Bab 3. Suamiku menikah lagi.

Aku memarkir sepeda motor di halaman setelah menjemput Bella pulang sekolah. Bella berlari ke arah pintu hendak membukanya. Kuraih tas ransel Bella dan menyusul langkahnya.

Kakiku terhenti melangkah ketika tiba-tiba mendengar sapaan dari balik pintu pagar. Bukan hanya aku yang kaget, Bella juga. Anak kunci sampai terlepas dari tangannya. Ditatapnya tamu yang berdiri di ambang pintu pagar. Lalu menatapku juga saling bergantian.

Tubuhku menegang setelah menyadari siapa tamu yang datang. Darahku menggelegak atas kenekatan Petra datang lagi kerumah ini.

Hal yang aku takutkan itu terjadi juga. Petra telah melihat Bella. Kulihat langkahnya tertegun dan pandangan matanya nanar kearah Bella. Apakah dia menyadari sesuatu saat melihat Bella?

"El, kamu masuk dulu ya nak, ganti seragam cuci tangan dan kaki. Tunggu Mama di dalam kamar. Oke." bisikku lirih lantas membuka pintu rumah. Mendorong halus tubuh Bella karena aku melihatnya seolah kebingungan melihat tamu yang datang.

"Siapa dia, Ma?" bisik Bella tak kalah lirih.

"Bukan siapa-siapa. Mama mau bicara dulu ya." Bella masuk kedalam rumah. Setelah memastikan kalau Bella telah masuk ke kamarnya kudekati Petra yang masih berdiri dipintu pagar.

"Mau apa lagi datang kemari, Petra. Bukankah aku sudah bilang jangan pernah datang lagi."

"Siapa dia, Kay. Apakah kamu telah menikah lagi dan itu putrimu?" ucapnya mengabaikan perkataanku.

"Kamu tidak perlu tau siapa dia. Tidak ada hubungannya dengan kamu. Benar, aku telah menikah lagi. Kamu pikir aku akan sebodoh itu menunggumu. Pergilah! Jangan ganggu kehidupanku lagi!" Aku berbalik meninggalkan Petra di halaman.

"Tapi bukan seperti itu cerita yang aku dengar, Kay!" Aku berbalik dan menatap Petra tajam. Jadi benar dia telah menyelidiki tentang aku sebelumnya.

"Apapun yang kau dengar di luar sana, tidak ada sama sekali hubungannya dengan kamu. Ingat, kita sudah terpisah selama sepuluh tahun, meski tidak ada surat cerai tapi rentang waktu itu sudah cukup menandaskan kalau kita bukan lagi suami istri!" ucapku tajam. Pandanganku menguliti wajah Petra, rasa sakit yang dia torehkan sepuluh tahun lalu terpampang kembali di pupil mataku. Seperti slide film terputar tanpa bisa aku cegah.

"Jadi ini sebabnya kamu pergi tanpa pamit, Bang. Kamu menikah lagi diam-diam tanpa seizinku!" ucapku perih setelah aku mendengar khabar kalau Petra suamiku berada di kampung halamannya dan telah menikah lagi

Aku sengaja datang untuk membuktikan berita itu. Dan benar, aku memergoki Petra dan istri barunya tengah bermesraan di rumah.

"Kayla, ngapain kamu disini!" serunya kaget. Menjauhkan dirinya dari perempuan yang menggelendot manja dilengannya. Hatiku seperti di iris melihat kemesraan mereka.

"Kenapa? Aku tidak berhak ya. Bukankah kamu masih suami aku, Bang. Dan rumah ini masih rumah mertua aku. Siapa perempuan jalang itu!" Aku melangkah maju dan menarik perempuan itu dari sisi Petra. Wajahnya pucat pasi melihat kemarahanku.

"Cukup Kayla, dia Wulan istriku." ucap Petra salah tingkah.

"Apa Bang? Istri katamu! Lantas aku ini siapa! Teganya kamu menikah tanpa seizinku!" teriakku lantang sehingga menarik perhatian para tetangga.

"Pelankan suaramu, Kay, jangan membuat malu disini."

"Yang berbuat malu itu siapa, Bang. Apa salahku sampai abang tega lakukan ini padaku." Isakku lirih. Tiga bulan aku mencari keberadaannya, tapi sia-sia. Semua temannya aku tanya tidak ada satupun yang bisa memberiku jawaban yang pasti.

Petra pergi dari rumah hanya meninggalkan secarik kertas agar aku tidak mencari atau menunggunya. Tanpa pernah memberiku alasan kenapa dia lakukan semua itu.

Hingga akhirnya aku mendengar khabar kalau dia pulang ke kampung halamannya. Padahal aku sudah menghubungi keluarga mertuaku perihal suamiku yang menghilang. Tapi respon mereka dingin malah terkesan tidak peduli. Tak tahunya mereka menyembunyikan keberadaan suamiku.

"Bang jawab, kenapa kamu tega lakukan semua ini." Kuguncang tubuh suamiku, tapi dia tetap diam tak bergeming. Sementara, Wulan tetap memegangi lengan Petra.

"Cukup Kay! Harusnya kamu sadar diri, kalau kamu bukan seorang istri yang sempurna. Itulah sebabnya Petra menikah lagi." sebuah suara terdengar menengahi, aku berbalik arah. Ternyata dia ibu mertuaku.

"Maksud ibu apa?" ucapku bingung dengan perkataan ibu mertua yang menyebutku istri tak sempurna. Apakah karena aku belum bisa melahirkan seorang anak. Tiga tahun pernikahan kami, dan aku mengalami keguguran di tahun pertama. Apakah itu sudah cukup sebagai bukti untuk memvonisku sebagai istri tak sempurna.

Aku mengalami keguguran karena terpleset di kamar mandi. Atas kelalaian adik iparku yang tidak menyiram kamar mandi seusai mencuci pakaian. Dan membiarkan sabun deterjen tercecer di kamar mandi. Aku yang tidak tau apa- apa saat masuk kamar mandi langsung terpleset.

Kandunganku yang masih berusia tiga bulan terpaksa dikuret. Kejadian itu membuatku trauma, dan mengajak suamiku untuk pindah. Dua tahun setelah kejadian itu, aku memang belum hamil juga.

"Sampai sekarang kamu belum juga hamil. Sampai kapan kami menunggu, agar kamu bisa memberikan seorang cucu di keluarga ini." cibir ibu mertuaku tanpa perasaan.

"Aku tidak mandul, Bu. Hanya saja kami belum diberi kepercayaan oleh Tuhan."

"Sampai kapan kami menunggu? Sampai kami tua begitu! Petra satu-satunya anak lelaki di rumah ini. Kami butuh penerus marga, Kay!" hardik ibu mertuaku tanpa belas kasihan.

"A-apakah perempuan itu bisa menjamin akan memberi seorang cucu yang ibu rindukan, dengan menyakiti perasaan aku, Bu?" isakku pedih.

"Sudah pasti karena Wulan masih muda dan sehat. Tidak seperti kamu sikit-sikit sakit tak jelas." cebik ibu mertua angkuh.

"Ceraikan aku, Bang! Aku tidak sudi dimadu." seruku lantang.

"Tidak Kay, abang masih mencintaimu."

"Fuih! Persetan dengan cintamu. Toh kamu telah berz**ah karena pernikahanmu ini tidak sah tanpa izinku. Aku tunggu surat cerai itu." Aku langsung berbalik dan meninggalkan rumah mertua dengan hati yang hancur berkeping.

Satu bulan dua bulan aku menunggu tapi surat itu tidak pernah berada ditanganku. Saat itu aku harus menata kembali hidupku. Aku harus kuat dan bertahan. Terlebih setelah aku tau kalau ternyata dirahimku ada mahkluk kecil yang tidak aku sadari kehadirannya.

Aku jatuh sakit sepulang dari kampung mertua. Kupikir karena masuk aku mual dan muntah terus . Karena saat itu kondisi tubuhku terguncang karena pernikahan suamiku.

Ketika Dokter yang memeriksaku menyatakan kalau aku positif hamil dan sudah masuk delapan minggu. Aku tidak tau harus bagaimana saat itu mendengar khabar itu. Seharusnya itu menjadi khabar suka cita bagiku.

Aku tidak pernah memberitahukan kehamilanku itu. Luka hatiku tidak bisa ditawar. Akhirnya aku menjual rumah peninggalan orang tuaku. Aku pindah sejauh mungkin, ke tempat yang tidak akan bisa ditemukan Petra. ***

Terpopuler

Comments

Cidaha (Ig @Dwie.author)

Cidaha (Ig @Dwie.author)

Sakit bgt jd Kayla. Jgn pernah kembali pada Petra, Kay. Dia jahat. Bilang msh cinta, tp menyakiti segitu dalam. Bahkan mengabaikan keberadaan mu. Smg Petra dan keluarganya mendapatkan karma atas kekejian perbuatan mrk.

2024-03-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!