MDND ~ bab 7

"Ren, ngantin yokk!" ajak Fira memecah bayangan wajah Gilang di pikiran Ceren, shittt! Wajahnya yang penuh sorot mata memohon pagi tadi persis pamflet kredit motor yang muncul tiap waktu.

"Ah hari ini gue engga dulu deh, belum laper. Lagi mau ngirit duit..." jawabnya mendapatkan hadiah toyoran dari Fira, "udah gue traktir...yang penting temenin gue ih..." mohonnya, permintaan Fira selalu tak bisa ia tolak, meski hatinya begitu malas untuk bergerak akhirnya Ceren ikut saja saat Fira menarik lengannya.

Langkah malasnya itu membawa pandangan Ceren meneliti setiap inci sekitar yang mampu netranya lihat. Entah kenapa harapannya, ia dapat menemukan sosok Gilang yang berkeliaran, agar ia tau jika cowok bo doh itu baik-baik saja setelah kejadian tadi pagi.

Duh, kenapa jadi ngerasa bersalah gini jatohnya! Sejak kapan hati nurani gue jadi gampang meleleh gini! Ceren mendumel dalam hatinya.

Nihil, sudut manapun yang ia temui...tak nampak olehnya sosok Gilang.

"Ren, mau pake pedes?"

"Pake...pake." angguknya tak peduli lebih memilih kembali mengedar mencari seseorang.

"Segimana, dikit banyak?" tanya Fira lagi.

"Banyak." jawabnya kembali tak terlalu peduli. Ia mele nguh berat ketika menemukam matanya sudah lelah dan menyerah mencari, "ngga ada ah!"

"Apanya?" tanya Fira menyerahkan sebungkus cimol.

"Hah? Engga.." Ceren menggeleng lalu menusukan tusuk sate pada bulatan aci berbumbu itu dan melahapnya tanpa aba-aba, uhuukkk!

"Pedes banget, Ra!" Ceren menutup mulutnya yang terasa kacau, ia tersedak bubuk cabe dan berlari mencari toilet.

"Ren! Ya ampunnn," geleng Fira menyusul berlari mencari air mineral terlebih dahulu.

Dadanya terasa sesak, panas dan perih, Ceren terbatuk-batuk sampai matanya berair. Untung saja toilet kosong dan ia bisa langsung membasuh mulutnya dan memuntahkan cimol super pedas itu.

Uhukkk!

Uhukkkk!

"Ren!"

Seseorang menepuk punggung Ceren, "makanya jajan itu jangan yang pedes-pedes." suara pemuda yang begitu ia mendengarnya hatinya langsung berdegup memelan. Ceren berbalik saat sebotol air mineral tersodor di depannya.

"Ngga usah makasih, gue bisa nunggu Fira atau beli sendiri." tolak Ceren, tapi tak ada wajah sakit hati ia justru menyunggingkan senyumnya, "aku ikhlas, ngga akan minta balasan."

Rasa panas dan perih di dada tak bisa lagi terelakan, Ceren masih saja terbatuk sampai rasanya ingin langsung terjun ke laut.

Gilang membuka penutup botolnya dan kembali menyerahkan sebotol air itu, Ceren melemparkan sorot mata ketidakpercayaannya, namun Gilang terus saja menyodorkan itu ke depan wajahnya.

"Gue terima ini bukan karena gue mulai baik dan terima perasaan lo, ya! Jadi jangan harap kalo gue sebaik itu, ngerti kan?" ucapnya. Gilang mengangguk dan terkekeh, semakin Ceren menolak, justru Gilang semakin penasaran, ia memasukan tangannya ke dalam saku celana sambil menatap Ceren yang tengah meneguk air minum sambil menatap-natap curiga padanya, "mata lo mau gue colok apa gimana?" dengan refleks ia segera menutupi bagian dadanya.

Gilang juga menyerahkan tissue kering pada Ceren, "seragam kamu sampai basah gitu." tunjuknya dengan lirikan mata, membuat Ceren buru-buru melangkah. "Thanks, gue balik ke kelas," ia melengos begitu saja tanpa mau bersikap lebih baik pada Gilang.

Langkahnya keluar seketika terhenti saat Gilang berkata ucapan ambigu yang tak ia mengerti.

"Terimakasih, siang itu kamu sudah datang ke Butik Ambar."

Sorot matanya tajam mendelik, "maksudnya?!"

Gilang hanya mengulas senyum dan pergi meninggalkan Ceren di ambang pintu toilet. Alisnya lalu mengernyit mencoba mencerna dan mengurai maksud Gilang, tapi sia-sia, ia tetap tak mengerti.

"Ren!!" Fira berlari menyusul, "ih, cape ampun ah! Lo ih, gue nyari-nyari minum nih! Ya Allah, ini sampe basah gini, lo masuk ke bak?" tanya nya tertawa. Ceren mencebik, "telat non! Gue udah minum!"

Fira melotot tak percaya, "minum air bak toilet? Ihhhh jorok ih!" ia kembali tertawa berjalan bersama Ceren untuk kembali ke kelas.

"Iya. Puas....lagian lo mau racunin gue ya, ini mah bukan cimol dicabein, tapi cabe di cimolin!"

"Lo sendiri yang minta pedesnya banyak, makanya fokus oy!" Fira malah mengetuk-ngetuk kepala temannya itu membuat Ceren kesal, "Jaka!"

"Harunn!" balas Fira.

Esoknya Ceren belum melihat sosok Gilang dimana pun ia berada, kehidupan sekolahnya kembali seperti semula, tenang dan damai tanpa adanya Gilang.

Bahkan saat seminggu sudah berlalu dan upacara bendera hari senin, ia tetap tak menjumpai sosok Gilang, hingga mulutnya lirih berkata, "tumben. Kemana?"

Saat ia melintasi kelas Bahasa dimana Jojo ada namun tak bersama Gilang, padahal minggu lalu bukannya Jojo dan Gilang adalah satu kesatuan kaya negri republik. Dugaan Ceren, Gilang memang tak sekolah.

Pelajaran pertama ekonomi mengharuskan Ceren dan kawan-kawan lain mencari sumber di perpustakaan.

"Ren, buruan."

Langkahnya yang santai sembari cekikikan bersama Fira terhenti sejenak saat ia melihat Jojo bersama Fahmi dari arah berlawanan. Entah angin darimana rasa penasaran Ceren mendorongnya untuk sekedar bertanya pada Jojo, Ceren melambatkan langkahnya jadi sedikit ketinggalan dari Fira dan yang lain.

Terlihat Jojo yang dengan semangat tengah bercerita dengan Fahmi, "eh...lo temennya si....Tubagus kan?"

Jojo dan Fahmi saling lirik ketika laju langkah keduanya tertahan sejenak oleh sosok gadis cantik itu, "Gilang maksudnya?"

Ceren menggidik acuh tak acuh, "ya."

"Oh, udah seminggu sakit. Sejak...." Jojo menggantung ucapannya di udara setengah bingung, ingin agar gadis ini tau perbuatan keterlaluannya dan teman-temannya waktu lalu yang membully Gilang, tapi ia pun bingung menjelaskannya.

"Sejak apa?" tanya Ceren mengernyit.

"Sejak kamu sama yang lain bully dia," ucap Fahmi lolos begitu saja, "kalo emang ngga suka ngga harus kasar, bisa dong?"

Ceren dengan wajah kebingungannya jelas tak terima meski nyatanya sikap itu adalah sikap pertahanan diri dan menyangkal darinya, padahal hatinya sudah tak karuan karena rasa bersalah itu datang kembali melingkupi.

"Ah masa sih, cuma ditonjok doang sampe masuk rs..." sangkal Ceren, menurut logikanya, sekeras apa Faiz dan Hanan meninju cowok itu, ngga akan lebih keras dari tamparan kenyataan.

"Ya udah kalo ngga percaya, tapi jangan nyesel kalo nanti ibunya sampe manggil polisi buat tindakan pembullyan ini," Jojo menyunggingkan senyuman dalam hati, sekali-kali ia mengusili anak badung seperti Ceren dan kawan-kawan, apa salahnya?! Siapa suruh mereka berkuasa dan senang menindas. Anggap saja pembalasan tak seberapa.

"Kalo kamu ngga percaya, siang nanti kita sekelas mau jenguk Gilang di rs, kamu ikut." pinta Jojo.

"Jangan lupa bawa buah tangan sendiri..." Fahmi mewanti-wanti membuat Jojo mengehkeh sambil mengalihkan pandangan, Ceren menyipitkan matanya sambil berdecak, "oke..oke...coba gue mau liat separah apa kondisinya!" Ceren melengos pergi meninggalkan keduanya dengan janji yang telah dia buat.

Jojo tersenyum bangga, "Lang. Kamu harusnya matur suwun sama aku sama Fahmi..." gumamnya pada Fahmi.

"Iya. Anggap aja kita lagi bantu temen." kikik Fahmi usil.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

ummah intan

ummah intan

apa Gilang sakit parah ya Ampe meninggal kemudian itu yg menyebabkan ceren naik rangjanga

2024-04-03

2

ummah intan

ummah intan

hahaha Jaka barokah

2024-04-03

2

'Nchie

'Nchie

masa di tonjok sekali sampe masuk RS ya..apa jangan2 Gilang py penyakit gitu yg bikin dia bolak balik RS

2024-03-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!