Bella dan Bastian mengakhiri perjalanan mereka hari ini dengan melihat pemandangan sunset di salah satu kafe di kota. Bella memperhatikan matahari yang hampir saja terbenam itu, bagaikan dirinya yang tengah berpikir bahwa ia harus mengakhiri perasaannya juga.
Hatinya masih sangat bersedih lantaran mengetahui secara langsung bahwa pria yang datang beberapa hari yang lalu telah beristri kembali. Mengetahui itu semua, membuat Bella merasa di bohongin oleh Henry.
Malam itu ia sempat bertanya, mengapa Henry tidak menikah lagi? Ternyata saat itu Henry telah menikah dan menikmati momen bulan madu mereka. Seharusnya malam itu Bella tidak mengizinkan Henry tidur di sana.
Pertanyaan demi pertanyaan menghantui pikiran Bella. Terutama melihat wajah Henry yang tak sama sekali terlihat bahagia di saat mereka bersama. Apa mungkin ia kepikiran dengan istri barunya itu? Bella terus saja memikirkan sesuatu yang tak seharusnya ia pikirkan.
"Aku perhatikan dari tadi kau terlihat banyak sekali pikiran. Apa ada barang yang kurang Bel?" Bastian tidak mau Bella terpikirkan oleh sesuatu. Wanita di sampingnya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Namun, saat melihat anak dan istri bosnya tadi, Bella terlihat berubah.
Bella tersenyum dengan rambutnya yang tertiup angin. Wajah cantik itu terlihat lebih mempesona dari biasanya. Bastian terpaku akan pancaran sinar yang di keluarkan oleh Bella.
"Aku hanya kelelahan saja Tian. Secara kau juga tau, beberapa minggu ini banyak sekali pesanan kue. Baru hari ini aku bisa jalan-jalan dan menikmati pemandangan ini." Bella tidak mau Bastian mengetahui isi pikirannya. Secara ini adalah perasaan yang tidak bisa di ketahui oleh orang lain.
"Bel..." Bastian memegang tangan Bella dengan Bella sendiri terkejut akan perlakuan Bastian. Bella sudah menduga, Bastian akan kembali menyatakan perasaan dan mengajaknya menikah lagi.
"Aku tidak ingin melihat mu seperti ini. Aku juga tidak tau apa yang sebenarnya kau pikirkan. Kau sungguh berbeda hari ini. Oke, bisa kemungkinan kau memang lelah gara-gara banyak pekerjaan. Tapi Bel, aku tidak mau kau seperti ini. Aku ingin kau selalu tersenyum dan bahagia. Aku, aku ingin memulai hidup dengan mu Bel. Maukah kali ini saja kau menerima ku dan kita berbagi kelelahan itu bersama-sama? Aku ingin mengajak mu pergi dari kota ini dan pindah ke tempat lain setelah kita menikah." Bastian berhenti dengan melepaskan tangan Bella.
Ia langsung berdiri mengambil kotak kecil di dalam sakunya. Bastian membuka kotak berisi cincin permata putih itu dengan setengah duduk di hadapan Bella. "Will you marry me, Bel?"
Semua orang yang berada di sana perlahan mendekat dan bersorak agar Bella mau menerima ajakan Bastian.
Terlanjur terlihat oleh orang lagi, bahkan saat ini ia tidak mempunyai jalan untuk keluar dan menjauhi Henry. Salah satunya adalah Bella harus menikah dengan Bastian. Pergi ke luar kota dan membuat keluarga baru, itulah jalan yang terbaik saat ini.
Bella meneteskan air mata dengan tersenyum ia mengangguk pelan. Bastian melihat persetujuan dari Bella, ia begitu sangat bahagia dan langsung memasangkan cincin di jari tangan Bella.
Sorakan begitu meramaikan suasana sampai mereka menyuruh Bastian dan Bella berciuman saat itu juga. Bella dengan malu-malu menggelengkan kepala. Namun Bastian hanya memeluk Bella saja.
"Terimakasih Bel. Aku berjanji akan membuat mu bahagia. Dua hari lagi kita akan mencari cincin couple untuk acara pernikahan kita. Nanti aku akan mempersiapkan semuanya. Kau tidak perlu kepikiran akan hal itu." Bastian berjanji akan membuat Bella bahagia selama-lamanya.
Perjuangannya selama ini ternyata membuahkan hasil.
"Aku ikut saja apa mau mu Tian." balas Bella dengan hatinya semakin sakit. Ia melepaskan pelukan Bastian. "Kalau begitu kita pulang. Aku mau menyelesaikan pesanan kue secepat mungkin. Agar kita lebih fokus mencari apa yang telah kau pikirkan."
Bastian mengangguk pelan. Ia segera memegang tangan Bella untuk keluar membawa calon istrinya pulang. Hati Bastian sungguh sangat bahagia tapi tidak dengan Bella yang secara paksa melakukan itu semua.
Perjalanan kurang lebih satu jam itu, membuat mereka sampai pada tempat tujuan. Bastian membantu Bella membawa semua belanjaan yang mereka beli tadi ke dalam rumah.
"Aku pulang ya Bel. Besok aku mau meminta izin dulu untuk ambil cuti satu hari. Jangan rindu pada ku." Bastian dengan leluasa memegang kedua tangan Bella.
Bella hanya mengangguk saja. Bastian tanpa meminta izin mencium kening Bella begitu saja. "Aku pergi dulu. By by sayang ku." Bastian melepaskan tangan Bella dengan ia segera pergi.
Bella masih mematung di tempat. Air matanya seketika saja mengalir. 'Ah, aku tidak boleh seperti ini. Aku sudah memilih jalan yang benar. Pasti hati ku akan berubah nantinya. Apalagi tidak bertemu lagi dengan tuan Henry. Aku juga pasti akan bahagia.' Bella menghapus kasar wajahnya. Ia rasa tidak boleh larut dengan perasaannya saat ini.
Bella juga memutuskan menelepon Henry untuk yang terakhir kalinya. Ia harus membatalkan rencana yang ingin Henry tawarkan. Sebelum semuanya di kerjakan.
Di seberang barat Henry tengah berurusan dengan pihak rumah sakit. Bahkan hasilnya tidak bisa ia terima secepat mungkin. Butuh beberapa waktu hasilnya baru bisa di keluarkan. Henry memutuskan untuk mengambil hasilnya beberapa hari kemudian.
"Saya harap anda bisa merahasiakan ini semua. Hanya saya yang bisa mengambil hasilnya nanti. Semoga kau mengerti dokter William." pinta Henry yang bergerak secara langsung.
"Baik tuan. Saya pastikan anda yang akan menerima hasilnya." balas pria mudah itu dengan keyakinan.
Getaran ponsel Henry membuyarkan semangatnya hari ini. 'Bella.' ia melihat di layar ponselnya terdapat nama Bella, dengan secepat mungkin Henry keluar ruangan.
"Halo Bel, ada apa?" Henry menjawab panggilan Bella dengan sangat lembut.
Cendro yang menunggu di luar ruangan hanya bisa merasa geli mendengar jawaban Henry.
Cinta memang merubah segala-galanya. Cendro berpura-pura tidak mendengar dan melihat ke arah lain. Saat ini ia terlihat bukan sebagai sopir saja, malahan seperti sekretaris Henry juga. Dimana Henry di sanalah Cendro. Apapun pekerjaan yang diperintahkan Henry selalu Cendro yang melakukannya. Sedangkan Aldo hanya fokus di perusahaan.
Bella mendengar suara Henry hatinya semakin sakit. "Maaf tuan, aku mengganggu waktu mu."
"Tidaklah masalah Bel. Aku juga baru pulang dan lagi bersantai-santai saja." Henry melirik ke Cendro yang Cendro sendiri masih melihat ke arah lain. "Ada apa? Apakah jadwal belajar ku berubah?" Henry hanya kepikiran ke arah sana.
Sudah beberapa kali mereka bertemu dan belajar bersama. Bukan tak bahagia lagi Henry rasakan. Ia rasanya ingin membawa Bella kerumahnya dan menjalankan rumah tangga seperti dulu lagi.
"Sebenarnya aku juga mau membicarakan hal itu tuan. Maaf kalau aku berbicara di dalam telepon dulu. Sisanya aku akan jelaskan setelah kita bertemu kembali jika ada waktu." Bella sebenarnya tidak ingin lagi bertemu dengan Henry mau pun Alano. Walau ia sangat rindu pada anak yang sering memanggilnya dengan sebutan mommy di tempat kursus saat mereka berduaan saja.
Henry mulai merasakan ada yang tidak beres dalam ucapan Bella.
"Silahkan Bel." nada bicara Henry kini sangat terdengar semakin melemah. Belum juga Bella berbicara, ia sudah mulai bersedih duluan.
"Sekali lagi aku meminta maaf pada mu tuan atas ketidak lancangan ku ini. Aku hanya memberikan kabar bahwa aku akan segera menikah dengan Bastian. Bahkan kami akan pindah tempat setelah menikah. Maka dari itu aku tidak bisa melanjutkan kerja sama kita dan juga pembelajaran. Semoga anda bisa menemukan guru baru untuk belajar memasak. Sekali lagi saya mohon maaf atas perbuatan saya yang memutuskan secara tiba-tiba ini." jelas Bella dengan air matanya kembali mengalir.
Henry terdiam. Seketika cairan keluar dari matanya begitu saja. Secepat itu membasahi wajah tampannya. Cendro yang melihat terkejut dengan penampilan Henry. Terakhir kali ia melihat Henry menangis saat menerima berita meninggalnya nyonya-nya Emillia dan setelah nyonya-nya di kebumikan.
"Halo tuan. Apakah anda mendengar perkataan ku?" Bella tidak mendengar jawaban dari Henry.
"Baiklah kalau begitu selamat ya Bel. Aku ada sedikit pekerjaan. Aku matikan dulu teleponnya." balas Henry yang saat ini tubuhnya melemas mendengar kabar Bella akan menikah dengan saingannya.
Panggilan terputus dengan Bella belum sempat berbicara lagi, membuatnya kebingungan. 'Mungkin benar tuan Henry sedang sibuk. Setidaknya aku telah memberitahukannya.'
Henry terduduk di kursi dekatnya dengan Cendro mendekati Henry. "Apa anda baik-baik saja tuan?" Cendro sangat khawatir dengan keadaan Henry saat ini.
Henry meluapkan isi hatinya dengan menangis di tempat itu. Sepertinya ia lebih baik ke club saja malam ini. "Antar aku ke club tempat biasa." Henry tidak menjawab. Ia dengan cepat meninggalkan Cendro begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Vivie
lambat bgt sih jadi orang hen trus apa-apaan kau ngmng selamat trus nangis kayak bgtuan kau tuh lambat kayak kue siput yg kau mkn tunah errr greget aku
2024-03-24
0
juhaina R💫💫
jdinya nnti pas mau nikah Henry membawa bukti lengkap klo Bella bener istrinya yg tengah kecelakaan dan hilang ingatan...
2024-03-23
0
Rani Ri
hadeuhhh apaa jadinya nanti
2024-03-23
0