David sudah sampai dirumahnya, ia segera menepikan motor sportnya di halaman rumah yang cukup rindang dengan berbagai pepohonan buah - buahan.
"Assalamu'alaikum." Salam David saat melangkahkan kaki kanannya masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam " saut Bu Dewi, Ibu kandungnya David yang sedang sibuk di depan mesin jahit tuanya.
David segera mencium tangan Ibunya yang tersenyum lebar menatapnya.
"Maafkan Ibu, mengganggu liburanmu di rumah Risky. "
"Tidak apa - apa, kapan kita akan mengantar pakaian pesanan Bu Jeni, Bu? " tanya David sambil duduk di sebelah Ibunya.
"Bu Jeni minta besok kita antarkan ke rumahnya. Kamu longgarkan? "
"Aman Bu, besok David akan mengantar Ibu. "
David melangkahkan kakinya meninggalkan sang Ibu yang kembali meneruskan pekerjaannya.
Kamar adalah tujuan David saat ini. Setelah melepaskan sepatu, David merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk kesayangannya.
Terlihat ia sedang mencari sebuah nama di ponselnya.
"Hallo " ucap David.
"Iya David, ada apa? "
"Sorry Evan, besok aku belum bisa ke bengkel, kau urus dulu semua keperluan bengkel.Jika ada yang habis, kau bisa pakai uang pendapatan hari ini. Aku masih ada urusan, jadi besok aku belum bisa membantumu! "
"Ok tidak masalah, selesaikan saja pekerjaanmu Bos, di sini aman. "
"Alhamdulillah, thanks Van. " Setelah mendapat jawaban dari anak buahnya yang bernama Evan, David mematikan ponsel dan menaruh di sebelah ia berbaring. Tak menunggu waktu lama, David sudah tertidur dengan pulas.
"Mbak, di depan ada motornya David, dia sudah pulang? " tanya Vivi yang masuk ke dalam rumah secara tiba-tiba menemui kakaknya.
"Kalau masuk rumah, ucap salam kenapa, buat kaget mbak saja. "
Vivi tertawa kecil. " Sudah biasanya seperti ini mbak. Dimana David? "
"Mungkin tidur, sudah dari tadi dia di kamarnya, belum menemui mbak lagi. "
"Memangnya kenapa mencari David terus, cari suami sana. " Imbuh Dewi.
"Kalau sudah di dekatkan sama jodohnya, pasti aku menikah kok mbak. "
Vivi mencari makanan di dalam lemari es yang tidak jauh dari tempat Dewi duduk.
"Usaha.Kau saja mbak lihat tidak berusaha mencari, bagaimana kau bisa dekat dengan jodohmu. Banyak juga yang melamar, tapi kau selalu menolak mereka. "
"Aku belum memiliki rumah sendiri.Jadi guru juga masih baru saja, jadi aku masih santai mbak.Sudah jangan bahas soal menikah. Aku masih mencari yang cocok. "
"Hmmmm apa kau kemari hanya untuk mencari David? "
Vivi mengangguk sambil makan kue yang ia dapat dari lemari es.
"Ada urusan apa? "
"Aku kangen kalau belum bertemu David. Sekalian mau mengenalkan anak satu - satunya mbak itu kepada teman perempuanku. Dia juga guru dan baik sekali. Umurnya di bawahku satu tahun. "
Dewi menghentikan pekerjaannya.
"Jangan perkenalkan David kepada siapapun, takutnya temanmu itu kecewa kalau David menolak cintanya. David itu sulit untuk menyukai wanita. "
Dewi terdiam sejenak memikirkan apa yang baru saja ia ucapkan.
"Ya Allah, aku ini bicara apa dan memikirkan apa? " tanya Dewi kepada dirinya sendiri. Vivi tertawa.
"Mbak, David itu normal, Vivi yakin dia menyukai lawan jenis " Vivi kembali tertawa mengingat apa yang di maksud kakaknya itu.
"Astaghfirullah, maksud mbak bukan begitu. "
Memikirkan David belum pernah bercerita tentang wanita ataupun membawa wanita ke rumah memang sempat membuat Dewi pusing. David anak satu - satunya. Ayah David meninggalkannya saat masih sekolah TK.
Kalau membicarakan masa lalu, semua orang pasti pernah memilikinya.Tidak hanya satu atau dua yang memiliki masa lalu kelam. Begitupun Dewi, Ibu David yang juga memiliki masa lalu kelam karena di tinggal suaminya, ayah David.
"Kau tunggu saja di ruang tamu, Mbak mau menyelesaikan pekerjaan mbak dulu, besok pakaian - pakaian ini harus sudah di antar ke pemiliknya.
Vivi dengan setia menunggu David di ruang tamu. Keinginannya untuk memperkenalkan David kepada sahabatnya sangatlah kuat, sampai ia rela menunggu orang yang sedang tidur sambil terkantuk-kantuk di ruang tamu.
Sudah waktunya ashar , Vivi terbangun dari tidurnya yang lelap di kursi ruang tamu rumah kakaknya.
" Bibi sudah bangun? " tanya David yang duduk di kursi lain di ruang tamu tersebut, membuat Vivi terkejut karena tidak menyadari keberadaan David sebelumnya.
"Astaghfirullah, kamu bikin aku terkejut saja. "
"Sampai segitunya menungguku, ada apa Bi? apa ada yang penting? "
"Aku cuci muka dulu. " Vivi berjalan menuju ke kamar mandi yang berada di dekat dapur. Ia segera mengguyur air dari kran ke wajahnya, untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih hinggap di wajahnya.
David menunggu di ruang tamu sambil memainkan ponselnya.
"David, apa kau belum punya kekasih? " tanya Vivi kepada keponakannya itu. David menggeleng. Vivi pun menyampaikan niatnya untuk memperkenalkan David kepada sahabatnya.
David masih mendengarkan dengan seksama apa yang di katakan Vivi. Terlintas di pikiran David tentang Ara.
"Aku belum memikirkan kekasih Bibi, maafkan aku. "
Terlihat guratan kecewa di wajah Vivi, namun dia pantang menyerah.
"Kalau kau sudah ketemu dengan sahabatku, aku yakin kau akan menyukainya. Dia sangat cantik. " Sambil mengacungkan kedua jempolnya.
"Sudahlah Bibi, kau saja yang fokus mencari kekasih, aku juga ingin punya sepupu kecil. " David terkekeh sambil berlalu meninggalkan Vivi.
"Kenapa aku lagi yang kena. " Gumam Vivi sambil berlalu keluar dari rumah Dewi.
Arafa, saat ini yang ada di pikiran David, entah bius macam apa yang di berikan Ara kepada David, sehingga membuat lelaki itu terlena memikirkan gadis manis itu.
"Kenapa aku tidak meminta nomor ponselnya? " gumam David sambil memukul tembok yang terdekat dengan tangan kanannya.
"Hmmm kapan aku bisa bertemu dengan gadis itu lagi. Apa dia akan ingat denganku, walau kita hanya bertemu dia hari. Aku pulang juga tidak pamit kepadanya. " David berbicara sendiri sebagai pelampiasan pikirannya.
Arafa yang saat ini di pikirkan David, ia sedang duduk di teras sambil membuka buku gambar milik Afka.
"Gambar Afka sungguh indah, dia berbakat sekali dalam menggambar. Kalau aku tidak bekerja, biasanya dia kemari malam - malam begini, kemana dia? " Ara melihat ke arah jalan. Sudah hal biasa kalau Afka datang menemui Ara beberapa hari sekali. Apalagi saat Ara tidak bekerja, Afka pasti akan menengok Ara, kekhawatiran yang berlebihan bagi Afka kalau tidak melihat Ara sehari saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Erin D'Fungky -PUCUK🌱SQUAD🐛-
rindu afka🤭
2020-08-25
0
Ita Yulfiana
semangat
2020-08-23
0
🔵pacarku 😜Peak_Fam😜
ayo vote biar bisa dpt rangking
2020-08-21
0