es teh dan dua toples camilan.
"Tidak apa-apa" David berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.
"Kemana orang tuamu Ris?" tanya David sambil meminum es teh di depannya. Es teh itu benar-benar menggoda tenggorokannya, sehingga tanpa di suruh Risky untuk meminumnya, David sudah mengambil gelas itu dan meneguk isinya sampai hampir habis.
"Mereka sedang keluar kerumah Pamanku yang tidak jauh dari sini" kata Risky sambil memakan camilan di depannya.
Mereka mulai berbincang melepas kerinduan mereka sebagai sahabat yang sudah lama tidak bertemu.
David dan Risky adalah teman sejak kecil, dulunya Risky tinggal satu desa dengan david, tapi karena urusan pekerjaan, Ayah Risky mengajak keluarganya pindah ke desa adik Ayah Risky, membuat Risky dan David menjadi jauh. Mereka hanya berhubungan melalui ponsel saja sampai saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
🌹S RosEMarY 🌹🕌
no Komen...
lanjut baca part selanjutnya 👍🏻👍🏻❤️❤️
2020-11-13
1
Radin Zakiyah Musbich
suka kak ❤️❤️❤️
jgn lupa mampir jg ke novelku dg judul:
"AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama,
ku tunggu like and coment nya ya 🐳🐳🐳
2020-10-06
0
💞🌜Dewi Kirana
next thor
2020-09-24
0