Bab 16. Bertemu teman dari masa lalu

Aku kembali memeriksa hasil jahitanku, siapa tahu masih ada kekurangannya. Melihat kembali daftar barang apa sudah pas. Selain menerima jahitan pakaian aku juga menerima jasa jahit gorden. Untuk orderan gorden aku terima hanya diwaktu-waktu tertentu karena aku lebih fokus menjahit pakaian.

Pesanan gorden ini dari seorang tetangga baru di Kampung Baru agak jauh dari kediamanku. Sebuah perkampungan yang baru dibuka. Dulunya daerah itu adalah areal persawahan dan berubah jadi daerah pemukiman.

Dan salah satu pemilik rumah disana menempah gorden, padaku. Sebenarnya aku belum pernah bertemu secara langsung dengan sang pemilik rumah itu. Aku berurusan dengan Bi Mirah, dan suaminya penjaga rumah itu. Kata Bi Mirah tuannya masih tinggal di kota karena masih mengurus kepindahan sekolah anaknya.

Sebelum tuannya datang, [aih namanya juga aku belum tau tepatnya sudah lupa. Si bibi pernah ngomong tapi otakku benar- benar lemot mengingat namanya.] rumah sudah dipasangi gorden sebelum mereka pindah dan menyuruh beliau mencari penjahit.

Padahal gorden siap pakai banyak dijual di toko atau tinggal buka ponsel, banyak lapak yang menawarkan barang tersebut. Tapi majikan si bibi lebih suka gorden tempahan dengan bahan pilihan majikannya.

Hari ini adalah hari perjanjian aku mengantar pesanan itu.

"Mama mau ngantar jahitan ya, Ma?" sapa Bella saat melihatku sibuk mengikat barang di atas sadel sepeda motor.

"Iya, sayang. Bella di rumah saja ya, nungguin Mama. Mama cuma sebentar."

"Mama mau ke Kampung Baru itu ya?" ucapnya lagi.

"Iya, ngantar gorden pesanan Bi Mirah."

"Oh, kalau gitu, Bella main di rumah Olga, aja ya Ma. Sambil nungguin Mama pulang."

"Bella gak papa ditinggal Mama bentar 'kan? Ntar pulang Mama belikan ice cream, mau?"

"Mau dong, Ma. Mama belikan juga buat Olga ya."

"Iya, pasti. Udah, Mama pergi dulu. Jangan lasak mainnya ya."

"Oke, Mama. Dadah ...." Bella melepasku dengan lambaian tangannya setelah lebih dulu salim dan memelukku. Sudah jadi kebiasaannya dari kecil.

Aku melajukan sepeda motorku di jalan yang agak berbatu menuju Kampung Baru, karena aku mengambil rute jalan alternatif biar lekas sampai. Kalau lewat jalan umum, aku harus berkeliling dulu dan jaraknya makin jauh.

Begitu sampai di tujuan aku membunyikan klakson, supaya dibukakan pintu gerbang. Dengan langkah tergesa, Pak Amir suami Bi Mirah membukakan pintu gerbang.

"Selamat siang Pak." sapaku ramah.

"Siang juga Nak Kayla. Sudah selesai ya, gordennya."

"Sudah Pak, ini datang mau ngantarnya."

"Oh, syukurlah. Tadi Bapak sudah menanyakan apa gorden itu sudah selesai."

"Oh, jadi majikan Bapak ada di rumah ya?" Pak Amir mengangguk.

"Iya, Nak Kayla. Baru sampe, lagi istirahat. Mari masuk." Pak Amir membantuku melepas ikatan tali di sadel motor. Lalu mengangkatnya masuk ke dalam rumah di susul langkahku dari belakang.

Seorang gadis kecil seusia Bella tengah asyik menonton televisi. Saat melihatku netranya menatap tajam ke arahku. Aku melempar senyum dan menyapanya. Bukannya membalas sapaanku, dia malah berdiri mematung seolah barusan melihat seseorang, eh, hantu mungkin.

Sebab aku melihat eskpresi wajahnya yang mendadak pucat. Aku menatapnya bingung, dan tidak tau mau berbuat apa.

"Eh, Nak Kayla sudah datang, mari duduk " lalu pandangan Bi Mirah beralih pada gadis kecil itu.

"Alicia, kenalkan ini tante Kayla. Alicia kenapa?" seru Bi Mirah heran melihat tatapan Alicia padaku.

Alicia berjalan ke arahku, masih dengan ekspresi wajah tak percaya. Lalu, tiba-tiba memeluk kedua pahaku. "Mama dari mana saja? "

Deg!

Aku menatap bingung ke arah Bibi Mirah, beliau juga melakukan hal yang sama.

"Non Alis, dia bukan Mama. Ini Tante Kayla."

"Bibi bohong, ini Mama Alicia." Alicia semakin memelukku erat. Aku tergugu diam tidak berani melakukan apapun karena kakiku yang dipeluk erat. Ada rasa perih menusuk hatiku mendengar tangis pilunya. Tangis yang penuh kerinduan.

Belum hilang rasa kagetku, seseorang keluar dari kamar utama dengan langkah agak oleng. Mungkin karena masih pengaruh baru bangun tidur sehingga kesadaran belum pulih seutuhnya.

Bisa saja dia terjaga karena.mendengar tangisan anaknya.

"Alicia, ada apa?" ucapnya tersentak kaget melihat putrinya memeluk erat kakiku. Dan aku lebih terkejut setelah menyadari siapa lelaki yang berjalan perlahan mendekatiku. Samar, aku seperti mengenali wajah itu.

"Kayla!"

"Bram!"

Astaga! Bagaimana kami bisa bertemu seperti ini? Seruku kaget dalam hati.Jadi, gadis kecil yang memeluk pahaku putri Bram? Lelaki yang pernah hadir di hatiku bertahun-tahun lalu. Bram teman semasa SMA, cowok yang pernah aku kagumi diam-diam. Dan kenangan itu telah terpendam jauh di lubuk hatiku.

"Alicia, kamu kenapa Nak?" Bram berusaha menarik Alicia yang masih memeluk kakiku.

"Papa, bohong. Papa jahat sama Alicia." Teriaknya.

"Papa bohong apa sama, Alicia. Ayo, sayang pelukannya di lepas. Tante Kayla dah capek berdiri," bujuk Bram pada putrinya. Kakiku memang sudah mulai kebas.

"Papa bilang Mama sudah di surga. Ternyata Mama masih ada. Alis tidak akan lepas, biar Mama gak pergi lagi." tangis Alicia pecah, memilukan.

"Sayang, kamu salah paham. Itu Tante Kayla, bukan Mama. Papa tidak pernah bohong sama kamu." Bram berusaha membujuk Alicia supaya melepas pelukannya, dan akhirnya dia melepaskan juga.

Aku berlutut mensejajarkan tinggi kami, mengusap air matanya lalu merahupnya dalam pelukanku.

"Jadi Tante bukan mama Alicia ya? Kok wajah Mama sangat mirip dengan Tante?" kerjabnya dengan binar mata yang begitu indah. Sepasang mata milik Bram, dia mewarisinya dengan sempurna.

Aku mengalihkan pandanganku pada Bram, menuntut jawaban tanpa tanya dari ucapan Alicia. Bram menghindari tatapanku mengalihkan pandangannya ke layar kaca.

"Tante mirip sama Mama Alicia, ya?"

"Iya, Tante. Mama mirip sekali dengan mama Alis, iya 'kan, Pa?" Alicia meminta dukungan dari papanya. Bram, hanya tersenyum menanggapi ucapan putrinya.

"Hem, Iya, Tante Kayla dan Mama Alicia sama- sama cantik." Aku tersipu mendengar jawaban yang tidak nyambung dengan pertanyaan.

"Tante, rumahnya di mana. Kenapa Tante bisa kesini?" ucapan Alicia mengingatkan aku tujuanku sebenarnya datang.

"Ah, iya. Tante lupa. Tante kesini mengantar pesanan Bi Mirah." Aku menunjuk tumpukan kain gorden dalam karung.

"Maksudnya, Kayla yang jahit gorden itu." Bram sedikit kaget mendengar penjelasanku.

"Iya, aku seorang penjahit." ucapku menjelaskan pekerjaanku.

"Ah, kebetulan sekali. Kita dipertemukan karena gorden itu." Bram tertawa lucu, " kalau bukan karena tempahan gorden itu kita tidak akan pernah bertemu setelah sekian tahun."

"Papa dan Tante udah lama kenal, ya?"

"Sudah, Papa dulu teman akrab Tante, kami satu sekolah dan sudah lama berpisah." Bram menatapku. Sorot matanya itu terasa ganjil saat pandangan kami bersirobok. Geletar aneh tiba- tiba menjalari hatiku, geletar yang sama nadanya kala itu, saat aku sangat mengaguminya.

Astaga, ada apa ini? Kurasakan wajahku bersemu merah ketika pandangan Bram menyergapku. Buru-buru kualihkan pandanganku ke arah lai.

"Maaf, Tante pulang dulu ya? Permisi!" Aku segera pamit, bagaimana pun aku tidak bisa bertahan lama. Pertemuan ini membuatku syok. ***

Terpopuler

Comments

lindsey

lindsey

wah jangan2 kayla terlahir kembar ini?

2024-03-18

0

Yutaka Kansaki

Yutaka Kansaki

aq tunggu up selanjutnya 👍🌹🌹🌹🌹🌹🌹

2024-03-18

1

Yutaka Kansaki

Yutaka Kansaki

wah... CLBK nich ...
ihhh bukan_bukan tp cinta lama yg belum usai🤭🤭🤭🤭

next kak...
semngat 💪 ea...

2024-03-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!