Sehari sebelum kepergian mama Yenni kembali ke ibukota, wanita baya itu masih menyempatkan diri untuk datang dan menjenguk Adit ditemani mang Diman sopir yang selalu setia mengantarkannya ke manapun wanita baik hati itu ingin pergi.
"Hallo sayang, bagaimana kabar Adit hari ini?"
"Hallo mama, hari ini Adit sudah bisa melangkah sebanyak 20 langkah. Besok akan Adit tambah lagi, kata om dokter kalau Adit terus berusaha maka akan segera sembuh." Bocah sepuluh tahun tersebut nampak sangat ceria dibalik segala luka yang mungkin berusaha disimpannya dalam dada.
"Wah bagus itu, mama harap Adit semakin rajin dan giat berlatih. Ehm tapi mama nggak bisa nemeni gimana dong?" Wajah mama Yenni dibuat sesendu mungkin.
"Tidak apa apa, Adit bisa belajar sendiri dibantu bibi. Oh ya mama bawa oleh oleh apa buat Adit? apa itu makanan?"
Hahahaha
Mama Yenni tertawa dan mengusak kepala Adit gemas. Di perlihatkan nya tote bag yang sejak tadi dibawahnya dengan senyum yang sumringah.
"Ayo tebak, kira kira apa ini ya?"
"Sebentar Adit mau coba menebaknya." Bocah itu mendekatkan wajahnya ke arah tote bag sebentar sebelum kemudian mengendus nya pelan. Bibirnya segera tersungging senyum yang merekah manakala menduga jika tebakannya pasti benar.
"Ada martabak, ada juga ikan panggang ehm atau ayam ya." Gumamnya membuat mama Yenni kembali tertawa.
"Ya sudah, ayo kita makan bersama. Kamu belum makan kan sayang?" Mama Yenni memberikan tote bag nya pada bibi yang ikut tersenyum melihat interaksi keduanya. Sementara mama Yenni memilih mendorong kursi roda Adit untuk masuk ke dalam rumah.
"Belum, tadi bibi waktu mau masak Adit minta untuk menundanya sebentar karena ingin latihan terlebih dahulu. Tapi ternyata malah dapat rezeki nomplok ya bi."
"Kamu itu bisa saja. Lain kali tidak boleh begitu ya, karena waktunya makan maka harus disiplin jika tidak percuma berlatih kalau gizi nya tak terpenuhi. Coba saja kalau nggak percaya, kamu boleh bertanya pada om dokter nanti waktu periksa, hem."
"Iya mama, Adit nggak akan begitu lagi, janji deh."
Mereka sampai di ruang tengah dimana ada meja makan disana. Bibi segera menempatkan semua masakan yang di bawah mama Yenni dalam wadah.
"Sekarang kita makan, mbak boleh minta tolong dipanggil kan semua orang?"
"Baik nyah, sebentar."
Bibi pergi berlalu memanggil mang Diman dan juga penjaga yang sedang mengobrol di teras rumah untuk masuk dan makan bersama. Sementara itu mama Yenni memisahkan beberapa masakan dalam satu wadah untuk Deviana nanti saat gadis itu pulang bekerja.
Hingga saat ini, mama Yenni tak mengetahui pekerjaan Deviana diluar sana. Gadis itu hanya mengatakan jika dirinya bekerja tanpa menjelaskan pekerjaan nya.
"Ayo semua, kita makan bersama sama biar lebih nikmat." Wanita kebanggaan keluarga Aditama itu memulai dengan menyendokkan makanan untuk Adit dan setelahnya untuk dirinya sendiri diikuti yang lain.
Suasana hangat tercipta di meja makan membuat hati Adit ikut menghangat. Bocah itu sangat merindukan kebersamaan dengan keluarganya seperti sebelum kedua orang tuanya meninggal dunia dulu. Akan tetapi semua itu tak akan pernah mungkin terjadi lagi. Untuk itulah Adit merasa sangat bersyukur bisa bertemu dengan orang baik seperti mama Yenni yang mau mewujudkan apa yang menjadi mimpinya tanpa harus meminta.
"Hayo, jangan melamun. Kamu mau makan yang mana biar mama ambilkan ehm?"
"Mau ikan panggang, boleh?"
"Boleh dong sayang, ini ikannya besar sekali pasti mang Diman dan Om Surya nggak akan bisa menghabiskan nya. Apalagi mama dan bibi, nggak muat perutnya. Bener kan??"
Mama Yenni menoleh pada 3 orang karyawannya yang diminta untuk menjaga kakak beradik itu seraya melempar senyum khasnya yang teduh.
"Tentu. Yang dikatakan nyonya benar, jadi Den Adit juga harus membantu kami memakannya hingga habis." Suryo menjawab setelahnya kembali menyuap nasi dalam mulutnya.
Ditengah asyik nya menikmati makan terdengar suara mobil masuk ke halaman rumah. Mang Diman yang memang sudah selesai lebih dulu segera beranjak untuk melihat siapa yang datang sementara yang lain meneruskan makan mereka.
"Lo, Den Rico nyusul kesini toh."
"Iya mang, kebetulan tadi ada kerjaan disekitar sini jadi mampir sekalian. Mama sudah dari tadi disini mang?"
"Belum Den, baru sebentar dan sekarang sedang makan bersama yang lain. Ayo monggo Den Rico, Den Roy silakan masuk."
"Makasih ya mang." Kedua pemuda itu mengikuti langkah mang Diman yang membawa mereka masuk.
"Siapa mang?"
"Den Rico dan juga Den Roy, nyah."
"Oh langsung saja kesini sayang, kalian sudah makan siang belum?"
"Belum ma."
"Ya sudah sini gabung makan bareng bareng. Oh ya bi, itu lauk untuk Dee sudah saya pisahin ya. Nanti kalau dia pulang kerja biar bisa langsung makan."
"Iya nyonya, sudah saya simpan dikulkas biar nanti tinggal di angetin kalau non Dee sudah pulang."
"Makasih ya bi."
"Sama sama nyonya."
Rico dan Roy kemudian mengambil duduk dan mulai ikut menyantap makanan yang tersedia di meja makan.
"Hallo jagoan, bagaimana apa ada kabar baik buat Om denger?"
"Ada dong. Adit sudah bisa melangkah 20 langkah dan tanpa istirahat lo. Kata om dokter itu kemajuan yang bagus dan besok besok Adit mau menambah lagi jumlahnya biar segera bisa jalan."
"Bagus itu. Semangat terus ya, nanti Om akan belikan hadiah kalau Adit terus semangat."
"Beneran, Om? asyik." Bocah itu nampak sangat bahagia.
Berbanding terbalik dengan keadaan sang kakak yang saat ini sedang menggerutu karena lagi dan lagi pesannya tak juga dibalas oleh Rico bahkan dilihat pun tidak padahal pesan itu sudah dikirimnya dua puluh menit yang lalu.
"Ihh dasar ya, padahal apa susahnya sih tinggal jawab iya atau nggak kan beres. Ini masih aja digantung kayak jemuran. Padahal aku butuh sekali jawabannya agar bisa langsung mencari kerja sampingan."
"Atau aku langsung aja kali ya cari kerja tanpa menunggu respon dia, tapi nanti kalau dia ngira yang nggak nggak gimana?"
Deviana menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tak tinggal diam sebenarnya, setelah bertemu dengan Rico dan mengatakan maksudnya kala itu Dee langsung bergegas mencari pekerjaan meski hingga saat ini belum ada satupun panggilan yang masuk kepadanya.
Dee tahu bagaimana sulitnya mencari pekerjaan dengan gaji yang lumayan besar saat ini sangatlah sulit apalagi semua berkas yang dia miliki masih berada di rumah nya. Sangat sulit baginya meski hanya sekedar untuk masuk dan mengambil semua itu karena sang paman tak pernah memberi nya ijin untuk itu. Jangankan masuk, bahkan mungkin jika mereka bertemu tak sengaja maka sang paman akan menganggap mereka orang lain dan meminta orang orangnya untuk melenyapkan nya juga sang adik. Untuk itu Dee memilih mengalah yang penting hidup adiknya aman meski dirinya harus bekerja keras untuk itu.
"Ah dasar hantu ganteng menyebalkan." Pekiknya tertahan manakala pesannya masih belum di baca oleh Rico.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜
Bisa aja Dee namain nya😂😂😂
2024-05-03
0
⏤͟͟͞R ve
Hantu ganteng 🤔 wkwk
#mau dunk satu 😂😂
2024-03-12
2
⏤͟͟͞R ve
Wahh mama Yeni sungguh perhatian terhadap Adit dan kakanya, setidaknya itu bisa mengobati sedikit rasa sedih kehilangan orang tua mereka 🤗
2024-03-12
1