Ara menyelimuti tubuh Ibunya agar tidak kedinginan malam itu. Wajah Fatmawati yang begitu cerah, membuat Ara tersenyum sambil terus menatap kecantikan sang Ibu.
"Andai Ayah masih ada, Ayah tidak akan mungkin membiarkan Ibu seperti sekarang ini. "
Ara mengingat wajah Ayahnya yang hanya ia lihat di foto. Terlihat wajah sang Paman yang memang mirip dengan Ayahnya.
"Bagaimana keadaan Paman sekarang, bagaimana dengan kak Dani, dia pasti tumbuh menjadi pria tampan sekarang. "
Rasa rindu kepada keluarga Pamannya memanglah tidak bisa Ara tutupi, walau setelah ia mengingat keluarga jauhnya itu, dia teringat malam saat Ibunya di usir.
Semarah - marahnya Ara, dia tetap memiliki hati lembut untuk tetap merindukan dan mendoakan yang terbaik untuk keluarganya.
Ara berdiri dan melangkah keluar dari kamar Fatmawati. Pelan - pelan Ara menutup pintu kamar dan berjalan menuju ruang tamu.
Ara membuka buku gambar Afka, begitu indah batin Ara.
Sebuah gambaran hati berwarna merah dengan warna hitam di tengahnya, membuat Ara mengerutkan dahi, dan menatap tajam gambar itu.
"Kenapa Afka menggambar hati seperti ini? "
Ara menghela napas, " Entahlah, hanya Afka dan Tuhan yang tahu. "
Ara menutup buku gambar itu dan berdiri melangkah mendekati jendela, ia iseng mengintip keluar, namun pemandangan yang membuatnya terkejut dan segera membelalakkan matanya.
"Itukan temannya Mas Risky, kenapa dia berada di halaman rumah, apa dia punya maksud buruk? " Ara bertanya-tanya sendiri tanpa bisa menjawabnya.
Segera Ara membuka pintu dan memanggil David yang sedang berdiri sambil bermain ponsel.
"Ada perlu apa kau di sini? " seru Ara tanpa basa basi.
David menoleh ke arah Ara.
"Jawab pertanyaanku! " ucap Ara kembali.
"Mencari sinyal, kau pikir apa? " jawab David dengan santai.
Ara menelan salivanya. Ia merasa seperti salah sangka, namun dia tidak mau mengakuinya.
"Bukankah di rumah Mas Risky sinyal lebih bagus, jangan - jangan kau...? "
"Memata- matai dirimu? " tukas David dengan cepat. " Sepertinya ide itu bagus juga. " David melipat kedua tangannya dan mengelus dagunya.
"Ma_maksudku... "
"Tidak perlu di jelaskan, apa aku boleh duduk, aku lelah sekali. " Tanpa berniat mendengar jawaban dari Ara, David berjalan menuju sebuah kursi di teras yang tadi di tempati Afka.
Ara merasa kesal, dia mengepalkan kedua tangannya dan melangkah mendekati David.
"Entah kenapa aku kesal kalau bertemu denganmu. " Ara berdiri dan melipat kedua tangannya.
"Begitukah? " David tersenyum. "Masih tiga kali ini kita bertemu, besok aku akan menemuimu lagi. "
"Apa? " seru Ara.
David hanya menanggapi Ara dengan sebuah senyuman yang menurutnya sangat indah dan manis. Namun bagi Ara itu sangat menyebalkan.
"Apa di sini begitu sepi pemuda? aku melihat hanya ada kau dan Risky? " tanya David.
"Ada banyak, tapi mereka bekerja, sekarang sudah jam sembilan malam, ayo pulanglah, aku tidak mau tetangga berbicara aneh -aneh tentang kita! "
"Tentang kita? seru juga. " David tertawa kecil.
"Kau masuk saja, aku masih ingin di sini! "
"Baiklah kalau begitu. " Ara hendak melangkah ke dalam rumah.
"Tiga hari lagi aku berada di sini, jangan merindukanku. " Ucap David dengan begitu tiba - tiba, membuat Ara berhenti.
"Kalau begitu, aku ucapkan selamat tinggal dan hati - hati. " Ara tidak menunggu jawaban David lagi. Ia masuk dan mengunci pintu rumahnya.
David kembali tersenyum tipis.
"Gadis yang begitu tegar dan kuat. " gumam David.
David kembali sibuk dengan ponselnya, namun pikirannya tertuju kepada Ara dan Afka yang tadi duduk di tempat yang saat ini ia duduki.
Sejak habis isya, David memang sengaja jalan - jalan di sekitar rumah Risky, walau dalam hati yang paling dalam, dia mencari rumah Ara. Sejak bertemu gadis itu, ada kekaguman tersendiri yang terselip di hati kecilnya, membuat keinginan bertemu semakin memuncak.
Tanpa sengaja, David melihat Ara dan seorang pria sedang duduk di kursi teras. Pria yang semula David anggap kekasih Ara, namun ia patahkan setelah mendengar percakapan mereka.
Lama David menjadi seorang pengintip yang duduk santai di teras rumah seseorang. Andai pemilik rumah ada, mungkin acara mengintipnya gagal karena ia pasti diusir oleh pemilik rumah.Namun keberuntungan berpihak kepadanya.
"Cinta bertepuk sebelah tangan. " David menaikkan salah satu sudut bibirnya.
David menatap pintu rumah Ara yang sudah tertutup rapat.
"Selamat tidur gadis manis. " gumam David.
####
Keesokan paginya, Ratna sedang sibuk mengurus kedua anaknya yang hendak sekolah.
"Attar, Dafin ayo sarapan sayang! " Ratna mengajak kedua anaknya yang masih duduk di bangku SD itu duduk di kursi meja makan.
Ratna mengambilkan dua piring kosong dan mengisi masing - masing piring dengan nasi dan lauk.
Attar, anak laki-laki Ahwan dan Ratna yang masih duduk di kelas enam SD, sedang Dafin masih kelas dua SD.
Mereka berdua bersekolah di sekolahan yang sama, setiap pagi , Ahwan mengantar kedua anaknya ke sekolah. Begitupun pagi ini, setelah Ahwan mengantar Afka belanja di pasar, Ahwan mengantar kedua anaknya yang sudah berseragam merah putih menuju ke sekolah dengan naik mobil pribadinya.
Ratna terlihat membuka pintu tokonya di bantu oleh Afka. Ratna memiliki sebuah toko kebutuhan pokok sebagai kesibukannya sehari - hari selain berperan sebagai Ibu rumah tangga. Afka yang setiap hari membantunya, sedang Afwan bekerja freelance di sebuah perusahaan.
"Afka istirahat saja, biar kakak yang menata barang - barang ini! "
"Iya kakak ipar. "
Afka meninggalkan Ratna yang sibuk dengan barang - barang toko. Karena perutnya lapar, Afka menuju dapur dan mengambil makanan yang sudah dimasakkan oleh Ratna.
#####
Ara masih di sibukkan oleh beberapa pembeli yang mengantri di depan ruko milik Abah. Hari ini Abah tidak membantu Ara karena Abah sedang sibuk di Ruko istrinya. Jadi Ara melayani beberapa pembeli sendirian saja.
"Bisa abang bantu neng? " sebuah suara yang sudah tidak asing bagi Ara. Yaa, suara David yang orangnya tiba-tiba saja berada di Ruko milik Abah.
"Eh, Mas David, kenapa di sini? " tanya Ara terkejut.
"Silahkan Ibu mau beli apa, saya akan membantu mengambilkan. " Ucap David kepada salah seorang ibu - ibu pembeli.
Ibu itu memberikan secarik kertas kepada David. Satu persatu tulisan itu di baca oleh David. Kesulitan, David kesulitan membaca tulisan ibu itu, membuat ia harus terus bertanya kepada Ara.
Dengan ramah Ara menjawab pertanyaan dari David, ia meninggalkan egonya, karena Ara tahu, David berniat menolong dirinya, tanpa tenaga David, mungkin Ara dimarahi pelanggan karena lama dalam melayani mereka.
Setelah semua selesai dan pelanggan sudah pergi semua, Ara mengucapkan terima kasih kepada David.
"Terima kasih saja kah? " kata David.
"Lalu apalagi? "
"Ajak aku berkeliling kota ini! Risky sedang kerja hari ini, aku tidak mau di sini tanpa mendapat sebuah pengalaman. "
"Aku bukan orang jahat, aku pencari pengalaman, kau akan aman bersamaku, aku akan menyewa taksi online untuk kita keliling kota ini! " imbuh David.
"Apa aku boleh mengajak temanku? " tanya Ara.
"Apa pria yang tadi malam bersamamu? " tebak David, membuat Ara terkejut.
"Apa kau sengaja mengintaiku semalam? "
"Sedikit sengaja. " David tertawa kecil.
"Hmmmm... aku tidak bisa, aku tidak bisa meninggalkan Ibuku sendirian. "
David terdiam sejenak. Tidak mungkin juga ia memaksa Ara meninggalkan Ibunya yang sedang sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
KITTY☠ᵏᵋᶜᶟ🏅ᶝᶡఛᏚིᥰ⃝֟.𝄠༅ᵛⁿᵇ
wanita idaman
2020-10-22
1
Yulianti Yanti
lanjuttttt....ceritanya bagus, penasaran dgn endingx
2020-09-18
0
Wirdah K 🌹
Like it
2020-09-17
0