MDND ~ Bab 11

Ceren benar-benar bingung harus bersikap bagaimana saat bertemu Gilang. Karena definisi nama Gilang itu menurutnya gila ngga bilang-bilang.

Mau marah dan gantung Gilang di tiang bendera sampe jasadnya kering, yang ada ia masuk bui. Mau diturutin dengan hati ikhlas, taukah dia kalau ikhlas itu adalah perasaan yang paling sukar untuk dilakukan sepenuh hati?!

"Gilang meninggal, gue janda, gitu maksudnya dong!" gumamnya menghela nafas lelah. Selepas bu Ambar pulang, Ceren sampai harus mengikat kedua tangannya dengan tasbih biar ngga ngamuk-ngamuk karena bisanya cuma jepit rakyat jelata seperti dirinya dan bapak dengan kekuasaan.

"Kenapa mesti gue, Lang?!" sejenak rasa sesal membantu Gilang pagi itu muncul memaki dalam hati dan pikiran.

Pagi itu langkahnya ke sekolah seperti tak bersemangat, ia sudah menyanggupi permintaan bu Ambar demi bapak, demi....arghhh! Kenapa Gilang harus menderita penyakit mematikan itu, dan si alnya kenapa juga minta kawin?! Kenapa cowok itu ngga minta hal yang lebih berfaedah, seperti minta liburan keliling dunia atau sekedar numpuk pahala dengan menyantuni anak yatim saban hari? Atau bisa juga minta naik haji untuk melengkapi rukun islamnya sambil naik onta gituh?!

Langkah kakinya menghentak menuju kelas Bahasa, dimana kata Jojo pemuda itu sudah datang.

"Suth! Lang," senggol Jojo mengerlingkan matanya saat Ceren sepaket alis yang menukik tajamnya kaya pedang berada di dalam radar kelas bahasa.

Kembali, ia mengulas senyuman dan tak pernah luntur untuk Ceren.

"Ngga usah banyak basa-basi, ngga usah kebanyakan senyum karena lo bukan sales pegadaian! Ikut gue!" pintanya marah. Ceren berbalik tanpa mau mengumbar senyum pada siapapun, harinya sudah buruk, buruk sekali sejak bertemu Gilang.

Ia komat-kamit membaca kalimat istighfar yang kata bapak tuh bisa menenangkan hati yang sedang bergejolak, namun nyatanya ia justru semakin panas! Bukti nyata kalo setan itu bersemayam di dirinya, entah ia sendirilah yang setannya.

Ceren mencari tempat yang sedikit sepi, di bawah pohon rimbun biar udaranya sejuk dikit.

"Lo tuh!" Ceren berbalik menunjuk wajah Gilang yang mengekorinya dan berhenti saat Ceren berhenti.

"Shhh!" Ceren menghempaskan tangannya kesal, tak bisa marah, namun tak mau mengalah, tak bisa apapun termasuk mengutarakan seluruh isi hatinya jika ia sangat benci Gilang.

Yang Ceren lakukan hanya mele nguh berat dan tertunduk lesu, "kenapa harus gue?" tanya Ceren frustasi, masa depan yang ia bayangkan akan seseru ekspektasinya, sirna saat bu Ambar meminta dirinya menikah dengan Gilang.

"Maaf. Karena hanya denganmulah aku merasakan debaran itu, Ren."

Sungguh jawaban bulshittt yang tak mau Ceren dengar, hingga memancing keluh kesah yang lebih keras dari Ceren, "kalo lo mau ngerasain debaran, gampang aja. Kenapa lo ngga berdiri di depan rel kereta api, toh waktu kereta mau lewat lo pasti bakalan berdebar?!" debatnya.

"Lo ngga mikir ya, Lang, lo ngga kasian sama gue gitu? Masa depan gue tuh udah gue bingkai sedemikian rupa nantinya. Terus dengan sesuka hatinya lo ubah gitu aja dan gugurin semuanya? Usia gue nih....usia kita, masih muda buat menikah, Lang. Ya gue tau, bu Ambar bilang kalo lo kena cancer tapi ayolah! Ngga ada hal lain yang lebih indah yang pengen lo wujudkan selain dari-----" Ceren bahkan mengerutkan dahi dan wajahnya, "kawin?!"

"Nikah Ren, nikah...menikah dan kawin itu beda persepsi." ralatnya memancing decakan sebal, ya terserah lah! Yang jelas arahnya kesono!

"Lang, lo tuh mesti nanggung hidup gue loh....dan yang pasti, rumah tangga lo sama gue tuh pasti bakalan acak-acakan persis isian bakwan...gue ngga suka lo. Dan ngga mungkin dong maksain buat sayang...lo ngga sakit hati gitu?"

Balasan untuk semua keluhan Ceren adalah senyuman, Gilang sudah menduga ini akan terjadi.

"Ngga usah senyum lo. Liat gue! Apa gue lagi becanda? Jangankan buat senyum kaya lo, ibu lo datang aja nafas gue langsung sesek! Kenapa mesti gue, emang cewek baik tuh stoknya udah abis ya?" Ia menyenderkan punggungnya di batang pohon mangga itu, ngomel-ngomel lumayan bikin capek dan pusing.

Bukan jawaban yang Gilang berikan untuk Ceren, melainkan sesuatu yang tak Ceren duga sama sekali sebelumnya. Gilang mendekat dan semakin dekat, lantas ia meraih tangan Ceren, "Aku, adalah definisi kekurangan. Aku adalah definisi gelap gulita. Maukah kamu melengkapiku dengan kelebihanmu, melengkapiku dengan secercah cahayamu? Will you marry me, Ceren?"

Ceren menatap Gilang nyalang, mencoba menyelami netra hitam nan sayu itu dan menggeleng frustasi, tak ada lagi dayanya untuk marah hanya lengu han lelah yang ia tunjukan, karena sepenuhnya rasa amarah itu telah habis ia keluarkan tadi, dan berharap jika Gilang mau mengerti.

"Usiaku tak lagi lama, jadi nanti saat aku pergi kamu nggak akan terlalu sedih atas kepergianku, adalah nilai plus kenapa aku milih kamu, aku ngga perlu meninggalkan seseorang yang akan terpuruk atas kehilanganku.." Disaat siswa lain memilih memenuhi kantin di jam istirahat, keduanya malah asik menumpahkan isi hati di bawah pohon mangga samping perpustakaan, kaya bocah main gundu.

"Aku sayang kamu, karena rasa itu hadir tanpa bisa aku ataupun kamu tolak. Dan aku ingin merasakan rasanya memiliki orang yang aku sayangi, Ren...hingga nantinya aku akan membawa kedamaian saat berpulang."

"So please...tolong aku, mewujudkan keinginanku. Aku janji, apapun syarat yang kamu minta akan aku penuhi." pinta Gilang.

Ceren akui Gilang adalah pemuda yang baik, Gilang adalah pemuda yang cukup tampan dan manis.

"Jika kamu risih menganggapku sebagai suami, anggaplah aku sebagai teman. Kamu tidak perlu melayaniku layaknya sepasang suami istri, Ren. Cukup temani hari-hariku...karena dengan bersamamu saja, rasanya sudah cukup buatku."

Tenggorokan Ceren rasanya tercekat mendengar itu, dan kini rasa tercekat itu didominasi oleh perasaan sedih dan iba.

"Marry me..." pintanya kembali, Ceren menghembuskan nafas kasar mengalihkan pandangannya ke samping, "ck." ia berdecak namun Gilang menganggap jawabannya adalah iya.

"Iya?" tanya Gilang.

"Tau ah..." jawab Ceren. Gilang cengengesan melihat wajah salah tingkah Ceren.

Tak ada persiapan yang membutuhkan WO untuk mengurusnya, hanya ijab sederhana di tengah rumah keluarga Baraspati Prambodo.

Berkali-kali Ceren menghembuskan nafasnya panik, "pak.."

Bapak hanya mengulas senyuman getir, "opo? Kepengen pipis, atau buang air besar?" tanya nya.

Ceren berdecak, "kok buang air besar?" ingin rasanya ia menepuk kepala bapak jika tidak takut kualat.

"Ya iya, bapak sama almarhumah ibu juga begitu pas mau nikah...mendadak mules, kebelet, kepengen lari dari kenyataan, sama pengen acaranya cepetan selesai terus ngamar berdua!"

Dan Ceren melotot untuk ucapan bapak yang blak-blakan itu, "bapak ih!"

"Wes, tuh jemputan bu Ambar sudah nyampe. Yo keluar, bisa ngga kamu jalannya?" tanya bapak membantu Ceren dengan jarik dan kebaya off whitenya.

Acara sengaja digelar abis magrib sebelum isya persis peristiwa perang diponegoro (1825-1830), biar ngga bikin curiga tetangga sekitar.

Langkah kepayahannya dibantu bapak menaiki mobil, "ini pak tolong angkat kebaya belakangku, takut kena tanah terus kotor, nanti aku disuruh ganti sama bu Ambar..."

Bapak mengikuti permintaan Ceren, "lagian biasa dikasih celana ko loorrr sekarang dikasih jarik, yo begini..." akui bapak memancing keduanya untuk tertawa.

"Loh! Pak Harun, Ceren mau pada kemana magrib-magrib gini to, pake kebaya----" alisnya sudah naik tinggi-tinggi, siap-siap menyebarkan gosip hangat yang pastinya akan bombastis di kampung, namun sebelum para tetangga curiga dan bertanya yang macam-macam, Ceren segera memotongnya, "ikut karnaval bu, ada peragaan busana!"

"Oalah karnaval tooo!"

"Weduusss." umpat bapak ingin tertawa dengan jawaban Ceren.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

尺o

尺o

Gilang udah baik jadi dia pengen yang anti-mainstream kek kamu ren😂

2024-05-06

0

dyah EkaPratiwi

dyah EkaPratiwi

Hahaha gokil

2024-05-15

0

rosie

rosie

/Facepalm/
BHS mu Thor..

2024-04-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!