2 : Suara Tak Kasatmata Sang Penyelamat

“Syukur ....”

Suara tak kasatmata seorang perempuan, terdengar dari balik semak-semak sebelah kanan Syukur. Di sana memang ada sekumpulan ular sanca berukuran tidak begitu besar. Namun syukur yang yakin suara tadi akan kembali menyelamatkannya, memutuskan untuk ke sana.

Dengan sangat hati-hati, Syukur bersembunyi. Bocah berambut lurus cepak itu juga meminta maaf sekaligus permisi, atas kehadirannya yang dirasanya telah mengganggu para ular sanca.

“Sebentar, aku harus bersembunyi di sini, agar aku bisa pulang dengan selamat!” lirih Syukur di tengah keringatnya yang bercucuran, sementara napasnya sangat ngos-ngosan.

Tiba-tiba saja, Syukur ingat larangan dari sang kakek, maupun beberapa masyarakat setempat. Bahwa dirinya, maupun bocah mana pun, tidak boleh masuk ke hutan Tua, dan kini menjadi tempatnya dikejar-kejar.

“Itu tadi orang, apa hantu?” pikir Syukur. Sebab setelah ia ingat-ingat, penampilan sosok tidak begitu tinggi tadi, tidak begitu jelas. Semuanya disamarkan dengan pakaian maupun topi kedodoran dan serba disertai tumbuhan. Gaya orang tadi mirip semak-semak berjalan.

Termasuk juga dengan wajah sosok di dalam tadi, Syukur tidak melihatnya dengan jelas. Namun selain wajahnya agak kisut mirip kulit rus.ak, sebagian rambut sosok tersebut menutupi sebagian wajah. Benar-benar sosok yang sangat mengerikan. Namun Syukur penasaran, kenapa sosok tersebut tega memengga.l kepala bocah tadi.

“Bocah tadi, ... pasti dia yang minta tolong!” batin Syukur yakin.

Syukur dapati, sosok tadi berada tepat di balik semak-semak ia bersembunyi. Syukur sengaja menggunakan kedua tangannya untuk membekap mulut guna meredam suara ngos-ngosan dari napasnya. Apalagi, sosok tadi sudah semakin dekat.

Sembari melangkah hati-hati karena di semak-semak yang ia tuju disertai banyak ular, sosok berwajah menyeramkan itu menggunakan ujung goloknya untuk menyibak ujung semak-semak. Keberadaan golok si sosok menyeramkan, tepat di atas wajah Syukur. Darah segar yang masih tersisa di sana, menetes mengenai punggung hidung bahkan kedua tangan Syukur yang membekap mulut.

Tidak ada siapa-siapa, si sosok menyeramkan itu tidak menemukan tubuh kurus anak yang tengah ia buru. Malahan, ia dikagetkan oleh suara ular kobra yang memberi aba-aba akan mematuknya. Karenanya, ia bergegas kembali memasuki hutan dan mencari ke arah lain.

Sembari menghela napas pelan sekaligus lega, Syukur menoleh ke belakang. Ia pastikan, sosok tadi telah pergi. Ular kobra yang sempat menghalangi langkah sosok tersebut juga terus mengikuti. Akan tetapi ketika Syukur menoleh ke sebelahnya, bocah itu malah mendapati sosok lain. Jantung Syukur seolah lepas seiring ia yang nyaris jatuh menimpa ular sanca. Namun dengan cepat, Syukur berlari menuju jalan keluar dari hutan.

Sosok lain yang kembali membuat Syukur jantungan, merupakan bocah berpenampilan rapi. Bocah yang memakai koko putih, peci putih, dan membawa sarung hitam itu bernama Ibrahim.

Setelah Ibrahim menoleh ke belakang dan tidak mendapati apa pun selain tumpukan ular, Ibrahim segera menyusul Syukur. “Syukur, tunggu!” serunya.

Di dalam hutan, sosok yang tadi memeng.gal leher seorang bocah, sebelum akhirnya malah mengejar-ngejar Syukur, langsung terjaga. Sosok tadi langsung menoleh ke sumber suara. Ia juga melihat kepergian Ibrahim yang menyusul Syukur. Keduanya berhasil keluar hutan, tapi ia tak berniat mengejar. Fatalnya, baru akan melanjutkan langkah untuk memasuki hutan lebih dalam, ular kobra yang tadi mengikutinya, malah menghadiahi patokan.

“Aaaarrrrrgh!”

Suara kesakitan seorang pria membuat Syukur refleks menghentikan langkahnya. Syukur refleks menoleh ke belakang selaku sumber suara berasal. Selain itu, Syukur juga memergoki sosok semak-semak berjalan dengan langkah terpincan.g-pinc.ang. Sosok tersebut memasuki hutan bagian lebih dalam. Meski jaraknya ada sekitar dua puluh lima meter, Syukur yakin sosok tersebut masih sosok yang sama.

“Masa kamu enggak lihat?” tanya Syukur karena Ibrahim mengaku tidak melihat sosok yang dimaksud. “Itu loh, Im! Gerak-gerak itu!” ucap Syukur meyakinkan sang teman.

Ibrahim kembali melihat ke arah yang Syukur lihat. Ia memang melihat apa yang Syukur maksud. Namun, ia memilih kabur karena takut.

“Im! Kok lari!” seru Syukur sambil menyusul kepergian Ibrahim.

“A—Aku takut, Kur. Aku takut!” ucap Ibrahim terdengar gemetaran khas suara yang menahan tangis karena takut.

“Lah, ... kamu kan pinter ngaji. Masa sama kayak gitu, takut?” balas Syukur sambil terus berlari.

Makin lama, ketakutan Ibrahim makin tidak bisa bocah itu bendung. Ibrahim menjadi menangis, meraung-raung memanggil sang ibu. Hingga yang ada, di petang menuju maghrib, terjadi keributan setelah para warga keluar dari rumah masing-masing, akibat tangis Ibrahim.

“Dasar anak kuntilanak! Kamu apakan anakku, kenapa Ibrahim menangis ketakutan begitu?” ucap ibu Umi Rokayah dan tidaklah lain, ibunya Ibrahim.

“Itu terus kenapa kamu juga berdarah-darah begitu?!” kesal ibu Umi Rokayah masih marah-marah ke Syukur.

Di antara para kerumunan warga dan kebanyakan merupakan orang tua, pak Handoyo selaku kakek Syukur datang. Pak Handoyo menerobos kerumunan karena biasanya, jika ada kerumunan seperti sekarang, lagi-lagi sang cucu yang dipermasalahkan.

“Ada apa lag, ini, Bu?” tanya pak Handoyo benar-benar santun sekaligus sabar. Ia menghampiri sang cucu yang memang langsung membuatnya terkejut.

“Kur, kenapa ... kenapa kamu berdarah begini?” tanya pak Handoyo sambil jongkok menyelaraskan tinggi tubuhnya dengan sang cucu. Ia mengelap asal setiap darah di wajah, kedua tangan, maupun pakaian Syukur.

“Andai aku cerita, ... pasti mereka enggak percaya dan malah makin marah,” pikir Syukur yang terpaksa berbohong. “Tadi aku motong ... ayam, tapi Baim takut, Kek!” ucapnya.

“Ohhh,” refleks pak Handoyo yang berangsur mengemban Syukur.

“Itu kamu motong ayam siapa?!” tegur bapak-bapak di sebelah ibu Umi Rokayah.

“Nanti saya ganti, Pak. Saya pasti ganti. Tolong, jangan keras-keras ke anak kecil,” lembut pak Handoyo sementara Syukur tetap diam.

“Eh, Pak Handoyo! Bukannya saya keras ke anak kecil. Masalahnya kalau anak kecilnya seperti Syukur yang enggak mau diam dan apa-apa diru.sak, ini beneran bahaya, Pak! Jangan selalu membenarkan apa yang anak lakukan!”

“Meski anak-anak, bukan berarti dia tidak salah hanya karena mereka tidak tahu. Justru karena mereka tidak tahu, sebagai orang tua sekaligus lingkungan utamanya, kita wajib kasih arahan. Agar saat anak-anak dewasa, mereka tidak jadi penjahat!” ucap bapak-bapak tadi dan bernama pak Sukmara. Ia makin meledak-ledak karena baginya, pak Handoyo terlalu lembek dalam mendidik cucu.

“Iya, Pak. Terima kasih banyak. Sekali lagi, saya benar-benar minta maaf. Jika memang ada warga, siapa pun, merasa kehilangan ayam, tolong laporkan saja ke saya. Insya Allah, saya ganti,” ucap pak Handoyo. Namun alih-alih menyikapi dengan baik, semuanya malah kompak bubar. Mereka melangkah sambil berkeluh kesah mengenai mereka yang muak menjadi tetangga Syukur.

Syukur merasa sangat sedih atas kenyataan kini. Padahal, yang ia inginkan hanyalah main dengan bebas. “Kakek, ... aku minta maaf!” rengek Syukur benar-benar menyesal.

Melihat sang cucu berlinang air mata, pak Handoyo juga langsung tidak tega. Berkaca-kaca ia meyakinkan sang cucu bahwa dirinya baik-baik saja.

“Syukur ....”

Suara wanita tak kasatmata yang terus menyelamatkan Syukur, kembali terdengar. Namun kali ini, suara tersebut seolah meminta Syukur untuk tidak bersedih apalagi menangis.

❣️❣️❣️

Terpopuler

Comments

Al Fatih

Al Fatih

makasih Bun sdh d ingetin utk cara baca novel d NT skrg ini....

2024-05-17

0

Namira Aqilia

Namira Aqilia

ternyata baca novel jg ada aturannya

2024-04-25

0

Novela Putri Amelia

Novela Putri Amelia

seremmmm

2024-04-25

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 45 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!