.
.
.
"Lalu bagaimana kau mengambil uangmu ?? Kau sudah meninggal dan keluargamu sama sekali tidak mencari tau bagaimana kau bisa mati ??"Pertanyaan monohok dari Fatir seketika membuat Safana terdiam.
benar juga apa yang dikatakan Fatir itu
"Aku akan berusaha bicara dengan keluarga atau notaris kepercayaanku.. aku mohon tuan.."Safana terduduk dilantai bersimpuh dibawah Fatir.
Fatir jadi tidak enak. baru kali ini setan yang menemuinya bersikap layaknya manusia.
"Jangan seperti itu.. bangunlah.. aku akan usahakan besok.."ucap Fatir.
"benar tuan ???!!" Wajah Safana terlihat berbinar.
"Iya.. tapi kau bangunlah.."Fatir menjadi tidak tega. Safana yang sudah berhasil Meminta pengacara itu untuk mengungkap kematiannya tersenyum dan segera berdiri.
"Ya sudah.. aku mau makan dulu.."Ucap Fatir seraya berjalan menuju dapur Mininya.
"Tuan.. saya buatkan makan malam ??"Tawar Safana seraya mengekor dibelakang Fatir.
"Bahkan memegangku saja kau tidak bisa, bagaimana mau memasak ??" Safana memanyunkan bibirnya. ia memilih duduk didepan meja makan memperhatikan Fatir yang tengah membuat makanan.
Fatir terlihat begitu biasa melakukan semuanya. hal itu membuat safana cukup terpukau sekali.
"Tuan tinggal sendiri ?? tidak dengan pembantu ??" Safana memilih menanyakan rasa penasaran dihatinya.
"tidak punya pembantu."balas Fatir dengan singkat.
"Istri ??"
"Aku belum menikah."
"Lalu orangtua ??"
Fatir membuang kasar nafasnya. "Orangtuaku sudah meninggal semua. kakakku tinggal diKairo bersama istrinya."Sembari menjawab Fatir meletakkan mangkuk makanannya didepan Safana.
"He..he.. maaf, aku kan hanya bertanya.."Sadar jjka Fatir terlihat tidak suka dengan banyaknya pertanyaan Dari Safana.
Fatir kemudian langsung duduk. saat melirik Safana yang menatap mangkuk makanannya Fatir pun menawarkannya pada Safana. "Apa kau mau ??"
Awalnya Safana terlihat girang, namun saat teringat sesuatu Senyum Safana luntur seketika.. "Bagaimana aku bisa memakannya.. bahkan rasa lapar saja sudah tidak aku rasakan.."Ucap Safana lirih sembari beranjak dari duduknya dan memilih pindah disofa panjang didepan tivi. Safana buru-buru berusaha memejamkan kedua matanya agar tidak melihat Fatir yang tengah akan makan.
.
Pagi kembali datang, Mama weni dan papa Rio berencana untuk kembali kerumah mereka. berada dirumah Ridwan, membuat mama Weni terus saja menangis teringat Putri kesayangannya.
"Mama.. kita disini saja dulu.. kasihan mas Ridwan.. dia pasti kesepian.. dia kan sudah tidak punya keluarga selain kita.."Bujuk Difa adiknya Safana.
"Tapi tidak akan baik juga kalau kita terus tinggal disini.."Balas papa Rio.
Difa mendesah kasar, ia malas berdebat yang pada akhirnya pasti akan kalah.
"Terima kasih ma.. pa.. sudah mau menemaniku."Ucap Ridwan.
"Sama-sama Ridwan.. kita sama-sama kehilangan.. kita harus bisa mengiklaskan kepergian Safana.."Balas papa Rio.
Mama Weni hanya bisa sesenggukan saja. jika menyebut nama Safana saja hati mama weni masih terasa teriris mengingat putrinya telah mati mengenaskan.
"Mama jangan kawatir.. Ridwan sudah lapor polisi.. dan mereka akan mencari penabrak mobil Safana.."Ridwan mencoba menenangkan Mertuanya.
mama Weni hanya bisa menjawab dengan anggukan. sebab lidahnya masih begitu kelu untuk berbicara.
"Usut sampai tuntas Ridwan.. papa mau pelakunya dihukum dengan setimpal."ucap papa rio.
"Pasti Pa.. Ridwan sudah sewa pengacara handal dikota kita.."Balas Ridwan meyakinkan.
"Kalau begitu papa dan mama pamit dulu.."
Ridwan menjawab dengan anggukan.
"Difa.. ayo.."ajak papa Rio. meski nampak kesal Difa akhirnya ikut juga. saat menatap Ridwan kissing jarak jauh diberikan Ridwan hingga Membuat senyum Difa terbit dengan lebarnya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
aas
hidiiih suami sama adiknya paraaah
2025-03-17
1
Amoy Ima
suami lucknat....
2025-02-14
1
Siti Naimah
jih...ternyata adiknya safana pengkhianat
2025-01-23
2