Bab 17.

Seperti mimpi rasanya bertemu kembali dengan Bram, setelah bilangan tahun berpisah. Bram cowok idola di sekolahku pada masanya, si jago basket yang selalu membuat histeris penontonnya saat beraksi dilapangan. Dengan postur tubuh jangkung dan lincah mudah saja dia memasukkan bola kekeranjang lawan.

Dia idola semua orang terutama cewek-cewek cantik di sekolahku juga luar sekolah. Wajah tampan, senyum manis dengan dua dekik di pipinya itu serta bola mata kecoklatan dengan tatapan yang selalu hangat itu mampu meluluhkan setiap hati yang ditatapnya. Tidak terkecuali aku yang pendiam dan rada dingin toh kepincut juga dengan segala aura yang dia miliki

Jika gadis- gadis lain terang-terangan menyuarakan ekspresi jiwanya saat bertemu atau setiap melihatnya bertanding, beda dengan diriku yang selalu diam saja. Tapi jauh dalam hatiku lebih gemuruh dari pekikan seantero gedung pertandingan.

Jika usai bertanding Bram akan dikerubuti gadis pemujanya, dengan handuk, untuk melap keringatnya atau sebotol air mineral untuk melepas dahaganya bahkan sebuah kipas melepas gerahnya. Aku cuma mampu menatapnya dari kejauhan.

Keberadaanku pastinya tidak akan pernah menarik perhatiannya diantara gadis-gadis yang memujanya.

Hingga di suatu hari aku yang menyukai dunia literasi dan selalu aktif menulis di majalah dinding memiliki seorang pengagum rahasia. Dia selalu menyematkan komentar dan menempelkannya dibawah tulisanku. Kerena dia memakai nama samaran sama seperti diriku juga yang memakai nama pena. Tentu aku tidak tau siapa orang itu. Apakah dia cowok atau cewek. Tapi setiap membaca komen itu, entah kenapa aku memprediksi kalau dia itu adalah cowok.

Saat itu aku didapuk jadi peserta lomba baca puisi antar sekolah. Aku menjadi utusan dari sekolahku. Berkat dukungan guru dan teman- teman aku berhasil membawa piala kemenangan untuk sekolahku.

Saat melihat Bram, ada diantara guru dan sahabatku sempat membuatku nervous. Tapi pada akhirnya aku percaya diri untuk tampil dan memukau para juri dan penonton hingga aku bisa membawa nama harum sekolahku, menjadi juara pertama.

"Hai, ternyata Dara adalah namamu dalam dunia literasi," ungkap Bram saat memberiku ucapan selamat.

Aku tercenung dan agak bingung memaknai perkataannya. Memang ada apa dengan nama penaku. Aku memang merahasiakan hobbyku yang berkecimpung dalam dunia literasi, menulis cerpen dan puisi. Hanya keluargaku dan orang tertentu yang mengetahuinya.

Lantas dari mana Bram, mengetahui nama penaku itu?

"Malah ngelamun, aku benar-benar kecolongan ternyata penulis yang aku kagumi selama ini ada di depan mataku," ucapnya seraya tergelak. Mau tak mau aku tertawa juga. Aku tidak menyangka kalau Bram adalah sosok yang ramah dan humble. Berbicara dengannya sangat mengasikkan, berbeda sekali dengan anggapan miringku selama ini.

"Maksudnya, kamu mengagumi tulisanku? Yang benar saja," beliakku kurang percaya.

"Iya, aku tidak bohong, aku sudah lama jadi fans mu. Setiap kali tulisanmu muncul di majalah dinding, selalu aku sematkan komentar diam- diam." ungkapnya.

"Astaga, itu ulah kamu ya?" Aku tidak dapat lagi menahan tawaku, mengingat komentar- komentar konyol yang disematkan, Bram. Ternyata Bram lah pengagum misteriusku yang selama ini membuatku penasaran.

Sejak itulah persahabatan kami dimulai. Bram, sering menemaniku berburu buku di berbagai perpustakaan saat aku butuh buku refrensi untuk tulisanku.

Hampir setiap hari bertemu, berdiskusi, mau tak mau rasa kagumku berubah menjadi sesuatu rasa yang aneh. Entah mengapa aku mendamba Bram, lebih dari seorang sahabat. Rasa yang sangat aku sesali pada akhirnya, karena terlalu jauh berharap tentangnya.

Kehadiran murid baru di kelasnya, ternyata mengubah persahabatan kami. Emmy telah mengalihkan perhatian Bram dariku. Waktunya lebih banyak tercurah pada Emmy. Mereka sangat cocok jadi pasangan kekasih. Itulah kabar yang akhirnya kudengar. Membuatku mundur dan menghindari, Bram.

Selama ini Bram memang tidak pernah mengungkapkan perasaannya padaku. Aku saja yang berlebihan memaknai persahabatan kami. Hingga hari kelulusan kami, Bram tidak pernah menceritakan hubungannya dengan Emmy. Membenarkan atau membantah. Dan kami benar- benar berpisah karena Bram dan keluarganya pindah ke Ibu Kota. Itu kabar terakhir yang aku dengar.

Setelah dua tahun berpisah dengan Bram, aku berkenalan dengan Petra kakak seniorku di kampus. Perlahan ingatanku akan Bram, menghilang seiring waktu. Kami bertemu kembali setelah sekian tahun berpisah.

Aku tersenyum saat mengingat kembali masa lalu itu. Mengingat cinta pertamaku yang kandas.

Betapa lucunya saat itu, kala aku patah hati karena, Bram. Cinta yang tidak pernah terungkapkan.

***

"Kayla?" seseorang menyebut namaku seraya menepuk lembut bahuku. Saat itu aku tengah belanja kebutuhan sekolah Bella. Aku terkejut mendengar panggilan itu. Kuhentikan kegiatanku dan menatap heran perempuan cantik yang barusan menyapaku.

Aku tidak mengenalinya, tapi kenapa dia memanggil namaku dengan tepat. Aku mencoba mengingat siapa wanita cantik dihadapanku ini. Namun, aku sama sekali tidak siapa dia.

"Maaf, Mbak siapa ya?"cetusku merasa bersalah.

"Ya, ampun Kay! Masak kamu bisa lupa dengan wajahku ini." Dia mengguncang tubuhku," aku Lisa!" lanjutnya lagi.

Astaga! Bisa-bisanya aku dengan teman sebangku ku dulu.

"Aku pangling, kamu cantik sekali, makanya aku gak kenal tadi." Aku memeluk Lisa dan mengguncang tubuhnya.

"Hem, kamu juga tidak kalah cantik. Wajah mu awet muda, makanya tadi aku juga ragu untuk menegurmu." Tawa Lisa berderai, aku juga ikutan tertawa.

"Gimana kabarmu, jadian gak sama Ardi," ucapku. Ingat kata-kata Lisa yang cinta berat sama Ardi.

"Eh, kamu masih ingat Ardi, ya?" tawa Lisa kembali berderai, mungkin dia teringat kenangannya dengan Ardi, masa sekolah dulu.

"Emang cuma dia pria di Bumi ini. Rugi lo, banyak cowok ganteng yang ngantri," gelaknya lagi. Aku juga ikutan tertawa, betapa noraknya Lisa dulu saat mencintai Ardi. Putus nyambung hubungan mereka sudah hal biasa. Sampai aku kapok menasehatinya saat dia gabut karena cowok.

Usai belanja aku dan Lisa mengobrol ngarol ngidul di sebuah kafe tentang masa lalu. Sampai aku hampir lupa untuk pulang saking asyiknya bercerita. Untunglah ada Devi sekarang di rumah menemani Bella. Aku mempekerjakan Devi sebagai asistenku membantuku menjahit.

Kalau tidak, Bella akan marah-marah kalau aku lama pulang karena khawatir.

Menjelang senja aku baru ke rumah, aku perginya sekitar jam satu siang. Selain belanja kebutuhan Bella aku juga belanja untuk peralatan kostumku.

Pertemuanku dengan Bram, kemudian Lisa, sungguh di luar dugaanku. Seolah aku diseret kembali ke masa dulu, masa paling indah di masa remaja.

Setelah sepuluh tahun sendiri dan menanggung sendiri masalah dan tidak pernah berbagi dengan orang lain, bertemu Lisa membuatku tertawa karena dia orangnya memang ramai. Selalu saja ada joke lucu yang membuatku tertawa lepas begitu saja. Tawa yang selalu kusembunyikan selama ini. ***

Terpopuler

Comments

Cidaha (Ig @Dwie.author)

Cidaha (Ig @Dwie.author)

Ditunggu update selanjutnya, Mak. ❤️

2024-03-19

1

Yutaka Kansaki

Yutaka Kansaki

next kak....
og dikit sekli kak...
maaf... habisnya..aq seneng bgt bca novel..trus bikin penasaran...jdi semngat 💪...aq tunggu up selanjutnya 👍🌹🌹🌹🌹🌹

2024-03-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!