12 : Sang Dukun Cilik

“Luka-luka seperti ini, tentu ini ulah manusia!” ucap Rain yang sudah menemukan pak Handoyo maupun Syukur.

“Polisi wajib tahu, biar diobrak-abrik tuh hutan. Ini kejahatan yang beneran kejam. Sudah masuk ranah pembantaian!” tegas Hasna sang istri.

Akhirnya pertolongan untuk pak Handoyo dan Syukur tiba. Pak Handoyo merasa lega bukan main. Ia yang awalnya terus menolak pengobatan untuk dirinya, jadi mau menjalani pengobatan. Sebab pak Handoyo yakin, Rain sekeluarga bisa diandalkan.

“Dipengga.l sampai lepas, ...” lirih Rain yang akhirnya menatap sang istri. Hasna juga balas menatapnya.

“Psikopat atau malah ... aliran sesat. Seperti yang Athan ceritakan. Semuanya persis enggak ada yang meleset!” tegas Hasna.

“Kita memang lapor polisi, tapi orang-orang papa kamu wajib bergerak juga. Soalnya polisi tanpa viral, kerja mereka lebih sering mager. Mirip inspector Fijai kalau di film-film India!” ucap Rain yang kali ini berbisik-bisik kepada sang istri.

Hasna mengangguk-angguk paham. Kemudian, tatapan mereka tak sengaja tertuju kepada Syukur. Bocah itu belum sadarkan diri dan memang terluka parah. Syukur bahkan sempat dinyatakan mati, sebelum akhirnya kembali bernapas. Di sebelah Syukur, Athan si bocah indigo dan sangat Echa harapkan kehadirannya, tengah menatap Syukur dengan saksama. Setiap luka bahkan setiap lekuk tubuh Syukur, tak luput dari pengawasannya. Anehnya, sosok-sosok bocah tanpa kepala, tapi semuanya menenteng kepala, mendadak bermunculan di hadapan Syukur.

Satu persatu dari bocah tanpa kepala dan jumlahnya ada belasan, perlahan memasang kepala masing-masing. Iman dan keempat teman yang menjadi korban semak-semak berjalan di hutan Tua, juga menjadi bagiannya. Termasuk juga bocah yang sempat meminta tolong ke Syukur dan menjadi alasan Syukur mengenal semak-semak berjalan. Bocah tersebut juga ada di sana. Semuanya kompak menatap Syukur penuh kepedihan. Tampang-tampang mereka sungguh jauh dari bahagia atau setidaknya baik-baik saja.

Meski semuanya tidak bersuara dan hanya menatapnya penuh kepedihan, Athan berangsur berkata, “Akan ada waktunya kalian pergi dengan tenang. Ganggu saja mereka yang sudah membuat kalian seperti sekarang. Ganggu dan buatlah hidup mereka layaknya mimpi bu.ruk. Karena hanya dengan begitu, mereka yang sudah jahat ke kalian, akan jera!”

“Ada kekuatan dahsyat yang membuat kami tidak bisa mengusik pelaku. Malahan karena kekuatan itu, kami dipak.sa mencari tumba.l baru.”

“Kami menjadi arwah penasaran yang harus mengganggu orang-orang.”

Menyimak itu, Athan langsung berpikir serius. “Baiklah kalau begitu. Setelah Syukur siuman dan dia maupun kakeknya diizinkan pulang, aku akan ke dukun cilik itu!” ucapnya.

“Dukun cilik?” lirih Rain dan Hasna refleks mengernyit sebelum keduanya juga berakhir bertatapan.

Di tempat berbeda, rumah Ibrahim jadi ramai. Orang-orang sampai antre memenuhi halaman rumah pak Yusna hanya untuk bertemu Ibrahim. Namun, kedatangan mereka bukan lagi untuk meminta penjelasan mengenai kejadian di hutan Tua dan sampai membuat lima bocah meninggal dalam keadaan terpen.ggal. Kedatangan mereka murni tengah mengantre diobati oleh Ibrahim.

Sejak mengobati ibu Lilis, kabar kemampuan luar biasa yang Ibrahim miliki memang langsung menyebar. Mereka silih berganti datang untuk membuktikan. Ajaibnya, semua yang datang mengaku sembuh sekaligus cocok. Padahal, pengobatan yang Ibrahim lakukan hanya mengandalkan air putih dan batu yang dicelupkan ke dalam air. Selain itu, Ibrahim juga akan melantunkan doa-doa dengan sangat lantang sekaligus fasih. Doa yang masih menjadi bagian dari ayat Al-quran. Hingga warga yakin, pengobatan yang Ibrahim berikan merupakan pengobatan halal karena masih memakai agama mereka.

Air yang Ibrahim pakai dalam pengobatannya, dikemas layaknya air mineral pada kebanyakan. Air tersebut diberi nama Air Selamat. Sementara batu yang tak lebih besar dari kepalan tangan Ibrahim, akan disimpan secara khusus oleh pak Yusna. Pak Yusna sengaja menyewa beberapa tetangga untuk membantunya menyiapkan keperluan pengobatan. Depan rumah pak Yusna sampai diberi atap tambahan layaknya teratag.

Awalnya, dalam sehari Ibrahim hanya menghabiskan belasan botol Air Selamat. Namun kini, kemasan botol air mineral tersebut sampai memenuhi ruang keluarga pak Yusna selaku tempat Ibrahim membuka. Kendati demikian, pengobatan akan mendadak berhenti dilakukan jika Ibrahim merasa lelah apalagi sampai pusing.

Kini, dengan mata dan kepalanya sendiri, baik Rain maupun Hasna menyaksikan. Warga silih berganti keluar dari rumah pak Yusna. Hasna dan Rain yang diantar sang sopir menggunakan mobil, sampai tidak bisa lewat.

“Kita turun, Hon!” ucap Rain berinisiatif keluar lebih dulu tanpa menunggu dibukakan pintu oleh sang sopir.

Rain juga langsung menuntun sang istri untuk keluar dari pintu dirinya keluar.

“Cari tempat parkir yang agak jauh saja Pak. Biar nanti, keluar dari sini tanpa puyeng mikirin mau lewat mana. Tuh macet banget. Lebih heboh dari perkumpulan orma.s!” ucap Rain.

Singkat cerita, Rain yang terus menggandeng Hasna, sampai ikut antri. Di antara hampir seratus orang di sana, ternyata Rain dan Hasna sudah kehabisan antrean.

“Laris manis!” bisik Rain kepada Hasna. Kemudian, ia bertanya kepada orang yang ditugaskan untuk menertibkan keamanan di sana. Pria tersebut memakai seragam hansip dilengkapi peluit. Di tengah kesibukannya memberikan arahan kepada calon pasien Ibrahim, pria tersebut juga akan meniup peluitnya.

“Jadi, kami harus ke sini jam berapa, Pak? Ini kami jauh-jauh dari Jakarta sengaja ke sini untuk mengobati penyakit tahunan kami,” ucap Rain berusaha mengelabuhi si pria.

Rain sengaja meyakinkan pria tersebut, bahwa dirinya sangat tertarik dengan pengobatan Ibrahim. Meski pada kenyataannya, Rain memang hanya ingin membuktikan sendiri, seperti apa efek pengobatan dari Ibrahim. Rain sangat penasaran dengan kemampuan Ibrahim karena Athan sebut sebagai sang dukun cilik.

“Ambil antrean sekarang buat besok juga enggak apa-apa, Kak!” balas si pria yang kemudian meraih kotak nomor antrean dari meja.

“Buset! Daftar siang bolong begini buat hari besok saja, dapat nomor 30?” lirih Rain berbisik-bisik kepada Hasna.

Tak lama kemudian, sebelum benar-benar pergi, Rain dan Hasna sengaja kepo ingin melihat Ibrahim secara langsung. Setelah sampai berdesak-desakan, akhirnya Hasna yang sampai Rain panggul melihat sosok Ibrahim sang duduk cilik. Dari segi penampilan, Ibrahim layaknya anak biasa. Malahan, Ibrahim terlihat sangat kelelahan.

“Kenapa sampai pakai batu dicelup-celup ke air? Terus, airnya harus buat cuci muka sebelum akhirnya diminum habis oleh pasien,” batin Hasna yang kemudian diturunkan oleh Rain.

Rain dan Hasna memutuskan pergi dari sana. Suasana yang sedang panas-panasnya, antrean yang jadi saling berebut, kenyataan tersebut benar-benar membuat keduanya tidak tahan.

“Aku mikirnya, meski Ibrahim pakai ayat suci dan sampai dia baca lancar dalam mengobati setiap pasiennya, itu yang disebut ilmu khasyaf dan sihir takhyil,” ucap Rain, tapi Hasna yang diajak bicara tampak kurang paham.

Terpopuler

Comments

Firli Putrawan

Firli Putrawan

ooh ky po nari ngobatinnya, eh tp skrg dia udah g jd dukun kan udah ilang ilmu nya

2024-04-16

1

Dessy Sugiarti

Dessy Sugiarti

Akhirnya bantuan tuk syukur dan pak Handoyo datang...
Ayo Athan jg Syukur bongkar kedok mereka...
Bahwa Pak Yusna yg jd semak berjalan....
Lanjut kak...
Semoga bisa UPDATE lagi nanti...

2024-03-30

0

Noona Han

Noona Han

wkwkkw Ya Allah kalau ada yg percaya ginian tuh rasanya pingin tertawa, wkwkwk tp gimana ya nyatanya masih ada bahkan tetangga kecamatan sempet heboh perkara dukun bodong , yg banyak makan korban meninggal

2024-03-30

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 45 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!