Ara memarkirkan sepeda mungilnya di samping ruko tempat ia bekerja.
"Assalamu'alaikum Abah" senyum manis Ara kepada Abah, pemilik toko yang begitu baik hati.
"Waalaikumsalam Ara, semoga kebaikan menyertaimu hari ini."
"Amiin terima kasih Abah" Ara mengatupkan kedua tangannya.
Ara mulai bekerja dengan menata barang display yang berantakan. Sambil bernyanyi, Ara menata barang berupa kebutuhan pokok itu dengan rapi. Ara suka kebersihan dan juga kerapian. Karena itulah, Abah sangat menyayangi Ara, karena kebaikannya dan juga hasil pekerjaannya.
"Berapa tahun kau bekerja di sini Ara?" tanya Abah sambil ikut menata barang display.
Sejenak Ara menghentikan tangannya dan berpikir.
"Hmmm, kalau tidak salah, sudah lima tahun Abah, sejak Ibu sakit waktu itu." Ara kembali meneruskan pekerjaannya.
"Semoga Ibumu cepat sembuh Nak."
"Amiin Abah."
Abah kembali melanjutkan pekerjaannya untuk melayani pelanggan. Suasana pagi ruko di pasar itu sangatlah ramai kalau pagi hari, banyak para Ibu-ibu yang belanja di sana.
"Assalamu'alaikum Abah, Ara mana Bah?" tanya seorang laki-laki muda kepada Abah yang sedang sibuk melayani pelanggan.
"Waalaikumsalam ,Ara, penggemarmu datang" panggil Abah kepada Ara sambil terkekeh.
Ara berdiri dan menemui pria itu dari balik barang-barang jualan.
"Pagi Afka, mau cari apa?" sapa Ara sambil tersenyum manis.
Pria itu terlena dengan senyuman manis yang di suguhkan Ara. Pria yang memiliki nama Afka, seorang pelanggan setia ruko milik Abah.
Afka memiliki postur tubuh yang tinggi sedang, berpenampilan cool, membuat para gadis di pasar selalu terlena saat Afka lewat.
Afka membenahi rambutnya sambil memandang takjub si manis Ara.
"Afka" panggil Ara, membuyarkan lamunan Afka.
"Kemanisanmu membuatku terbuai dalam lamunan, Ara" Ara hanya tersenyum menanggapi perkataan Afka. Sudah makanan sehari-hari Ara untuk mendengar ucapan Afka yang begitu gombal.
"Aku akan membantumu mengambilkan barang yang kau butuhkan, bisa kau berikan catatanmu Afka?"
"Boleh manis, aku akan menunggumu sampai kau membuka hati."
Afka memberikan secarik kertas catatan belanja kepada Ara. Kemudian Ara mulai mengambilkan barang yang sesuai dengan catatan tersebut.
"Semakin lama gombalanmu semakin bagus Afka, jangan berlama-lama menunggu, langsung lamar saja Afka" seru Abah sambil melayani pelanggan.
"Biarkan Ara yang memutuskan Abah, aku tidak mau memaksa dan tidak ingin membuat gadis manis ini Illfeel kepadaku."
Ara hanya mendengar sambil tersenyum saja dengan apa yang di katakan Afka dan Abah. Bagi Ara, semua itu adalah hiburan baginya.Senyum lepas saat ia berada di ruko, namun senyum yang kembali pudar tatkala ia melihat sang Ibu terbaring sakit, dan mengingat kejadian 15 tahun yang lalu.
Ara sudah packing semua barang yang di butuhkan Afka dengan begitu rapi.
"Sudah selesai Afka" Ara memberikan hasil packingnya kepada Afka.
"Packing yang rapi serapi Ara yang manis."
"Hentikan gombalanmu Afka, totalnya 350rb."
Afka merogoh dompet lipatnya dari dalam saku celana. Empat lembar uang seratusan ribu ia ambil dari dompet berwarna hitam tersebut.
"Ambil lebihnya, jangan lupa nanti malam aku akan ke rumah kamu, seperti yang sudah aku katakan sebelumnya."
Ara mengangguk " Alhamdulillah, terima kasih Afka, aku akan menunggumu."
Afkapun berlalu pergi dengan naik motor maticnya, setelah ia pamit kepada Ara dan Abah.
Waktu cepat sekali berganti, teriknya matahari sudah mulai menyengat kulit. Ara mempersiapkan diri untuk segera pulang.
"Berikan kue ini kepada Fatmawati, Abah baru saja pergi ke toko kue dan melihat kue ini, Abah teringat, Ibumu suka sekali dengan kue ini!"
Ara menerima kantung kresek berisi satu box kue dengan kedua tangannya.
"Alhamdulillah, kebaikan Abah akan berusaha Ara ingat. Semoga rejeki lancar ya Abah"
"Amin, Ara sudah Abah anggap anak sendiri, jangan lupa untuk jaga kesehatan ya Nak."
"Iya Abah, Ara pulang dulu, Assalamu'alaikum Abah."
"Waalaikumsalam."
Ara menaruh kantung kresek di keranjang sepedanya, lalu memutar sepeda mungil itu ke pinggir jalan.
Ara menaiki sepeda itu melewati jalanan sepi menuju ke rumahnya.
Terik panas matahari tak membuat Ara gentar, dengan semangat ia menaiki sepeda, berharap segera bisa sampai di rumah.
Namun sayangnya, ia terkendala akan sesuatu, rantai sepedanya tiba-tiba terlepas, membuatnya harus berhenti dan membenahi rantai sepeda yang mulai usang itu.
15 menit kemudian.
Ara mulai gusar, dia belum berhasil membenahi rantai sepedanya, hingga telapak tangannya berwarna hitam.
"Sudah hampir dekat rumah, aku jalan kaki saja, Ibu dan Bu Widya pasti sudah menungguku" gumam Ara dalam hati.
Keringat mulai menetes di dahi gadis manis berhijab itu. Sekilas ia teringat kejadian 15 tahun lalu.
FLASBACK
Setelah Ara berlari mengejar Ibunya, dia memeluk sang Ibu dengan begitu erat.
"Ara ikut bersama Ibu, kemanapun Ibu pergi, jangan tinggalkan Ara, Ara tidak mau tinggal bersama Paman, Paman jahat sama Ibu."
Tangis Ara kecil kembali pecah dalam pelukan Fatmawati. Fatmawati memejamkan mata, merasakan kepedihan yang dialami oleh dirinya dan berdampak kepada anak semata wayangnya.
"Kau akan hidup layak bersama pamanmu Ara, ayo, pergilah ke Pamanmu, Ibu tidak mau kau kesusahan karena Ibu, doa Ibu akan selalu untukmu sayang."
Ara menggelengkan kepalanya di perut sang Ibu.
"Ayo kita pergi Bu, Ara akan menemani Ibu kemanapun Ibu pergi, tapi jangan tinggalkan Ara, Ibu jangan menyusul Ayah yang sudah di surga, Ara tidak mau Ibu."
Fatmawati segera melepaskan pelukan Ara dan mengusap air mata gadis kecil itu.
"Ayo kita pergi, dan jangan mengatakan hal seperti itu lagi!"
Merekapun berjalan berdua di tengah jalan yang begitu sepi. Para tetangga mereka hanya bisa melihat dan tidak berbuat apa-apa, walau dalam hati mereka begitu pilu, dan ingin menolong. Ahmad adalah orang terpandang di desa kecil itu, uluran tangannya masalah keuangan, sangatlah berarti bagi warga desa kecil itu.
"Kita akan kemana Bu?" tanya Ara memecah keheningan yang menemani perjalanan mereka.
"Rumah Allah adalah satu-satunya tujuan kita saat ini Ara."
Fatmawati memandang Ara kecil.
"Ibu akan menggendongmu, naiklah di punggung Ibu!" Arapun merangkak naik di punggung sang Ibu yanh sedang berjongkok.
Ara kecil meletakkan kepalanya di pundak Fatmawati. Fatmawati menyanyikan sebuah lagu penghantar tidur sambil terus berjalan entah kemana tujuannya. Lagu yang selalu ia nyanyikan di saat Ara akan pergi tidur di atas kasur yang empuk, dan kini punggung sang Ibulah tempat Ara kecil memejamkan mata, diselimuti oleh dinginnya udara malam yang menerpa tubuh mereka.
"Engkau yang Maha Melindungi,Ya Allah, lindungi kami hingga kami menemukan tempat untuk berteduh malam ini" doa dalam hati yang Fatmawati panjatkan,demi keselamatan sang anak, dan berharap tidak ada halangan sampai mereka menemukan tempat untuk bernaung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
🌹S RosEMarY 🌹🕌
Astaghfirullah...
jadi ingat Almarhumah Ibu ...😭😭😭
Alfatihah yg Insya Allah tak pernah putus untukmu , Ibuku 🙏🏻🙏🏻😭😭
sungguh... tanpa terasa menetes saat baca flashback 😭😭
NEXT...
2020-11-13
0
KITTY☠ᵏᵋᶜᶟ🏅ᶝᶡఛᏚིᥰ⃝֟.𝄠༅ᵛⁿᵇ
pilihan hati aq favorit kan baru 3part aq baca lanjut kalau senggang y kk😊
2020-10-19
0
Radin Zakiyah Musbich
keren thor... ❤️❤️❤️
🦊ijin promo ya🦊
jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama.... 🦊
ku tunggu feed back nya ya 🙏🙏🙏😁
2020-10-01
0