Bab 7.

Aku pamit sama Bella pergi sebentar membeli rokok, kutinggalkan dia duduk sendirian seraya menimang boneka kecil itu. Saat aku kembali ternyata Kayla telah datang untuk menjemput Bella. Untung saja dia tidak melihatku. Aku buru- buru bersembunyi di balik rumpun bunga kertas yang rimbun.

Aku bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas karena jaraknya cuma tiga meter. Kayla begitu panik saat mendengar cerita Bella tentang pertemuan kami. Jangan-jangan dia curiga kalau akulah Om Piet yang diceritakan, Bella. Bella memang tidak jelas melihat wajahku karena aku mengenakan topi dan kaca mata. Tadinya aku sempat cemas, Bella akaan mengenaliku karena pernah datang ke rumah mereka.

Mungkin karena hanya melihatku sekilas dan keburu disuruh masuk oleh Kayla, Bella tidak mengingat wajahku.

Hampir saja aku keluar dari persembunyianku saat Kayla memarahi Bella karena boneka Panda itu. Tidak tega rasanya melihat gadis kecil itu dimarahi ibunya karena kepengecutanku.

Untunglah ketegangan itu hanya sebentar, Kayla memeluk Bella setelah memberi nasehat. Kayla tidak salah apa yang barusan dia terapkan adalah bentuk kasih sayangnya demi keselamatan Bella, untuk tidak mudah percaya pada orang asing.

Setelah mereka pergi aku keluar dari persembunyianku. Satu kesalahan besar lagi telah aku perbuat. Entah seperti apa kemarahan Kayla bila nanti dia tahu kalau aku menyaru sebagai Om Piet mendekati, Bella. Saat ini aku tidak perduli masalah itu. Aku hanya ingin mendekati Bella, ingin memberi perhatian padanya meski harus dengan identitas orang lain.

Akan ada saatnya nanti menjelaskan semua itu. Walau aku sudah bisa membayangkan seperti apa konsekuensi dari tindakanku itu. Sebab aku tau pasti, Kayla juga tidak akan memberi izin padaku untuk mengenal Bella secara terang- terangan. Buktinya dia menyanggah kalau Bella adalah darah dagingku.

Wajar saja dia bersikap begitu, karena aku telah menyakitinya sedemikian rupa. Andai saja aku tau Kayla mengandung anakku, tentu aku tidak akan menuruti saran ibu waktu itu. Menyuruhku meninggalkan Bella dan menikah diam-diam.

Aku memang tidak pernah berniat mau berpisah dari Kayla. Aku sengaja pergi diam-diam dan menghilang waktu itu karena aku tidak ada alasan untuk meninggalkanya. Kupikir dengan pergi dan kembali kemudian agar aku bisa memberi alasan saja tentang kepergianku. Siapa sangka Kayla nekat datang ke kampung halamanku dengan menempuh jarak yang begitu jauh. Entah siapa yang memberitahukan keberadaanku padanya.

Akibatnya pernikahan keduaku diketahuinya dengan cara yang sangat menyakitkan baginya. Dan semua perbuatanku itu juga dibayar tunai. Pernikahanku hanya bertahan lima tahun. Anak yang kudambakan tidak kunjung hadir. Ibuku juga jadi lumpuh karena stroke.

Kayla pasti akan tertawa jika dia tahu kisah hidupku setelah berpisah darinya. Entah, apakah dia mau memaafkan semua kesalahanku. Atau mau memberiku kesempatan memperbaiki semua yang aku hancurkan.

Aku sadar mimpiku terlalu tinggi untuk itu. Sepertinya hal itu mustahil terjadi, tapi aku masih berharap bisa meluluhkan hatinya dengan cara apapun akan aku coba. Memperjuangkan kembali hati Kayla beserta Bella.

Jika melihat dari sikap Kayla, akan sangat sulit meluluhkan hatinya. Namun tidak ada salahnya aku mencoba. Menebus semua kesalahan yang telah aku lakukan padanya. Semoga kami bisa bersatu lagi sebagai keluarga utuh.

***

Sekelompok anak-anak tengah bermain di lapangan sekolah saat jam istirahat. Aku berdiri dekat pintu gerbang mengamati mereka dari kejauhan. Diantara anak-anak itu ada Bella, tengah berdiri menyaksikan teman-temannya bermain tali.

Aku melambaikan tangan kearahnya yang kemudian dia balas dan segera berlari mendatangiku. Ini pertemuan yang kesekian kali diantara kami. Setelah aku mengatakan kalau aku adalah pamannya. Tentu dengan sebuah perjanjian, jangan sampai Kayla mengetahui hal ini.

Aku telah mengatakan pada Bella hubunganku yang buruk dengan ibunya dan semua itu adalah kesalahanku. Jika ibunya tahu tentang aku, pastinya akan marah besar dan tidak akan mengijinkan kami bertemu.

Mungkin Bella merasakan ikatan diantara kami, atau karena dia memang merindukan sosok seorang ayah, dia begitu percaya padaku. Dia menanyakan tentang ayahnya dan apakah aku bisa menunjukkan dimana ayahnya dikebumikan.

Kayla telah mengatakan kalau aku telah meninggal. Duh!

"Kalau Om adalah adik Papa, Om bisa dong bawa Bella mengunjungi kuburan Papa." cetusnya hari itu saat Kayla terlambat lagi menjemputnya.

Aku yang tidak menduga pertayaan itu terkejut dan syok.

"Sebenarnya bisa, tapi Mamanya Bella tidak akan memberi izin kita pergi ke sana." ucapku setelah sekian lama terdiam mencari jawaban yang masuk akal bagi Bella.

"Tempatnya jauh ya, Om?"

"Iya, sangat jauh karena diluar pulau." ungkapku.

"Oh, jadi tidak bisa pergi ya, tanpa diketahui Mama." Aku mengangguk.

"Iya, betul. Lagian Mama 'kan tidak tau kalau Bella berteman dengan, Om."

"Hem, iya. Tapi Om, kenapa mama gak suka sama, Om." Manik mata itu menatapku polos. Aku tercekat, menelan saliva yang terasa pahit.

Aku hanya terdiam mendengar pertanyaan kritis, Bella. Entah jawaban apa yang harus aku katakan yang bisa diterima anak seusia dia.

"Maafkan Om, ya. Dulu antara Om dan Mama Bella ada salah paham itulah sebabnya Mama Bella pergi jauh dan pindah ke sini," jelasku. Bella mengganggukkan kepalanya entah paham atau tidak.

"Trus, Papa Bella kenapa meninggal Om, sakit ya? Apa Bella masih punya kakek atau nenek." cecarnya waktu itu membuatku kelabakan menjawab pertanyaannya.

"Nenek masih hidup, tapi sakit dan tidak bisa kemana-mana lagi."

Oh ...." ucap Bella lirih.

"Om kenapa? Sejak tadi diam saja." sentak Bella mengagetkanku. Aku tersadar ternyata sedang melamun di depan Bella.

"Mama Bella masih lama datang?" alihku mengabaikan ucapannya.

"Masih Om, ini 'kan masih jam istirahat. Belum waktu pulang."

"Oh, iya. Om lupa. Mama belum tau 'kan kalau Bella sering jumpa sama, Om?" ucapku.

"Belum Om, Bella gak pernah cerita seperti permintaan, Om."

"Om boleh tau, kapan Bella ulang tahun?" tanyaku berharap Bella mau memberitahukannya.

"Buat apa, Om. Om lupa ya sama ultah, Bella?"

"Eh, iya, Om lupa. Soalnya sudah lama tidak jumpa Bella."

"Bella ulang tahun minggu depan, Om."

"Itu berarti akhir bulan ini?" ucapku. Bella mengangguk.

"Ultah yang keberapa?" tanyaku lagi dengan hati berdebar.

"Genap sembilan, Om." Aku menghitung cepat usia Bella. Jika usia Bella sembilan tahun, berarti Kayla sedang hamil saat aku menikahi Wulan. Astaga! Kenapa Kayla tidak mengatakannya? Apakah dia sengaja menyembunyikan kehamilannya saat dia tahu aku telah menikah?

"Hem, Bella minta hadiah apa dari, Om?"

"Gak usah Om, nanti Mama marah lagi jika Bella menerima hadiah dari Om." Aku terdiam mendengar ucapan Bella. Dia benar, jika aku memberi hadiah pada Bella itu akan menarik perhatian Kayla. Ujung-ujungnya Bella akan diinterogasi Kayla, dan pertemanan kami akan terbongkar.

Namun, aku ingin hari jadi Bella kali ini menjadi momen spesial untuknya. Bagaimana bisa hal itu terlaksana tanpa sepengetahuan, Kayla.***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!