Bab 20 Memilikimu

Pria itu bercerita kepada Aisyah jika dia sudah tidak punya siapa-siapa. Dia juga tidak punya tempat tinggal untuk berteduh. Pihak keluarganya mengusirnya setelah laki-laki itu tidak memiliki harta karena usahanya bangkrut. Dia diabaikan ketika menderita sakit bahkan ditendang dan diusir. Akhirnya dia memilih jalan untuk pergi meninggalkan rumah yang selama ini dia dapatkan dari hasil jerih payaahnya sendiri.

“Nama Bapak siapa?”

“Marwan, Nak.”

“Bapak dulu tinggal di sini?” Dia mengangguk. Teringat masa lalunya.

“Masih ingat di mana rumah Bapak?” lanjut Aisyah bertanya.

“Iya, tapi sepertinya rumah itu sudah dijual sama salah satu anggota keluargaku. Mereka sudah pindah entah ke mana.” Pria itu tertunduk.

“Di mana selama ini Bapak tinggal?”

“Bapak dengan keluarga Bapak, tapi semenjak usaha Bapak bangkrut, mereka mengusir Bapak dari rumah.” Rona kesedihan terpancar dari wajah pria itu. Aisyah merasa kasihan.

“Bapak juga tidak punya pekerjaan?”

“Tidak, Nak. Beberapa bulan ini Bapak tidak bekerja dan tidak ada yang mau mempekerjakan Bapak.”

“Sebelumnya Bapak kerja apa?

“Bapak kerja serabutan, Nak. Itu pun pindah-pindah tempat. Tempat tinggal Bapak tak menentu,” tutur laki-laki itu. Aisyah yang mendengarnya sangat tersentuh.

“Sebentar ya, Pak?”

Aisyah menemui Bunda yang baru saja datang di kamarnya. Dia membawa baju pengantin untuk Aisyah dari butik Zahra.

“Bun, Ais mau bicara sebentar.” Aisyah duduk di kursi berdekatan dengan Bunda.

“Iya, Ais. Ada apa?”

“Bun, ada laki-laki tua tidak punya tempat tinggal dan juga tidak punya siapa-siapa. Bagaimana kalau kita pekerjakan di sini? Buat bantu-bantu Pak Joko.”

“Nanti Bunda tanya Ayah dulu, ya? Bunda tidak bisa memutuskan. Karena yang berhak itu Ayah.”

“Iya, Bun. Ais paham. Ais kasihan sama bapak-bapak itu. Dia sebatang kara.”

“Iya, Ais. Bunda bisa mengerti. Sekarang kita temui Ayah dulu dan berbicara padanya.”

Bunda dan Aisyah menemui Ayah yang tengah duduk bersantai. Bunda mengutarakan keinginan Aisyah untuk mempekerjakan Pak Marwan yang telah ditolongnya. Ayah merasa sangat bersyukur karena Aisyah memiliki rasa empati yang tinggi pada orang lain. Akhirny Pak Marwan ditampung dan dipekerjakan di situ sebagai penjaga dan juga tukang kebun panti.

*

Beberapa hari kemudian, seluruh panti dihias dengan berbagai macam dekorasi bersifat natural untuk persiapan pernikahan Aisyah dan Rama.

Hari bahagia yang dinantikan datang. Hari ini, Rama dan Aisyah akan melangsungkan akad pernikahan mereka beserta pesta sederhana sebagai wujud rasa syukur. Rama terlihat sangat tampan dengan balutan jas beserta kopiah senada dengan kebaya muslim yang dipakai Aisyah.

Gadis itu terlihat sangat cantik. Membuat Rama kian terpesona dengan wanita yang sebentar lagi akan menjadi miliknya seutuhnya itu. Sesekali mereka mencuri-curi pandang. Debaran-debaran itu kian terasa kencang manakala prosesi akad nikah segera akan dimulai. Rama terlihat tegang. Dia tampak gelisah hingga keringatnya keluar.

Ninda yang berada di samping kakaknya menggodanya. “Takut ya?” ledeknya. Rama hanya melotot ke arahnya.

“Berisik kamu, nona bawel!” Ninda hanya tersenyum melihat kakaknya.

Aku akan segera memilikimu dengan asma-Nya. Bisik hati Rama.

Penghulu menjabat tangan Rama, dia menerimanya dengan gemetar seraya mengucapkan ijab qabul. Rama sangat bersyukur, dia bisa melaksanakan ijab qabul dengan lancar tanpa kendala. Semua hadirin mengatakan sah. Kini tiba saatnya Aisyah dan Rama meminta doa restu kepada orang tua mereka. Ayah dan Bunda sebagai ganti orang tua Aisyah, sedangkan Farida dan Yasa sebagai orang tua Rama.

Di salah satu sudut tempat, sepasang mata renta melihat Aisyah dengan penuh keharuan. “Kamu layak bahagia, Nak. Maafkan aku yang tidak bisa menjadi ayah yang baik, yang justru mencampakkanmu dan ibumu hingga dia meninggal. Kini aku mendapatkan balasan setimpal atas perbuatanku.” Penyesalan tiada guna, setiap manusia memiliki jalan takdir masing-masing. Termasuk nasib yang kini dialami oleh laki-laki itu.

Suasana pesta masih meriah. Banyak warga sekitar serta kaum dhuafa juga diundang ke sana. Aisyah sangat bahagia melihat adik-adik pantinya ikut berbahagia dengan pernikahannya. Rama yang kini sudah sah menjadi suami Aisyah mendekati istrinya.

“Sayang, ikut sebentar yuk?” Diraihnya tangan Aisyah perlahan.

“Ke mana, Mas?”

“Ketemu teman-temanku. Aku mau ngenalin kamu ke mereka.”

“Bilang dulu sama adik-adikku.”

“Kak Rama pinjem kakak kalian dulu, ya?”kata Rarma kepada beberapa anak panti yang masih ingin bersama Aisyah.

“Iya, Kak,” jawab mereka serempak.

Rama menarik tangan Aisyah dan mengajaknya menemui tamu-tamu yang datang. Satu persatu menyalami mereka berdua. Teman-teman kantor Rama banyak yang datang untuk memberikan selamat, hanya saja Yoga tidak terlihat di sana. Suasana bahagia terlihat begitu kentara. Sikap Aisyah yang ramah juga luwes membuatnya lebih mudah beradaptasi dengan teman-teman suaminya. Rama dan Aisyah mempersilakan mereka untuk mencicipi hidangan yang telah tersedia. Semuanya tampak akrab dalam kebahagiaan.

Pesta pernikahan telah usai. Binar-binar bahagia sungguh terasa bagi Rama dan Aisyah. Lelah dan letih tiada berbanding dengan kebahagiaan yang kini tengah mereka rasakan. Dengan baju pengantin yang masih melekat, Aisyah menuju kamarnya diiringi Rama. Gadis itu sedikit malu ketika tangan kokoh Rama menggandengnya

“Apakah kamu sekarang bahagia, Nyonya Rama?” goda Rama ketika dia berdua bersama Aisyah. Wajah gadis itu merah merona, ketika dihadapkan dengan wajah pria asing yang kini sudah menjadi suaminya itu. Dia mengangguk, tersenyum manis kepadanya.

“Iya. Aku bahagia, sekarang kita sudah bersama.”

Rama menggenggam jari jemari Aisyah yang ke dalam jari jemarinya yang kokoh. “Aku sungguh bahagia, bisa memiliki bidadari surga sepertimu.”

“Ih, jangan berlebihan! Kamu belum tahu kalau aku lagi marah. Bakal menyeramkan.”

“Hmm, seseram apa istriku ini?”

“Seperti singa!”kata Aisyah tergelak. Rama gemas dengannya. Satu kecupan lembut mendarat di kening Aisyah. Baru kali ini Aisyah merasakan sesuatu yang lain. Dia merasakan adanya getar-getar cinta tumbuh kian besar ketika pria asing itu telah sah menjadi suaminya.

“Sebaiknya kita berganti dan mandi, Mas. Badanku rasanya lengket semua,” lanjut Aisyah berkata pada suaminya.

“Iya. Nanti kita ngobrol sama anggota keluarga yang masih ada di sini. Nggak enak kan kalau kita meninggalkan mereka dan bersenang-senang duluan.” Rama mengedipkan mata sebelah. Aisyah makin bertambah gemas dengannya. Tapi dia tidak menanggapi lagi ketika Rama terus menggodannya. Dia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti baju. Begitu pula dengan Rama.

Di ruang keluarga semua berkumpul. Masih ada Farida, Yasa, dan anggota keluarga lainnya.

“Berarti lusa menantuku baru bisa diajak pulang suaminya, nih,” Farida berseloroh. Menggoda pengantin baru yang baru saja resmi sebagai pasangan itu. Semuanya tertawa. Mereka berpamitan meninggalkan Rama dan Aisyah yang kini akan memulai gerbang kehidupan baru bernama; rumah tangga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!