Seperti yang di katakan Ara kepada Abah, kalau dia sore itu akan mengunjungi rumah Afka. Sebenarnya rasa malu hinggap di hati Ara, tatkala ia harus mengunjungi rumah seorang lelaki. Namun mengingat ada kakak ipar Afka yang juga seorang perempuan, membuat ia menjadi memiliki rasa percaya diri.
Ara menghentikan sepeda mungilnya di sebelah pohon mangga yang berada di depan rumah Afka. Terlihat dari luar, Ratna, kakak ipar Afka sedang duduk di toko sambil menunggu pelanggan sambil menulis sesuatu.
Ara mendekati Ratna dan menyapanya dengan salam.
"Waalaikumsalam, Ara kau ke sini? " Ratna terkejut. Ratna segera keluar dari toko dan menyambut Ara.
"Iya mbak, maaf Ara mengganggu. "
"Tidak menggangu, masuklah Afka ada di dalam! "
Mereka berdua masuk ke dalam rumah dan Ratna mempersilahkan Ara untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Mbak panggilkan Afka dulu, dia pasti senang kamu datang ke sini. "
Ara mengangguk dan melihat Ratna yang bergegas menuju ke kamar Afka.
Sembari menunggu Afka, mata Ara berkeliling melihat suasana rumah Afka. Beberapa foto dalam pigura, terpampang rapi di tembok. Ada juga yang berada di atas nakas yang berukuran tidak besar.
Vas bunga besar di pojokan ruangan, dengan tanaman hijau berupa daun saja mempercantik ruangan dengan lebar 3x3m tersebut.
"Ara " panggil Afka dengan pesona senyum manisnya menghiasi wajah sumringah Afka. Ia segera duduk di sofa yang berada di depan Ara.
"Serasa 3 tahun aku tidak bertemu denganmu Ara " gombalan Afka kembali keluar.
"Dimana Mbak Ratna tadi, kok tidak ada? " tanya Ara sambil matanya berkeliling mencari - cari keberadaan Ratna.
"Masih membuat teh untuk gadis manis. "
Ara menunduk malu sambil senyum - senyum.
"Ada apa ke sini Ara, apa kau merindukanku? " tanya Afka dengan begitu percaya diri.
Arapun menanyakan perihal keberadaan Afka tiga hari ini. Dia hanya ingin memastikan kalau Afka baik - baik saja, karena itu dia berkunjung ke rumah Afka.
"Alhamdulillah, tidak ada yang perlu di khawatirkan, aku baik - baik saja Ara. Hanya agak lelah saja dan perlu istirahat. Aku dengar Ibu Fatmawati juga sakit, apa sekarang beliau sudah sehat? "
"Sudah Afka. Keinginan ibu untuk segera sembuh sangat kuat. Jadi Ibuku sudah sehat seperti sedia kala.
Terlihat Ratna membawa nambah berisi dia gelas teh hangat.
" Silahkan di minum Ara, Mbak mau menunggu toko, kalian ngobrol saja ya! "
"Iya mbak, terimakasih. "
Setelah Ratna pergi dari hadapan mereka berdua, ada suasana canggung yang tiba-tiba menghampiri mereka berdua. Suasana yang seperti mereka tidak pernah bertemu saja.
Ara mengambil gelas berisi teh hangat itu dan meminumnya demi menghilangkan rasa canggung.
"Dimana keponakan kecilmu Afka, kenapa tidak terlihat? " Ara membuka pembicaraan kembali.
"Kalau sore begini, mereka mengaji di masjid. Hampir maghrib baru mereka pulang. "
Ara mengangguk, memahami apa yang di katakan Afka.
"Afka, sudah sore aku harus pulang. "
"Bukankah kau ke sini sudah sore Ara manis. " Afka terkekeh. Menggoda Ara adalah hal terindah bagi dirinya, walau dia tahu, yang digoda sudah salah tingkah sejak tadi.
"Ayo aku antar kau pulang. "
"Aku akan pulang sendiri Afka. Kau istirahat saja, biar segera pulih. "
Penolakan Ara tidak membuat Afka mundur. Ia tetap bersikeras menemani Ara untuk pulang. Akhirnya Ara tidak bisa menolak tawaran yang di berikan Afka.
Afka mengambil sepeda gunungnya yang berada di garasi. Sedikit ia mengelapnya dengan menggunakan kanebo yang sudah tersedia di sepedanya. Kini sepeda gunung kesukaan Afka sudah siap untuk meluncur menemani Ara di jalan.
"Apa mbak Ratna tidak marah melihat kau pergi, dia pasti khawatir karena kau baru saja tidak enak badan? " Ucap Ara sambil mengayuh sepeda di sebelah Afka.
"Namanya kakak pasti khawatir, tapi aku yang merasakan, tubuhku sudah fit sekarang karena seseorang yang spesial menjengukku "
Ara menghela napas pelan. Mereka mengayuh sepeda beriringan. Memang sengaja mereka tidak mengambil jalan raya untuk pulang ke rumah Ara, walaupun sedikit jauh dari pada melewati jalan raya.
Terlihat mereka berdua mengobrol santai sambil sesekali mereka tertawa. Entah apa yang mereka obrolkan.
Risky menaiki motornya untuk pulang kerumah setelah seharian bekerja. Secara tidak sengaja ia melihat Ara bersama Afka di jalan. Namun Risky tidak mengenal Afka, karena Risky dan Ara juga tidak terlalu dekat. Hanya hubungan tetangga saja.
"Hai Ara, duluan ya. " Seru Risky sambil melambaikan tangan ke arah Ara.
"Iya Mas Risky. " Saut Ara sambil tersenyum memandang tetangganya itu.
"Sepertinya David mendapat saingan berat. " Gumam Risky sambil melirik Ara dan Afka dari kaca spionnya.
"Siapa Ara? " tanya Afka.
"Tetanggaku, mas Risky namanya. "
Mulut Afka membulat dan kepalanya mengangguk.
Tak lama kemudian, kedua pemuda pemudi itu sampai di rumah. Ara mempersilahkan Afka duduk di kursi teras dan Ara masuk ke dalam rumah untuk mengambil minum.
"Maaf cuma air putih. " Ara menyodorkan segelas air putih.
"Air yang sangat bagus untuk kesehatan. Kau banyaklah minum air putih Ara. Ini bagus untuk ginjalmu! " gaya dokter Afka mulai muncul.
"Delapan gelas setiap hari. Aku sudah melakukannya Afka. "
Afka mengacungkan jempol kanannya dan menaruh gelas yang sudah kosong itu di atas meja kembali.
"Bagus, jangan sampai kau sakit, biar aku saja " kata Afka sambil tersenyum.
Sifa yang rumahnya bersebelahan dengan Ara, sedang berjalan mendekati Ara dan Afka.
"Hai kak Afka. Sore - sore sudah Apel pacar saja " celetuk Sifa tanpa peduli wajah Ara yang terkejut.
"Pacar khayalan " ucap Afka.
Sifa duduk di sebelah Ara yang bermuka masam.
"Taaruf saja kak Afka. Segera lamar saja neng satu ini. Tidak mungkin dia menolaknya! " ocehan Sifa yang langsung mendapat pukulan keras di pundaknya dari tangan lembut Ara.
"Sudah pulang sana urusi pekerjaanmu. Ibumu memanggil suruh cuci piring! " seru Ara dengan kesal.
"Pekerjaan rumahku sudah selesai mbak Ara, sedari tadi aku menunggu Mas Risky, tapi dia tidak muncul - muncul. " Sifa memanyunkan bibirnya.
"Kalau kau ingin menunggu, seharusnya kau berada di ujung jalan sana, bukannya di depan rumah. Risky tidak pernah pulang kerja melewati depan rumah kita "
"Mbak kalau lagi kesal cerewet juga ya " Sifa tertawa bahagia di susul oleh Afka yang memahami maksud Sifa.
"Kau sungguh menyebalkan. " Ara melipat kedua tangannya di depan dada.
Afka mulai memikirkan apa yang di katakan Sifa.
"Andai saja gadis manis ini mau menerima pinanganku, mungkin dari kemarin aku sudah membawa keluargaku ke sini Sifa. "
Sifa menoleh ke arah Ara, meminta jawaban atas kalimat yang diucapkan Afka.
Namun tidak ada kata yang keluar dari mulut Ara, sama seperti hari - hari sebelumnya. Entah apa yang diinginkan gadis itu untuk masa depannya.
"Kak Afka, mungkin mbak Ara masih meminta waktu kembali. Kak Afka sabar ya! "
Afka mengangguk. Dia selalu sabar menunggu Ara. Walau bisa di pastikan, kalau Ara akan menolaknya. Namun rasa suka dan sayangnya Afka kepada Ara, tidak pernah tergantikan oleh wanita manapun. Menurut Afka, Ara adalah yang terbaik. Belum pernah Afka menemui gadis seperti Ara. Lugunya, polosnya, sederhananya dan yang pasti sholehahnya, Afka tidak bisa membandingkan dengan wanita lain yang ia kenal.
Bukan Siti Khadijah, bukan Khumaira istri Nabi Muhammad, melainkan Arafa, gadis di jaman saat ini yang sifat dan kehidupannya, berusaha mengikuti ke dua wanita luar biasa istri Nabi itu.
Afka benar-benar jatuh hati kepada Ara, namun dia tidak ingin memaksakan kehendaknya. Keputusan masa depan Ara, ada di tangan Ara sendiri, bukan orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Erin D'Fungky -PUCUK🌱SQUAD🐛-
jangan berhenti berharap afka💪
2020-08-25
0
🌟🌟↔️🅰️RℹN1👑↗️↗️
tersentuh sama kisahmu ara
2020-08-24
0
Ita Yulfiana
next
2020-08-23
0