Akhirnya!

“Kau yang telah dengan sadar memeng.gal setiap leher anak tak berdosa.”

“Kau bahkan memfitnah orang tua dan juga anakku dengan keji.”

“Kini, ... kau akan melakukannya juga kepada anakmu!”

“Agar kamu merasakan apa yang para korban lakukan!”

Syukur masih berbicara panjang lebar menggunakan suara Echa. Kini, dengan sangat tidak sabar, Echa yang bersemayam di tubuh Syukur menyaksikan buah dari perbuatan pak Yusna.

“Aaarrrrrrgggghhh!” Suara pak Asnawi berpadu dengan suara Ibrahim, terdengar sangat kencang. Suara yang seketika membelah keheningan di hutan.

Kepala Ibrahim langsung melesat, terpisah dari leher. Kedua mata sendu milik Ibrahim melotot, sementara da.rah segar terus mengucur dari leher. Detik itu juga pak Yusna tergolek lemah. Pak Yusna terduduk lemas sementara golok di tangan kanannya, ia tahankan asal ke tanah untuk berpegangan.

Jantung pak Yusna berdebar sangat kencang di tengah buih keringat yang perlahan berjatuhan. Pak Yusna sungguh tidak menyangka bahwa justru putra kebanggaannya yang ia peng.gal paksa.

“Ibra ... Ibra anak Papa. Ibra anak ayah! Ibra kebanggaan semua!” lirih pak Yusna dengan bibir gemetaran.

Dendam, itulah yang pak Yusna rasakan. Apalagi ketika ia melihat Syukur yang malah tersenyum puas. Tak sangka, bahwa apa yang Syukur lakukan dan itu melesat ke udara justru tipu daya. Agar Ibrahim terjatuh dan malah yang terpeng.gal.

“K—Kau! Mati kau!” ucap pak Yusna yang berakhir meledak-ledak. Ia lari, mengejar Syukur yang langsung melarikan diri.

Tak lama kemudian, suara peluit mendadak menggelegar. Terus begitu hingga suara tembakan akhirnya terdengar. Namun, pak Yusna yang berlindung di semak-semak tetap mengejar Syukur. Bocah itu tersandung ular sanca semog yang kebetulan Syukur lewati. Detik itu juga pak Yusna tersenyum bengis. Karena akhirnya, ia akan menuntaskan dendamnya.

Tanpa pikir panjang, pak Yusna mengangkat tinggi golok penuh darahnya menggunakan kedua tangan. Pak Yusna siap memengga.l leher Syukur.

“Dor dor dor dor!” Polisi yang datang menghujani tubuh si semak-semak berjalan menggunakan tembakan.

Semak-semak berjalan akhirnya tumbang dan berakhir terjatuh dalam keadaan terduduk. Golok di tangannya juga terlempar setelah kedua tangannya dihujani peluru. Anehnya, kepala Ibrahim kembali menyatu dengan tubuhnya. Sempat dalam keadaan terbalik, perlahan kepala dengan kedua mata melotot itu, dengan sendirinya membenarkan posisi kepalanya.

Rain dan rombongan polisi bahkan warga, sungguh tercengang menyaksikan pemandangan kini. Meski terbilang gelap, beberapa senter yang mereka bawa, cukup menerangi keadaan di sana.

Sambil terus siaga dan mengarahkan pistol ke semak-semak berjalan, para polisi yang jumlahnya ada lima, segera mengepung si semak-semak berjalan.

Para warga begitu penasaran pada sosok di balik pakaian semak-semak yang baru saja dilumpu.hkan.

Athan yang digendong sang papa, berbisik, “Pa, ... dukun jahat itu sudah membuat si Ibrahim menjadi setengah silum.an. Ibrahim kembali dihidupkan,” bisik Athan sambil menatap lurus ke arah Ibrahim. Bocah itu masih terbaring lemas, tapi kedua matanya tak hentinya melirik tajam sekitar. Kedua mata Ibrahim terus saja mendelik bengis.

Setelah disergap, kostum semak-semak sengaja dibuka. Betapa terkejutnya warga ketika mereka melihat siapa di balik kostum tersebut. Pak Yusna, orang itu sungguh orangnya. Tubuhnya yang sempat dihuj.ani tembak terus mengucurkan darah.

“Pak Yusna ... kok pak Yusna? Kok malah dia pelakunya?” bisik warga benar-benar syok.

“Apa karena itu juga, yang membawa Iman anak kebanggaanku selaku pak RT di sini, ... pak Yusna?” lirih pak Hamim dan langsung ditanggapi persetujuan oleh warga.

“Benar pak RT! Bisa jadi!”

Tanpa berusaha berdiri, tubuh Ibrahim langsung berdiri dengan sangat ringan. Kemudian, dengan kedua mata terus melotot dan semuanya berwarna hitam, Ibrahim menatap keadaan pak Yusna. Di luar dugaan, Ibrahim sudah langsung sampai di sebelah pak Yusna.

Athan yang tak mau kehilangan kesempatan juga buru-buru menghampiri. Athan berlari dan meraih tangan kanan Ibrahim. Namun, dengan sangat dingin si Ibrahim menatap Athan.

Athan dengan cepat memencet, menekan sekuat tenaga jempol tangan kanan Ibrahim. Athan melakukannya menggunakan kedua tangan hingga Ibrahim kesakitan. Namun dengan segera, Ibrahim mengenyahkannya.

Ibrahim memilih lari tanpa hambatan karena hanya Athan yang mengejarnya. Para polisi termasuk warga, tak memiliki alasan menahan Ibrahim. Sebab yang tertangkap tangan memang pak Yusna.

“Asnawi ...!” batin Syukur dengan suara Echa.

Syukur berangsur duduk sambil terus mengawasi kepergian Ibrahim. Ibrahim lari dengan sangat kencang. Kemudian, Syukur juga menyusul. Syukur yang dikendalikan Echa, tak membiarkan Athan berjuang sendiri.

“Dia sudah bukan Ibrahim lagi. Dia sudah mati dan jasadnya pasti akan ditolak bumi! Awas kau Asnawi!” batin Echa.

“Sebagian, tolong kejar Ibrahim juga! Kita harus kejar Ibrahim agar kita tahu, apa yang sebenarnya terjadi!” tegas Rain yang yakin, warga belum tahu atau setidaknya menyadari, bahwa sebenarnya, Ibrahim juga telah bersekongkol dengan pak Yusna.

Terpopuler

Comments

Firli Putrawan

Firli Putrawan

kejar jgn sampe kabur lg tuh Asnawi echa sm athan matiin biar g bikin ulah lg

2024-04-16

1

Tia Restiana Utami

Tia Restiana Utami

Athan semoga kamu bisa ngalahin asnawi 💪💪💪💪

2024-04-03

0

Verawati Verawati

Verawati Verawati

gereget aku sama si Asnawi ...
semoga sama athan di basmi si Asnawi sampai ke akar" biar gk bisa tumbuh lagi

2024-04-03

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 45 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!