MDND~ Bab 4

Bukan Ceren namanya jika ia tak melakukan keusilan, dan bukan ia namanya jika dengan mudahnya teman-temannya itu memperdayanya begitu saja. Awalnya ia masih bingung harus melakukan apa, dan pada siapa....namun otak seencer susu evaporasi itu bekerja begitu cepat saat melihat satu kelas sudah berkumpul diapang sepaket pakaian olahraga biru-biru di lapang, "pak Erlangga, yeah!" gumam Ceren.

Rupanya kelas Bahasa sudah memulai kembali kegiatan belajar--mengajar mereka saat itu, senyum lebarnya terbit, diubahnya haluan langkah menuju tata usaha.

Ceren berjalan begitu mantap menuju ruang tata usaha, seolah ide segarnya itu akan menjadi ide usil terbaik sepanjang masa, diketuknya pintu kayu yang selalu diganti dan dicat jika mulai terlihat usang, memang kepala sekolahnya itu apik bener kaya tukang mebeul!

"Misi bu, pak."

Semua kepala kini menatap ke arah Ceren, terang saja, siapa pula murid yang berani mengusik ketenangan ruangan tata usaha yang tenang siang ini udah mirip kuil bertapa para biksu.

"Ya?"

"Tadi saya disuruh pak Erlangga bawa speaker buat senam anak-anak bahasa yang lagi olahraga..." tunjuknya dengan jempol ke arah belakang badannya, begitu sopan dan lungguh, tanpa tau maksud di balik kesopanan itu ada niat terselubung. Emang bisa banget si rubah...

Tidak mudah untuk Ceren mendapatkan apa yang ia mau, namun gadis itu cukup sabar demi mendapatkan apa yang ia kehendaki. Bukankah orang sabar itu disayang Tuhan? Fix, ia sesathhh...

"Kenapa ngga pak Erlangganya yang kesini, kenapa juga nyuruh siswa, perempuan pula?" cecarnya seperti seorang detektif.

Ceren mengulas senyuman mesem, kepo itu bikin jantungan loh pak!

"Saya yang mengajukan diri, ikhlas kok pak.." jawabnya membalas tatapan si bapak dengan uban yang mulai memenuhi kepalanya itu.

Sedikit curiga dibumbui rasa suudzon, ia menyipitkan matanya meski tak urung menyilahkan Ceren memasuki disertai tatapan melu cuti, "kesiniin lagi nanti, jangan lecet."

"Ashiapp!" seru Ceren langsung saja nyelonong masuk, persis ayam. Speaker bluetooth beukuran sepinggang berdiri cantik di pojok ruangan, speaker yang biasa dipakai kalo senam poco-poco atau skj digelar di lapang basket.

Meski sedikit kepayahan, namun karena niatnya sekeras batu karang, ia mendorong speaker dengan roda kecil di bawahnya sekuat tenaga, melintasi para penghuni tata usaha yang didominasi kaum sepuh itu.

"Jiahahaha, mau ngapain tuh si Ceren?!" tengok Hanan disertai yang lain.

"Kaya lo ngga tau dia aja, sekali bertindak gempar satu bumi!"

"Pake ditantang pula," tambah Faiz.

Ceren mendorong speaker itu sampai tepat di lapang basket, dimana kelas bahasa 1 sedang berolahraga, praktis semua yang melihat kedatangannya sepakat mengernyitkan dahi, ada pula yang tertawa kecil menonton badan ramping itu dorong-dorong speaker segede badannya.

"Ceren?"

"Mau apa kau kesini, bukannya kau kelas IPS 2 tah?" tanya pak Erlangga. Pertanyaan pak Erlangga itu mewakili pertanyaan dari satu kelas bahasa itu.

"Mau semangatin gue ya Cer?" goda Hasbi.

"Cieeee!" seru mereka yang tengah berhadapan dan saling passing bola voli. Termasuk Gilang, ia yang memandang Ceren paling lekat disana.

Tatapan killer pak Erlangga menghentikan seruan mereka yang kembali melakukan intruksinya.

Dugh!

Bola voli menghantam kepala Gilang tak begitu keras, juga tak membuatnya sampai semaput kejer namun bola itu menggelinding bebas ke bawah memancing gerutuan Jojo, "Lang."

"Bentar, Jo."

Ceren tak terpengaruh dengan mereka yang kini penasaran olehnya, tak sedikit pun. Ia justru sibuk memasangkan bluetooth ponselnya agar sinkron dengan speaker, karena tujuan utamanya adalah memenuhi tantangan dari teman-temannya.

"Njir, nekat nih anak!" Kanza dan yang lain memperhatikan Ceren dari pojok samping, sementara Fira telah khawatir pada temannya itu dengan mendekatkan jaraknya berdiri.

Mereka tak bisa untuk tak kembali memusatkan pandangannya pada Ceren.

"Apa pula, anak ini...." pak Erlangga mengusik letak topinya kesal melihat tingkah Ceren, tangannya ia letakan di pinggang menggeleng tak habis pikir.

Microphone yang biasa dipakai pembina upacara saat upacara berlangsung ia colokan ujung kabelnya dan menyetelnya.

"Tes, cek..."

Belum apa-apa Jojo sudah meledakan tawanya.

"Ini cuma hiburan setitik buat bapak. Saya tau bapak udah kesel duluan liat saya, pak."

Bwahahahaha!

"Tapi ini asli pak, aku nyanyi buat bapak seorang..."

Witwiwww!

Dari sudut yang tak diketahui sejak kapan datangnya itu, teman-teman minus akhlaknya mencuiti dengan dukungan paling keras, sampe liur muncrat-muncrat bikin banjir.

"Apa pula, kau...bukannya masuk!" nada pak Erlangga meninggi semakin geram tapi Ceren adalah gadis pantang mundur, "bentar doang pak," pintanya.

Musik di putarnya hinggga kini menggema di tengah lapang, ia memajukan microphone hingga suara merdunya mengisi kekosongan hati para jomblo. Bukan...bukan hanya mereka yang menghuni lapang sekolah, namun orang yang pendengarannya tajam pun ikut melihat keributan yang dibuat Ceren, kirain ada konser artis ternama yang diadakan dadakan, atau justru demo komputer.

Ceren mulai manggut-manggut tanpa malu seperti seorang penyanyi yang lagi audisi di depan mereka, membawakan lagu bertajuk gak iso Turu kepunyaan Bayu Skak.

Aku ndelok awakmu, liwat ning ngarepku, pengen erung jenengmu tapi aku ragu.....

Atiku gak nentu, aku takon koncoku, opo kenal awakmu....

Jarene koncoku, awakmu iku arek paling ganteng tapi ojo kesusu, mikiro sing njero boso seminggu, pantes gak gawe awakku? saben bengi aku gak iso turu, gak iso turu.....mikirno awakmu....

(Aku lihat dirimu, lewat di depanku, ingin tau namamu tapi aku ragu.....

Hatiku tak menentu, aku tanya temanku, apa kenal dirimu....

Kata temanku, kamu itu adalah teman lelaki paling ganteng tapi jangan tergesa-gesa, pikirkanlah dalam waktu seminggu, pantas tidak untukku? Setiap malam aku ngga bisa tidur...ngga bisa tidur....mikirin kamu.....)

Gadis itu menyanyi begitu percaya diri menatap ke arah pak Erlangga, memancing riuh sorakan serta gelak tawa, tapi bukan hanya ekspresi geli saja yang mereka tunjukan namun pula melongo tak percaya.

"Cieee, witwiwww! Terima pak!" seru salah seorang anak dari kelas bahasa.

"Si bapak, ditembak cewek cantikkk cihuyyy!"

Sementara pak Erlangga sendiri mengerutkan dahinya tak mengerti apa maksud dari mereka dan aksi absurd Ceren yang katanya hanya untuk ia seorang.

"Gilaakk, emang bener doi ngga kenal mati!"

"Huwwaaaa Ceren we love you!" seru Kanza seolah hal yang mereka lakukan itu adalah hal paling keren. Sepasang mata tajam menatap datar Ceren di depan ruangannya seraya melipat kedua tangannya di dada, jelas saja ia ikut keluar karena keributan di lapang terdengar sampai ruangannya.

Diantara riuh sorakan itu Gilang tersenyum penuh makna dengan wajah merona masak menatap Ceren bak menatap bidadari tak bersayapnya yang jatuh dari pager sekolah, Cerenia A. Y....

"CERENNNNIAAAAA! Kamu mau usilin saya?!"

Ceren menggeleng, "selamat hari guru buat bapak!" serunya dari microphone hingga terdengar begitu jelas perdebatannya dan pak Erlangga.

Gelak tawa kembali pecah, yang bener aja! Fira menepuk keningnya, pake alesan hari guru segala lagi, hari guru masih 2 bulan lagi, be go...be go....

Fira masih tergelak puas sampai matanya berair menemani Ceren mengepel ruang lab. bahasa.

"Dasar saravv, emang ngga waras njirrr. Untung lo ngga dikill pak Erlangga, bini pak Erlangga apa kabar?!" ujar Fira masih memegang perutnya geli, ia bahkan sampai mengompol jika mengingat kejadian yang membuat Ceren berakhir disini bersama lap pel.

Ceren mengurai senyuman gelinya juga seraya mengepel lantai ruangan yang sudah kosong.

"Gue ngga kepikiran loh, lo bakalan nyanyi pake lagu yang murni bahasa jawa semua...." tawanya lagi.

Ceren menghentikan aktivitasnya, "Daripada ntar si bapak baper duluan...mending cari aman pake bahasa yang dia ngga ngerti, dia kan jadi nganggepnya emang gue mau ngucapin hari guru buat doi.."

Hahahaha! Tawa Fira menggelegar mengingat ucapan penutup Ceren. Selamat hari guru dia kata.

"Orang Batak lo kasih lagu Jawa, parah!"

Keduanya malah tertawa bersama sekarang, tapi diantara tawa senang keduanya deheman seseorang membuat suasana hening.

"Cerenia Aqila Yumna,"

Yang dipanggil cuma Ceren tapi yang noleh keduanya.

"Aku suka kamu,"

Seketika wajah riang Ceren dan Fira memudar karena terkejut.

"Lo ngigo apa gimana?"

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Azzahra Azka Lestari

Azzahra Azka Lestari

wehhhh gimana tuh kesel nya si bpk guru....orang batak kasih lagu jawa

2024-05-17

0

Maldini

Maldini

kagett yaa ceren🤭🤭

2024-05-03

1

Queen Mother

Queen Mother

Saha etah?

2024-04-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!