Deviana mematut dirinya di depan cermin, gadis itu tersenyum menatap penampilan dirinya. Namun sedetik kemudian senyuman tersebut berubah menjadi sebuah cekikikan geli manakala tangannya mulai menempelkan tompel palsu di sebelah pipinya, setelahnya menggelung kecil rambut aslinya dan mulai memasang wig yang memang selalu dipakainya saat keluar rumah.
Dua hal itu adalah hal wajib yang harus Dee ingat dan lakukan jika tak ingin keberadaan nya diketahui oleh sang paman. Ha.. mengingat pamannya itu membuat Dee geram.
"Sudahlah, tidak ada gunanya juga untuk menyesali semua yang telah terjadi. Saat ini, kesehatan dan juga kebahagiaan Adit yang paling penting untuk ku." Gumamnya menyemangati diri sendiri.
Sebagai seorang kakak, Deviana telah berniat untuk lebih mengedepankan sang adik. Dikuburnya keinginan dan juga cita-citanya dulu. Baginya Adit lebih penting untuk bisa mengembalikan kejayaan keluarganya. Sebagai satu-satunya anak laki-laki keturunan Anggara, Adit adalah target yang dicari oleh sang paman. Setidaknya hal itu yang selalu ada dalam benak Dee hingga gadis itu berupaya untuk menyembunyikan keberadaan Adit.
Suara ketukan pintu membuatnya menoleh. Disana. Senyum terukir indah di bibirnya saat melihat sang adik tengah menatapnya dengan bangga.
"Wah kakak cantik, memang nggak salah kakakku paling cantik." Seru Adit dari atas kursi roda yang di dorong oleh bibi.
Wajah Dee bersemu merah atas pujian kecil dari adiknya itu. Bibi juga mengulum senyum melihat interaksi kedua kakak beradik yang telah dipercaya kan padanya oleh mama Yenni. Dari wanita baik hati itu pulalah bibi mengetahui cerita tragis kedua anak yang diasuhnya itu yang ternyata sudah yatim piatu.
"Bibi tinggal dulu ya, non." Wanita yang berusia 40 tahun tersebut undur diri, meninggalkan Adit yang memang meminta untuk diantar ke kamar sang kakak.
"Terimakasih, bi."
Sepeninggal bibi, Dee mendorong kursi roda sang adik untuk masuk lebih dalam ke kamarnya. Keduanya nampak menyunggingkan senyum di bibir masing-masing untuk saling menguatkan.
Baik Dee maupun Adit selalu berusaha terlihat bahagia di depan masing-masing. Jika Adit tak ingin membuat sang kakak bersedih dan menambah beban pikiran satu satunya keluarga yang dia anggap saat ini. Lain halnya dengan Dee yang memang selalu menampilkan senyum agar sang adik tetap memiliki semangat untuk sembuh dan tak merasa berkecil hati.
"Kakak mulai kerja di kantoran?"
"Iya. Mulai hari ini kakak bekerja disana, do'akan kakak ya dek. Semoga semuanya lancar nantinya." Dee berjongkok dihadapan sang adik dan mengenggam erat kedua tangan mungil bocah berumur 10 tahun tersebut.
"Tentu. Adit selalu melakukan itu setiap hari. Adit minta sama Tuhan agar selalu melindungi kakak dan memudahkan jalan kakak. Kakak harus tetap semangat ya."
"Siap. Kakak janji akan selalu semangat, kita berdua akan bahagia lagi dan kakak yakin mama dan papa juga akan bangga pada kita. Mereka akan tersenyum melihat kita dari surga."
Keduanya saling berpelukan untuk bisa memberikan semangat yang bisa menguatkan.
Sementara itu Rico yang memang memilih untuk pulang ke villa kemarin setelah urusannya selesai di bengkel Bang Benni juga tengah bersiap untuk berangkat ke kantor nya.
"Hari ini mama mau kemana?"
Tanyanya pada sang mama, keduanya tengah menikmati sarapan bersama.
"Mama akan berkunjung panti asuhan yang di dirikan Jennie. Setelahnya mungkin akan singgah ke rumah Adit. Hari ini jadwalnya terapi lagi. Mama harap ada kemajuan untuk kakinya. Mama sangat berharap dia bisa berjalan lagi, kasihan dia masih terlalu kecil untuk menerima banyaknya cobaan hidup. Oh ya, bagaimana apa kamu sudah tahu siapa keluarga mereka, nak?"
"Ric sudah meminta Roy untuk menyelidiki semuanya, ma. Kita tunggu saja laporan detailnya." Rico menyuapkan nasi goreng dalam mulutnya.
"Baiklah.Mama harap semua hasilnya baik." Mama Yenni nampak termenung sesaat namun setelahnya wanita cantik dengan usia yang tak lagi muda itu menyuruh senyum pada Rico yang nampak lahap menyantap sarapannya.
"Sampaikan salam Ric pada kakak ipar, ma. Kapan kapan kalau jadwal Ric tak lagi padat mungkin akan berkunjung ke tempat mereka."
"Iya, jangan sampai kita putus silahturahmi nak."
Rico hanya mengangguk sebagai jawaban karena mulutnya sedang penuh. Dirinya juga belum memberitahukan pada sang mama jika mulai hari ini Dee atau yang lebih dia kenal sebagai Anggia sudah mulai bekerja di Cottages.
Sebagai seorang boss, Rico memang mengetahui akan hal itu. Roy sudah memberikan laporannya semalam yang mengatakan ketersediaan Dee bergabung dan menerima tawarannya. Meski begitu, Rico tidak tahu menahu posisi apa yang diberikan oleh Roy pada gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
Pasti Dee akan mampu dan bisa jadi sekretaris
2024-05-10
0
⏤͟͟͞R ve
Dee..kamu gadis tompelnya Rico 😉
2024-03-18
1