MDND~ Bab 3

Bel yang senantiasa berganti setiap satu dekade berdering memanjakan pendengaran, menjawab rasa lapar para perut pelajar atau sekedar memberikan waktu untuk otak beristirahat.

Di bawah pohon bougenville magenta pinggir lapang, Ceren duduk bersama Fira sambil nyemil penganan tepung kanji, katanya sih biar otak sama perut nyambung dan nempel, makanya mereka sering koslet karena si otak yang keseringan terbalut kanji.

Aji melompat seketika bak katak, dan mencomot begitu saja cireng pedas dari tangan Fira yang seketika mendapatkan hadiah tabokan di pipinya hingga pemuda itu terjatuh.

"Hem, makan tuh!" Ceren tertawa memancing rasa pedas menyeruak ke dalam rongga dada, membuatnya terbatuk dan tersedak bubuk cabai.

"Si alan ih! Maen comot aja!" desis Fira ngambek.

"Pelit!" cibir Aji.

"Anak-anak di kantin, kenapa malah pada makan disini? Fix takut di mintain!" ujar Aji.

"Cari angin onyon, di kantin penuh tuh!" delik Fira, masih dendam karena cireng yang cuma ia beli seharga 5 ribu harus dicomot pula oleh makhluk durjana berjuluk cs, mana ngga tau tangannya bekas apa.

"Cari angin disini, cari angin mah di gunung..."

"Kejauhan!"

Ceren masih sibuk menepuk-nepuk dadanya dengan mata berlinang.

"Nah kan, karmanya karena jajan sendirian." Ujar Aji, "gabung yok, anak-anak lagi maenan truth or dare!" alisnya naik turun.

Ceren menggeleng, "maenan bocah."

Aji berseru, "wooo, kalo maenan bocah pasti lo sanggup dong ikutan?!" tantangnya. Cih, Ceren hanya berdecih. Sementara Fira sudah menyenggolnya pelan sambil melotot, emang dasar si paling gengsi!

Salahkan sifatnya yang terlampau arogan dan gengsian, kini ia termakan ucapannya sendiri. Mau tak mau Ceren mengikuti langkah Aji untuk bergabung dengan teman-teman lain.

"Jangan ngadi-ngadi Ren, inget ngga yang waktu itu aja lo sampe dihukum pak Hilman?"

Ck, hidup tak boleh sedatar wajah pak Hilman kaleee! Ceren menepis udara berikut pernyataan Fira, membuat gadis ini menggidikan bahunya, "gue ngga ikut-ikutan kalo lo dihukum lagi...kaya ngga tau anak-anak aja."

"Ah, Fira kan emang cemen!" cibir Aji.

Plak! Pukulan kencang mendarat di bahu bidang personel tim basket ini, "sembarangan. Gue manusia bukan bahan adukan bangunan!"

"Itu semen peak!" sambar Aji dan Ceren mengacak rambut legam Fira, ditambah cubitan kecil di pipi gadis itu dari Aji membuatnya merona tak karuan, bukan karena deg-degan tapi karena kesal pada temannya itu.

Gawang kantin masih tetap berdiri kokoh, meskipun setiap harinya disesaki siswa yang hilir mudik mendatanginya dengan perut lapar.

"Sepi darimana, oncom...rame gini?!" sewot Fira menyalak. Untuk ukuran mereka, mungkin beberapa meja terisi tuh sepi.

"Tuh meja, udah pada kosong!" tunjuk Aji. Ceren tak terusik dengan perdebatan Aji dan Fira, ia lebih fokus mencari dimana gerombolan teman-temannya duduk.

"Ren!" panggil Kanza, duduk diantara teman bercampur gender.

Ketika ketiganya mendekat rupanya permainan sudah berlangsung sejak tadi, Ceren dan Fira datang cukup terlambat ternyata.

"Dari mana aja, ini udah pada main dari tadi...yuk gabung!" ujar Hanan memberikan ruang untuk Ceren dan Fira. Mereka kembali tertawa saat Faiz tengah berteriak seperti o'a jawa jika ia pernah menyukai bu Yanti, guru tata usaha dan patah hati saat bu Yanti nyatanya menikah bulan lalu.

"Saravvv njir, gue kira cuma boongan sukanya!" tawa mereka menjadikan ini sebuah lelucon hidup yang akan mereka kenang kelak nanti setelah lulus sekolah dan dewasa.

"Ikutan gue ah!" merasa sepertinya seru Ceren ikut andil disana.

"Asikk! Udah gue duga lo pasti mau ikut!" kini Hanan menaruh pensil di atas meja licin kantin.

Sementara Fira hanya menggelengkan kepalanya, di samping Aji, "lo ngga ikutan?" tanya Fira pada pemuda yang sejak tadi mendorong-dorong Ceren dan dirinya agar ikut-ikutan.

"Ikut! Liat nih babang Aji ikut!" Aji duduk, saat Faiz kembali bergabung disana, pensil kayu B2 diputar Kanza. Kini pensil itu mengarah pada Aji dan seruan mereka menggema memenuhi satu kantin.

Wajah Aji kini terlihat lesu dengan senyum getirnya mele nguh, "nah kan! Kena lo!" puas Fira mendorong-dorong punggung Aji dari belakang.

"Truth or dare?" tembak mereka, Aji melihat wajah-wajah manusia bergelimang dosa di depannya satu persatu, lalu menghela nafasnya, "truth..."

Faiz yang terlihat puas menggosok-gosok tangannya antusias, "gue tau sob, ada cewek yang pengen lo tembak dari lama, tapi lo galau tiap hari...sekarang lo jujur sama dia atas perasaan lo di depan kita semua..."

Ceren mengernyit, iyakah? Lantas mereka menatap wajah Aji yang mendadak gugup dan pucat, ia tak habis pikir jika Faiz akan memintanya jujur pasal ini. Kini Aji berbalik membuat Ceren menautkan alisnya yang benar saja, Aji? Padanya?!

Untung saja ia tak terlanjur menegur Aji, karena nyatanya Aji justru bukan memandangnya lekat, pemuda basket itu justru meraih tangan yang masih berlumuran chilli oil di samping Ceren.

"Ra, gue suka lo..."

"Njirrrr Aji!"

"Terima! Terima!"

Fira mendadak syok dan melongo, jiwanya seolah melayang entah kemana menghadapi Aji yang begitu, "apa-apaan lo, Ji. Ngga usah becanda di depan umum gini!" salaknya galak. Mereka menertawakan kejadian itu, karena tak habis pikir Aji yang sering menggoda Fira justru menyimpan rasa suka.

"Diterima ngga, Ra?"

"Ya engga lah!" ia justru berujar sewot, "nih tangan gue bekas chilli oil, mau gue tusuk mata lo yang natap gitu?!"

Aji hanya mengehkeh, disaat ia serius pun Fira tak menganggapnya serius. Ceren tertawa melihatnya.

"Jadi suka temen sendiri nih!" bisiknya.

"Yahhh, penonton kecewa! Ditolak gaesss!" seru Kanza menghentikan godaan mereka.

Kini pensil kembali berputar, dan naasnya itu mengarah pada Ceren.

"Yaaaaa!!!!" seru mereka seperti sedang menyoraki timnas.

Ceren mele nguh berat, "gara-gara duduk samping lo nih, jadinya apes!" dorong Ceren pada Aji.

"Truth or dare?!"

Ceren merotasi bola matanya ke atas setengah berpikir apa baiknya, "emhh.. "

"Buruan keburu masuk."

"Iya bentar, gue milih dare...dari tadi truth mulu, ngga seru!" jawabnya.

"Jiahhh! Emang ini yang gue tunggu-tunggu!" Hanan memukul meja excited.

"Oke, gombalin salah satu guru di sini!" tantang mereka, membuat Ceren harus kembali memutar otaknya, "ah gilak! Osis aja lah, osis...."

"Ngga bisa," tembak Kanza.

Ia menarik nafas berat, seolah pasokan oksigen di bumi tuh cuma nyisa setabung doang.

"Pake lagu, apa gimana? Guru siapa?!"

"Terserah lo...bebas."

"Ren, ih!" tegur Fira sudah khawatir.

"Fira diem Fira," ditatapnya Aji dengan sebal karena kejadian tadi sedikitnya memberikan perubahan besar untuk hubungan pertemanannya dan Aji.

Oke! Ceren menggebrak meja mantap, dan beranjak dari sana. Segera saja mereka berhamburan ikut keluar dari ruangan demi melihat aksi si cantik nakal, Ceren.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Azzahra Azka Lestari

Azzahra Azka Lestari

masa2 abu putih itu seruuuu bgt,adrenalin pasang surut....emosi blm stabil dan itu yg membuat kadang dicap anak nakal...padahal proses penasaran mah pada banyak hal

2024-05-17

1

Adeeva Haboo

Adeeva Haboo

aduuuh nak kamu tuh masih SMP kok ada di sini sih Faiz

2024-05-17

0

Maldini

Maldini

ya ji di tolak 🤭🤭

2024-05-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!