"Kita akan membawa Ibu keliling kota ini, aku yakin Ibumu merindukan suasana selain di sini. "
David menunjukkan ponsel yang berisi beberapa gambar tempat wisata di kota tersebut.
"Aku ingin ke sini, tempatnya tidak jauh dari kota ini. " David menunjuk sebuah taman bunga dengan jari telunjuknya.
"Kenapa Mas David ingin ke taman bunga? "
David menarik kembali ponsel dan memasukkan ke dalam saku celana jeansnya.
"Karena aku akan membawa wanita yang cantiknya melebihi kecantikan bunga di sana. " senyum David merekah di bibirnya.
"Suka gombal seperti Afka. " Gumam Ara dalam hati.
"Nanti sore aku akan bersiap, sekarang aku mau menutup ruko ini dulu. "
Ara berdiri, disusul oleh David yang sudah siap sedia membantu Ara menutup pintu ruko milik Abah.
Setelah Ara selesai menutup ruko dengan rapat, ia segera menuju ke David yang sedang duduk di atas motor sportnya sambil memandang Ara.
"Aku pamit pulang dulu Mas David, terimakasih sudah membantuku. "
"Kalau bersedia, naiklah ke atas motorku, aku akan mengantarmu pulang! "
Ara menggeleng kepala setelah melihat motor David. Bergandengan dengan yang bukan muhrim, itulah yang terlintas di kepala Ara, sehingga ia segera menolaknya.
"Baiklah, aku temani kamu jalan kaki!"
David mendorong motornya dan berjalan di samping Ara, sesekali ia melirik, mencuri pandang ke arah gadis manis yang berjalan di sampingnya. Beberapa obrolan seputar Risky yang menjadi topik siang itu, beberapa hal yang di sukai dan tidak di sukai Risky, berapa lama mereka berteman, itulah yang bisa mereka bicarakan hanya untuk mengusir rasa canggung di antara mereka.
"Mas David, sudah hampir sampai rumah, mas duluan saja, aku ingin berjalan sendiri! "
David mengangguk, memahami maksud Ara yang tidak ingin jadi bahan pembicaraan tetangganya.
"Assalamu'alaikum manis. "
"Waalaikumsalam."
David mengendarai motornya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Risky.
Setelah sampai di halaman rumah, David duduk di kursi yang telah di sediakan di teras sambil mengetik sebuah nomor telepon di ponselnya lalu ia melakukan sebuah panggilan.
Empat detik berlalu dan akhirnya panggilan itu terhubung dan di jawab oleh suara seorang wanita.
"Hallo David, tumben menelpon ? "
"Lagi kangen Bibi " David tertawa kecil.
"Tapi aku enggak. "
David tertawa dan kembali mengobrol bersama Bibinya yang bernama, Vivi. Mereka adalah Bibi dan Keponakan, tapi umur mereka sama, 27th.Seperti teman kalau orang lain melihatnya.
"Aku akan pulang besok lusa, kalo Bibi bertemu Ibu, tolong beritahu Ibu ya Bi! "
"Kau tidak menelpon sendiri? "
"Tidak, sekarang Ibu pasti sedang sibuk menjahit, aku tidak ingin menggangu Ibuku tersayang. "
"Ok, baiklah, aku sedang memasak, aku matikan dulu telponnya ya? "
Setelah panggilan mereka akhiri, David berdiri dan hendak masuk ke dalam rumah, namun ia urungkan setelah melihat Ara berjalan melewati depan rumah Risky.
"Mampir Neng" seru David kepada Ara.
Ara melihat ke arah David yang tersenyum ke arahnya. Malu campur bingung, itulah yang dirasakan Ara saat ini, bingung mau menjawab apa, dan malu karena pria itu selalu menggodanya.
Ara mengangguk dan mengucapkan terimakasih, lalu dia bergegas mempercepat langkahnya untuk bisa segera sampai di rumah.
"Ara, badan Ibu mu panas, aku sudah mengompresnya tadi " kata Bu Widya yang tiba-tiba, membuat Ara segera meletakkan tas kecilnya dan menuju ke kamar Fatmawati.
Ara meletakkan punggung tangannya di dahi sang Ibu. "Kenapa tiba-tiba Ibu demam? apa karena kena angin kemarin sore? " tanya Ara kepada dirinya sendiri.
"Aku akan antar ibu ke Puskesmas dulu Bu Widya, terimakasih sudah menjaga Ibu tadi. "
"Apa perlu kutemani Ara? " Ara menggeleng. Dia tidak ingin terlalu banyak merepotkan Ibu Kontrakannya itu.
Setelah Ibu Widya pergi, Ara menelpon taksi online agar menjemput dia dan Ibunya. Sendirian, Ara membantu Ibunya duduk di kursi roda dan mendorongnya keluar rumah sambil menunggu taksi yang ia pesan datang.
Selang setengah jam, taksi yang di pesan Ara datang. Sopir taksi dengan sigap membantu Ibu Ara masuk ke dalam mobil taksi.
"Ke Puskesmas terdekat ya Mas! "
"Iya Mbak. "
Sopir taksi menyetir mobil dengan kecepatan sedang.Cukup 15 menit, taksi sampai di Puskesmas yang di tuju.
Setelah selesai menurunkan Fatmawati dari taksi, Ara segera mendorong kursi roda Fatmawati menuju ke dalam Puskesmas dan segera mendaftarkan Ibunya.
Setelah kedua pasien yang antri terlebih dahulu selesai di periksa,kini giliran Ara masuk bersama sang Ibu untuk menemui Dokter yang sedang bertugas.
Beberapa pemeriksaan di lakukan oleh Dokter kepada Fatmawati.
"Bagaimana Dokter? " tanya Ara dengan raut wajah yang cemas.
"Ibu Mbak kelelahan, sepertinya ada yang di pikirkan oleh Ibu mbak,kalau bisa jangan bebani pikiran Ibu Mbak dalam kondisi yang seperti ini. Mengingat Ibu Mbak belum sembuh dari struknya dan tidak bisa menyampaikan apa yang ingin Beliau sampaikan. "
Tatapan wajah Ara sendu melihat Ibunya.
"Ibu memikirkan apa? " gumam Ara sambil mengusap air matanya yang hampir menetes.
"Ini resepnya, Mbak tebus di depan ya! " Dokter wanita itu memberikan secarik kertas bertuliskan beberapa resep obat.
"Terimakasih Dokter. "
Ara mendorong kursi roda ibunya keluar dari ruangan Dokter. Sesuai petunjuk, Ara menaruh kertas resep itu di tempat mengantri obat.
Sambil duduk di kursi tunggu, Ara memandang Ibunya.
"Jangan banyak berpikir macam-macam Bu, Ara tidak apa-apa, yang penting Ibu sehat, Ara sudah sangat bahagia sekali. " Ara menciun puncak kening Fatmawati.
Setelah beberapa menit berlalu, Ara mendapat panggilan untuk meberima obat, dan segera membayarnya.
"Alhamdulillah, Ibu sudah mendapat obat " gumam Ara.
Sopir taksi sudah menunggu di depan Puskesmas. Melihat Ara dan Ibunya keluar, sopir taksi segera membuka pintu taksinya dan kembali membantu Ara.
"Terimakasih Mas sudah membantu. "
"Sama-sama Mbak. "
Dengan bantuan sopir taksi, Ara bisa cepat mengistirahatkan Ibunya di atas tempat tidur.
Ara berjalan ke dapur mengambil air putih dan segera meminumkan obat kepada sang Ibu.Dengan telaten dan penuh kesabaran Ara merawat Ibunya, tanpa mengeluh dan tanpa marah. Semua ia lakukan mengingat saat ia masih kecil, Ibunya lah yang selalu terdepan dalam merawat Ara. Kini giliran ia yang harus merawat ibunya, kewajiban sebagai seorang anak kepada orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
awesome ❤️❤️❤️
ijin promo thor 🙏
jgn lupa baca novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🍭🍭🍭
kisah cinta beda agama,
jgn lupa tinggalkan jejak dg like and comment ya 🙏😁
2020-10-30
0
Wirdah K 🌹
Ada duku di dalam pasir
Kakak, aku mampir
😀😀😀
2020-09-25
1
fatmaaaaa™
Semoga ara mendapatkan kebahagiaan
2020-09-07
0