Bab 19

"Dia terlalu serius."

Menatap Deviana bekerja mengingatkan pada dirinya dahulu. Tentu saja saat itu dia bersama sang adik sedang berusaha keras untuk mengembangkan butik milik sang mama untuk bisa bertahan hidup di tengah guncangan masalah yang menghantam keluarga mereka.

Perusahaan Aditama bahkan terancam gulung tikar kala itu hingga mengharuskan sang kakak pulang ke tanah air untuk menanganinya, padahal saat itu Raka sedang mendalami studinya.

Kerenggangan hubungan antara keluarga membuat mereka berdiri sendiri sendiri. Raka juga sempat salah paham dengan sikap sang mama juga kedua adik kembarnya hingga mereka saling menjaga jarak.

Beruntung, kehadiran Denisa menjadi jembatan keluarga tersebut kembali bersatu.

Ada hikmah dibalik setiap masalah dan itu benar adanya. Masalah yang menghantam mereka bertubi-tubi membuat mereka saling menguatkan dan saling mendukung. Rico dan Rena bahkan mampu mendirikan restoran The Twins di kota A dengan tangan mereka sendiri.

Hasil kerja keras keduanya dalam mengelola 10 butik sang mama membuat mereka berhasil mengumpulkan pundi pundi rupiah dan terwujudnya mimpi besar mereka berdua. The Twins berhasil bersaing di pasaran hingga memiliki beberapa cabang di kota kota besar.

Jika ditanya bagaimana dengan perkembangan restoran The Twins sekarang setelah Rico tinggalkan dan berputar haluan merambah dunia pariwisata. Jawabannya adalah semua berjalan beriringan. Restoran The Twins masih berjalan dengan resto pusatnya masih berada di kota A sebagai poros.

Rico masihlah sebagai owner utama meski keberadaan nya tak selalu disana. Denisa sang kakak ipar menjadi wakilnya sama seperti dulu sebelum wanita itu menjadi kakak iparnya.

Hanya Rena yang benar-benar lepas tangan atas bisnis mereka mengingat saat ini dirinya harus selalu siap siaga mengingat pekerjaan sang suami yang padat. Belum lagi dengan kehadiran 3 buah hati mereka tentu Rena tak memiliki waktu luang lagi meski hanya sekedar untuk mengawasi resto.

Sedangkan untuk butik mama Yenni saat ini telah diserahkan untuk dikelola anak anak panti yang hasilnya sebagian besar digunakan untuk kepentingan panti.

"Ayo pulang!! selesaikan kembali besok."

Serunya yang tiba-tiba membuat Dee berjengkit kaget. Sontak gadis itu mengusap dadanya sambil mendelik ke arah Rico yang cuek aja tanpa ada rasa bersalah.

"Kak Rico selalu saja bikin orang jantungan, hiii bisa nggak jangan ngagetin gitu?" sungutnya sambil menggerutu tak jelas.

"Ckck makanya jangan kebanyakan ngelamun. Udah ayo cepet." Ujarnya mulai melangkahkan kaki meninggalkan meja Dee yang melongo di tempatnya.

"Siapa yang melamun? dasar hantu."

Roy tergelak, tingkah keduanya menjadi hiburan baginya selama 3 hari ini. Seperti kucing dan anjing, mereka selalu saja berdebat.

"Simpan saja hasil laporannya di komputermu, setelah itu turunlah. Kami menunggumu dibawah." Sedikit manusiawi, ucapan Roy langsung bisa diangguki oleh kepala Dee.

Tak banyak bicara mengingat kini dirinya hanya sendiri di lantai 2 membuat Dee buru buru membereskan meja kerjanya. Dimatikan komputer setelah menyimpan data data pekerjaannya. Dee juga memasukkan laptopnya dalam tas dan membawa benda itu bersamanya.

***********

Di basement Rico berdiri disamping mobilnya sementara Roy tengah mengotak atik ponselnya.

"Ric.."

"Ada apa?"

Roy tak menjawab namun pemuda itu langsung menyerahkan ponselnya. Dengan teliti Rico membaca setiap kata yang dilaporkan oleh orang-orang nya. Keduanya saling berpandangan, namun belum sempat mereka bicara Dee muncul dari arah pintu keluar hingga membuat keduanya mengurungkan pembicaraan.

"Masuklah!"

"Aku membawa motor kak." Gadis itu menolak dan menunjukkan motor milik Ben yang memang dia sewa.

"Biarkan itu disini, kau ikut denganku saja. Ada hal yang harus kita selesaikan."

"Tapi.."

Dee menghela nafas dalam, boss nya itu selalu semaunya. Ditatapnya Roy yang berdiri tak jauh disana. Pemuda itu menganggukkan kepalanya segera, kalau sudah begitu mana bisa dirinya menolak. Padahal Dee hanya ingin menghindari gunjingan yang beberapa hari ini menyebar di kantor.

"Ya ya baiklah tuan pemaksa." Selorohnya seraya masuk ke dalam mobil Rico dimana Roy sudah membukakan pintu untuknya.

Rico segera melangkah ke sisi lain mobilnya, tatapannya dan Roy beradu sebelum Rico masuk ke dalam mobilnya. Keduanya berbicara melalui bahasa mata yang hanya mereka berdua paham artinya.

Setelah mobil yang dikendarai Rico mulai bergerak meninggalkan basement. Roy segera mempercepat langkahnya.

"Aku segera datang."

Dengan sedikit berlari Roy masuk ke dalam sebuah garasi dimana motor nya juga Rico tersimpan. Motor sport itu melaju membela jalan. Sudah lama sekali rasanya, terakhir kali dirinya memacu motor tersebut demikian kencang dua tahun lalu.

Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk segera sampai ke lokasi dimana beberapa anak buahnya berada.

*********

Adit tersenyum lebar, siang menjelang sore ini dirinya berhasil menambah jumlah gerak kakinya. Jika di minggu kemarin baru bisa melangkah sebanyak 20 langkah maka hari ini bertambah menjadi 30 langkah. Sebuah kemajuan yang tentu saja membuatnya senang.

Suryo dan bibi ikut tertawa melihat kebahagiaan bocah kecil itu. Keduanya tak pernah lelah untuk menemani Adit berlatih. Meski mereka hanya bekerja namun keduanya tak pernah memilih milih pekerjaan. Apalagi mama Yenni selalu memperlakukan mereka layaknya keluarga.

"Om Suryo, Adit senang sekali. Kalau seperti ini terus bukan kah Adit akan segera sembuh dan bisa berjalan kembali. Adit bisa membantu kakak nantinya."

"Tentu saja, Den. Tapi jangan lupa, Aden juga harus rajin belajar dengan begitu Non Anggi pasti akan tambah senang."

"Iya kah, om? aku ingin melihat kakak senang om, karena itu aku akan terus berusaha dan nggak lagi mengeluh. Beban kakak sudah terlalu berat dan Adit nggak mau menambahnya."

"Kalau begitu, semangat." Suryo menunjukkan otot lengannya membuat Adit kembali tertawa.

Tak jauh dari rumah minimalis tersebut nampak beberapa orang berbincang sambil memperhatikan kebersamaan dua orang yang masih bercanda disana.

"Iya tuan."

"???"

"Kami belum melihatnya, hanya ada anak itu duduk di kursi roda dan satu orang laki-laki muda juga wanita berusia sekitar 40 tahunan disana."

"???"

"Baik tuan, kami mengerti."

Sambungan terputus, ke empat orang tersebut mulai berpencar dan mengambil posisi masing-masing. Sementara itu Suryo dan Adit masih asyik bersenda gurau di halaman yang dijadikan tempat bocah itu melatih kakinya berjalan.

Terpopuler

Comments

☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜

☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜

Ada mata2 yg ngintip, anak buah pamannya kah

2024-05-13

0

⏤͟͟͞R ve

⏤͟͟͞R ve

Rico pengen berduaan dengan mu Dee 😉

2024-03-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!