15 : Didatangi Para Korban

“Syukur ....”

Syukur bermimpi, dirinya telah kembali memasuki hutan Tua. Di sana, Syukur terus mendengar suara wanita tak kasatmata yang terus memanggil nama Syukur. Di tengah suasana hutan yang memang gelap, ditemani kunang-kunang yang berterbangan, Syukur melewati setiap semak-semak maupun aneka ular sanca.

Syukur terus mencari sumber suara wanita tak kasatmata berasal. Setelah mencari-cari menerobos setiap semak-semak, Syukur mendengar suara air mancur. Suara yang terdengar makin jelas seiring kaki tak beralas milik Syukur terus melangkah. Juga, suara yang di kunjungan sebelumnya, belum sempat Syukur dengar.

Setelah Syukur menyibak semak-semak, pandangan syukur langsung disuguhi air mancur dan juga anak sungai. Suasana di sana sungguh segar sekaligus dingin akibat terpaan angin dari air mancur. Saking indahnya suasana di sana, Syukur sampai lupa, bahwa alasannya ke sana itu untuk memastikan sumber suara wanita yang terus memanggil namanya.

“Syukur ....” Panggilan tersebut kembali terdengar. Syukur makin saksama dalam mencarinya.

Setelah Syukur amati, ternyata ada sesosok wanita berpakaian panjang putih. Wanita tersebut berambut panjang, dan wajahnya sangat pucat. Tepat di balik air mancur, wanita itu berada.

“T—tolong Mama, Nak ...!” lirih suara wanita tersebut. Untuk pertama kalinya, Syukur melihat secara langsung, sosok yang memanggil-manggil nama Syukur penuh misteri. Seorang wanita dan menyebut dirinya sebagai mama Syukur.

“Benarkah itu mamaku?” pikir Syukur yang perlahan terbangun.

Syukur dapati, dirinya yang sudah ditangisi sang kakek. Dua orang suster dan seorang dokter juga ada di hadapannya. Mereka menatap Syukur dengan tatapan syok, seolah memang baru saja terjadi hal yang mencengangkan yang mencengangkan. Kemudian, yang Syukur jalani ialah serangkaian pemeriksaan. Kedua mata Syukur sampai disorot menggunakan senter. Dan sepanjang itu, Syukur hanya diam. Syukur bahkan tetap diam ketika dokter menanyakan keadaannya.

Ketika akhirnya dua suster dan seorang dokter pergi, Syukur berangsur memfokuskan diri kepada sang kakek. “Kakek, ... tadi aku mimpi ketemu wanita dan dia bilang, dia mama. Dia minta tolong,” ucap Syukur sungguh-sungguh.

Berkaca pada kejadian sebelum tragedi berda.rah di hutan Tua, kali ini pak Handoyo sengaja menyikapi Syukur dengan serius. “Syukur ketemu mama?”

Efek rumah pak Handoyo yang dulu juga sempat dibakar warga memang membuat Syukur belum pernah melihat sosok Echa meski itu hanya foto. Karena memang tidak ada jejak digital yang tertinggal meski hanya sebuah foto lusuh dalam sebuah bingkai. Jadi, sampai sekarang pun, Syukur belum tahu seperti apa wujud mamanya.

“Di hutan Tua, Kek! Minta tolong, ... Mama minta tolong ke aku!” sergah Syukur.

Mendengar itu, air mata pak Handoyo yang sempat reda, menjadi kembali berjatuhan membasahi pipi. Pak Handoyo berangsur mengangguk-angguk. Kemudian, yang ia lakukan ialah menuntun Syukur untuk mendoakan sang mama.

“Ingat, ... kalau Syukur rindu. Kalau mama minta tolong, Syukur harus lebih rajin buat doakan mama!” ucap pak Handoyo berusaha tegar. Karena mengingat Echa dan keluarga mereka memang selalu membuat hatinya teriri.s pedih. Namun, apa yang terjadi kini membuatnya makin mantap untuk mengirim Syukur ke pondok pesantren. Agar Syukur lebih paham agama, selain Syukur yang tentunya jadi memiliki kehidupan lebih layak.

Seolah Allah meridhoi doa tulus Syukur dan pak Handoyo, doa dari keduanya sungguh sampai kepada Echa. Echa yang awalnya masih ditawan di bawah sebelah air mancur, perlahan terikat dari ikatan tak kasat mata yang menjeratnya.

“Akhirnya ...!” lirih Echa merasa sangat terharu. Berjatuhan air matanya membasahi pipi di tengah tatapannya yang menatap takjub apa yang terjadi.

Di tengah kesunyian malam yang benar-benar gelap, Echa menyaksikan sendiri, bahwa sebuah kekuatan telah membuatnya terbebas dari jerat Asnawi.

Di lain sisi, mimpi-mimpi aneh juga dialami oleh setiap mereka yang berobat kepada Ibrahim. Mereka yang awalnya merasa jauh lebih mendingan, mendadak didatangi oleh anak-anak yang kompak berlarian. Mereka yang jumlahnya belasan, juga kompak meminta tolong sebelum malah mematahkan leher masing-masing.

Seperti yang sempat Iman sampaikan kepada sang mama, bahwa mereka para korban tidak bisa menuntut balas kepada pelaku. Dan malah sengaja dibuat untuk mengganggu warga yang tidak ada kaitannya dengan kemalangan mereka.

Ibu Lilis selaku salah satu orang yang sempat diobati Ibrahim, jadi ketakutan sendiri. Tubuhnya kuyup keringat di tengah napasnya yang jadi sesak parah.

“Ada apa, Bu?” tanya sang suami, tapi yang ada, sang istri yang terlihat sangat syok malah menangis histeris.

“Bu, kamu kenapa? Kamu mimpi apa?!” Makin papanya Iman bertanya, makin histeris juga keadaan ibu Lilis.

Pak Hamim berinisiatif mengambil sisa air putih dari botol pemberian Ibrahim. Pak Hamim percaya, sang istri akan merasa jauh lebih baik jika meminumnya.

Ibu Lilis yang meminum setengah gelas air putih pemberian pak Hamim, tetap terisak pedih. Namun, ibu Lilis benar-benar syok lantaran tak lama kemudian, pandangannya dihiasi kedatangan anak-anak yang sempat menemuinya di mimpi.

“Tolong kami ....” Semua anak termasuk Iman, kompak meminta tolong. Mereka tak ubahnya zombie yang berusaha mence kik ibu Lilis. Malahan karena kenyataan tersebut juga, ibu Lilis malah berakhir berusaha mence kik dirinya sendiri.

“Bu, istighfar, Bu ...!” panik pak Hamim yang akhirnya sibuk meminta tolong.

Meski masih dini hari, efek rumah setiap warga yang berdekatan, membuat warga dengan cepat siaga. Mereka yang berdatangan, kompak menyarankan agar pak Hamim membawa ibu Lilis ke rumah pak Yusna. Sebab mereka yakin, Ibrahim yang jadi sakti setelah mendapat wahyu dari Allah, bisa membantu.

***

Mimpi-mimpi aneh yang dialami ibu Lilis nyatanya juga dialami oleh setiap pasien Ibrahim. Mereka kompak diganggu oleh anak-anak yang meminta tolong, sebelum mereka kompak mematahkan leher hingga kepala mereka terlepas sempurna. Satu dari mereka yang rumahnya terbilang jauh dari rumah pak Yusna, malah mengalami kecelakaan motor. Sebab di mata bapak-bapak tersebut, para bocah yang mendatangi mimpi ya, juga mendadak muncul di depan matanya.

Suasana di rumah pak Yusna mendadak ramai. Karena yang datang dalam keadaan histeris ketakutan, bukan hanya ibu Lilis. Beberapa tetangga yang sebelumnya berobat dan mengaku sudah langsung baikan, satu persatu datang dalam keadaan histeris. Semuanya layaknya orang kera sukan. Pak Yusna maupun ibu Rokaya langsung kebingungan. Apalagi, Ibrahim sang putra masih kelelahan setelah kemarin sibuk mengobati pasien.

“Sayang, bangun. Bangun kasep ...,” ucap ibu Rokayah susah payah membangunkan sang putra. Terlebih, di rumahnya mendadak penuh orang mirip kera.sukan arwah jahat. “Apa ini masih berkaitan dengan kejadian mirip ritual yang suamiku lakukan ke Ibra, ya?” pikir ibu Rokayah dan sampai saat ini memang tidak tahu apa-apa.

Terpopuler

Comments

Firli Putrawan

Firli Putrawan

oh y para korban jd pd nuntut biar orang-orang bs buka kedok pa yusna dia dalang dr semua anak-anak yg mati

2024-04-16

1

Tia Restiana Utami

Tia Restiana Utami

Baguss asnawi bikin apes thor

2024-04-01

0

Dessy Sugiarti

Dessy Sugiarti

Kan Pak Yusna jg Ibra yg bunuh mereka...
Sekarang rasakan akibat perbuatan mu..
Lanjut kak...
Semoga bisa Update SEGERA...

2024-04-01

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 45 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!