Anak Kuntilanak

Semilir angin menjadi semakin kencang seiring tatapan mata Echa yang perlahan berkobar. Kedua mata Echa seolah telah bertautan dengan kedua mata Syukur. Pak Handoyo yang melihatnya menjadi gelisah. Sebab pak Handoyo yakin, ada maksud lain atas kenyataan tersebut. Apalagi, bibir mungil Syukur tak lagi memanggil-manggil Echa “mama”. Syukur bungkam dan sekadar menatap kedua mata Echa saja nyaris tak berkedip. Seolah, Syukur memang sudah terhipnotis oleh kedua mata Echa.

Hanya dalam hitungan beberapa detik kemudian, sosok Echa mendadak merasuki Syukur. Syukur langsung tak sadarkan diri dan tubuhnya pun melayang di udara.

“Innalilahi ....” Pak Handoyo tak kuasa berkomentar. Ia terdiam tak percaya seiring tubuhnya yang kebas.

Pak Handoyo tidak marah, tapi pak Handoyo yakin, memang ada maksud lain dari alasan Echa merasuki Syukur.

“Atau mungkin masih berkaitan dengan perlawanan ke semak-semak berjalan?” pikir pak Handoyo.

Pak Handoyo dapati, tubuh sang cucu yang masih terbaring di udara, perlahan bergerak. Kedua mata Syukur juga perlahan terbuka. Awalnya, kedua mata Syukur hanya dihiasi manik mata berwarna putih. Kenyataan mata yang sangat mirip dengan Echa ketika telah menjadi kuntilanak. Namun ternyata, perlahan kedua mata Syukur juga mengobarkan api, layaknya keadaan kedua mata Echa di terakhir kali.

Syukur berangsur menatap sang kakek. Matanya tak lagi menyala, tapi tatapannya tetap kosong dan kedua matanya berwarna merah sempurna. “Papa tunggu di sana. Biar aku yang membalas mereka!” ucap Syukur dengan suara seorang perempuan dan itu suara Echa.

Di tengah jantung yang berdebar-debar, pak Handoyo tidak bisa untuk tidak patuh. Di hadapannya, tubuh Syukur perlahan turun dan berdiri. Syukur tak langsung pergi. Karena bocah itu membuang setiap bekas sesajen termasuk cobek pembakaran kemenyan dan dupa, ke sungai.

“T—tapi, Cha ... memangnya, Papa enggak bisa bantu apa pun? Bagaimana jika Syukur dan kamu butuh bantuan?” sergah pak Handoyo.

“Rain dan polisi, termasuk Athan, akan datang, kan, Pa?” tanya Syukur masih dengan suara Echa. Ia menatap pak Handoyo dengan kedua mata putihnya.

Pak Handoyo menghela napas sambil mengangguk-angguk di tengah deru napasnya yang tak beraturan. “Iya, Cha. Mereka akan datang!”

Namun kemudian, Syukur membuka ransel kecil yang menghiasi punggungnya. Dari ransel.lusuh tersebut, Syukur mengeluarkan sebuah peluit. Ia memberikannya kepada pak Asnawi. “Tiup peluit ini sekeras mungkin. Itu akan menjadi tanda permintaan bantuan, ketika akhirnya aku membuat mereka menye.rangku! Rain pasti paham maksudnya!”

Pak Handoyo yang menyimak, langsung mengangguk-angguk paham.

Tak jauh dari mereka karena memang masih di dalam hutan, pak Yusna menurunkan Ibrahim kemudian buru-buru menuju semak-semak sebelah. Ia meraih pakaian semak-semak dari sana. Sebuah ular kobra menyapanya sambil berdiri tegap. Ketegangan seketika membuat pak Yusna menahan napas. Namun seperti yang ia khawatirkan, ular tersebut mematoknya tepat di bagian lehernya.

“Aaarrrggh!”

“Aduh ....”

“Im, Baim ... tolong papa, Im!” Pak Handoyo guling-guling kesakitan.

Ibrahim yang sampai detik ini masih bungkam, sengaja bergerak cepat. Terlebih dulu, ia menangkap ular kobra yang entah kenapa juga langsung terbang menye.rangnya. Seolah, ular kobra tersebut memang menaruh dendam kesumat kepadanya. Namun berbeda dari ketika sedang bersama Syukur dan teman-temannya, Ibrahim yang kali ini benar-benar pemberani. Ibrahim dengan cekatan memban.ting ularnya kemudian dengan segera meraih golok di sebelahnya. Menggunakan golok yang biasanya dipakai untuk memenggal oleh semak-semak berjalan, Ibrahim mencinc.ang tuntas ular kobra tadi. Gaya Ibrahim benar-benar bengis. Gaya yang sudah semestinya dilakukan oleh orang dewasa pengidap psikopat!

“Im, cepat obati Papa, Im. Cepat, Im sebelum terlambat dan takutnya bu.suk seperti yang ada di kaki kanan Papa!” rengek pak Yusna benar-benar panik.

Tanpa membalas bahkan sekadar bersuara, Ibrahim yang masih sangat bengis berangsur mendekati sang papa. Ia menaruh goloknya begitu saja, kemudian segera mengobati pak Yusna. Hanya bermodal tangan kosong kemudian dara.ah ular yang menyembur dan sudah ia cincang, Ibrahim mengobati pak Yusna.

Pak Yusna sibuk merintih kesakitan, sementara sang anak tampak begitu fokus mengobati. Ibrahim seolah berusaha mengangkat racun ular kobra yang telanjur masuk ke dalam tubuh sang papa. Akan tetapi, Ibrahim mendadak mengernyit serius akibat suara langkah cepat dari kaki kecil yang terdengar mendekat.

Syukur dengan tatapan menyeramkannya akhirnya datang. Bocah itu menatap bengis Ibrahim maupun pak Yusna. Syukur sengaja berhenti sekitar lima meter dari keduanya berada. Detik itu juga, Ibrahim menatap kedua mata papanya. Pak Yusna yang tak lagi sibuk merintih segera berdiri. Pria itu mengambil golok yang masih berlumur darah ular kobra.

Pak Yusna memakai semak-semak dan awalnya sudah sempat akan ia ambil di sebelahnya. Menggunakan kedua tangan, ia mengendalikan goloknya.

“Asnawi ... kali ini, kau benar-benar akan mati!” ucap Syukur masih dengan suara Echa. Suara yang juga langsung membuat lawannya tercengang.

Ibrahim dan bapaknya langsung bertatapan, meski sampai detik ini, keduanya tetap tak bersuara.

“Dasar kuntilanak tengi.kkkk!” kecam Ibrahim dengan suara kakek-kakek.

Detik itu juga Syukur tersenyum meledek dan berangsur tertawa khas kuntilanak. Tawa menggelegar yang juga menunjukkan kemenangannya, meski pertempuran belum benar-benar dilakukan.

“Kuntilanak ...? Berarti, ... berarti si Syukur juga sudah dirasuki, seperti Ibrahim? Bedanya, si Syukur dirasuki oleh kunti, sementara Ibrahim oleh dukun Asnawi?” pikir pak Yusna jadi agak takut kepada Syukur. Apalagi, bocah itu dirasuki kuntilanak penuh dendam.

“Apa yang kamu tunggu? Cepat gunakan golokmu dan peng.gal kepala anak kuntilanak ini. Ada tidaknya kuntilanak di dalam tubuhnya, tidak akan berpengaruh pada khasiat darahnya!” ucap Ibrahim kali ini marah-marah dan memang masih menggunakan suara kakek-kakek.

Meski tampak ragu bahkan takut, pak Yusna berangsur mengangkat goloknya. Layaknya petarung sejati, ia segera menye.rang Syukur. Namun, Syukur mendadak melesat ke udara dan dengan entengnya mendarat di dahan pohon besar sekitar. Lagi, Syukur tertawa lepas layaknya kuntilanak. Ibrahim yang memang dirasuki sang dukun, jadi terpancing emosi melihatnya.

“Goblo.k cepat penggal lehernya!” kesal Ibrahim masih dengan suara kakek-kakek.

“Bagaimana aku bisa memenggal lehernya, kalau dia saja malah terbang, Ki!” balas pak Yusna tidak bisa untuk tidak emosi.

Mendengar itu, Ibrahim langsung mendengkus layaknya lembu. “Biar aku saja yang menangkapnya!” ucap Ibrahim yang kemudian duduk sila. Bibir Ibrahim berangsur komat-kamit dan lama-lama tubuhnya melayang di udara dalam keadaan sila.

Barulah setelah cukup tinggi dan ada di hadapan Syukur, ia segera meraih tangan Syukur. Syukur yang awalnya cekikikan langsung panik karena pada akhirnya, ia dan Ibrahim sama-sama terjatuh. Sementara pak Yusna sudah dengan cekatan dengan goloknya. Namun ketika Syukur dengan cepat pindah posisi dengan Ibrahim, golok yang seharusnya memenggal kepala Syukur malah terancam memenggal kepala Ibrahim.

“Hah ...?!” panik pak Yusna. Ia berusaha menghentikan kedua tangannya agar tidak memengg.al leher putranya sendiri. Namun, seolah ada kekuatan dahsyat yang terus menarik golok di kedua tangannya untuk segera menembus leher sang putra.

Iya, Syukur lah pelakunya. Kedua matanya yang mengobarkan api, tengah mengendalikan golok di tangan pak Yusna. Syukur melakukannya sambil jongkok tak ubahnya macan di sebelah Ibrahim.

Terpopuler

Comments

Firli Putrawan

Firli Putrawan

y udah bantai anaknya aja sendiri kan dia mau bunuh syukur ibarat senjata makan tuan

2024-04-16

1

Noona Han

Noona Han

Echa bangkit Krn sumpahnya pa, wkwk duh deg deg.an kira² Ibra Pakal kepenggal juga tidak ya

2024-04-03

0

Dessy Sugiarti

Dessy Sugiarti

Ayo bunuh saja dia Syukur...
Lanjut kak...
Semangat UPDATE terbaru Syukur jg Athan kak...

2024-04-03

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 45 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!