"Ah, dasar hantu ganteng menyebalkan." Pekiknya tertahan manakala pesannya tak juga dibalas oleh Rico.
Mulut Dee bahkan komat kamit entah apa yang gadis itu ucapkan, namun wajahnya benar-benar terlihat kesal.
"Siapa hantu ganteng?"
Tubuh Deviana terlonjak kaget, bahkan ponsel ditangannya nyaris terbang saat suara yang familiar terdengar jelas dari belakang tubuhnya. Dengan sedikit bergetar tubuh gadis itu berbalik untuk memastikan apa yang didengarnya adalah benar.
"Dasar hantu, bahkan kedatangannya pun suka sekali membuat jantungan. Untung ganteng, kalau nggak sudah habis kau ku tendang." Sungut nya dalam hati.
Sosok Rico sudah berdiri tegak di hadapannya saat ini. Dengan kedua tangan yang tersimpan di saku celana tanpa senyum di bibirnya. Jangan lupakan tatapan tajam nya dibalik kacamata hitam yang bertengger indah di hidung bangirnya. Pahatan wajah yang sungguh membuat hati siapa saja menjadi terpesona tak terkecuali Deviana. Namun gadis itu berusaha untuk menyembunyikan rasa kagumnya.
"Ckck bisa tidak kalau nggak ngagetin orang? suka sekali bikin orang jantungan. Kalau aku kena serangan jantung gimana? apa situ mau tanggungjawab?" Sungut gadis itu berkacak pinggang.
"Ogah." Singkat padat dan jelas. Jawaban yang Rico berikan membuat mulut Dee menganga lebar.
Ha
"Ha he ho, kamu pikir aku mau bertanggungjawab dengan apa yang ku perbuat? lagipula siapa yang menyuruhmu melamun hingga terkejut?" Jawab enteng Rico sambil berbalik menuju mobil dimana Roy sedang menunggunya disana.
"Dasar nyebelin."
"Aku bisa mendengarnya ya."
"Bodo amat, pergi sana. nyebelin!!
"Lima menit, jika kau nggak ikut masuk ke mobil maka tak ada lagi penawaran untukmu." Suara Rico kembali membuat Dee membelalakkan matanya.
Dengan langkah yang sedikit terhentak, pada akhirnya Dee menyusul lelaki di hadapannya itu. Sementara Roy yang menyaksikan interaksi keduanya dibalik kemudi hanya menggeleng. Terus terang baru kali ini dirinya melihat seorang
Rico menunjukkan sikap jahilnya pada orang lain diluar lingkup keluarga dan para sahabatnya.
Setelah menikmati makan siang di rumah yang ditempati oleh Adit dan kakaknya, yang tak lain adalah Deviana sendiri. Roy dan Rico berniat untuk melihat rumah keluarga Anggara yang tak lain adalah rumah kedua orang kakak beradik tersebut. Namun ditengah jalan keduanya melihat keberadaan Dee yang memperkenalkan dirinya sebagai Anggia pada mereka tak jauh dari lokasi bengkel tempatnya bekerja.
"Apa jam kerjamu fleksibel hingga kau bisa keluar masuk kerja sesuka hati?"
"Tidak. Hanya saja Bang Ben akan memberi kami kelonggaran waktu jika memang ada hal yang mendesak. Lagipula kita bisa membayar waktu yang kita pakai nantinya."
"Lalu bagaimana dengan rencanamu untuk bekerja paruh waktu? apa sudah ada atau kau masih mencarinya?"
"Ehm, jujur saja aku masih mencarinya. Aku sudah mencoba melamar di beberapa tempat tapi hingga hari ini belum juga ada panggilan." Dee tertunduk lesu.
Gadis yang duduk di bangku belakang seorang diri itu nampak murung dan semua itu dapat Rico lihat dari balik sepion. Diam diam, Roy melirik kearah sahabatnya tersebut sambil mengulum senyum tipis.
Setelah memakan waktu 30 menit, mobil melaju sedikit pelan. Kedua netra Deviana terbelalak sempurna. Dia hafal betul jalan ini dan juga komplek perumahan yang sedang mereka masuki.
"Ki.. kita mau kemana sebenarnya?" Suaranya bergetar dan semua itu dapat dirasakan oleh dua orang pemuda yang menempati bangku depan.
"Ada sebuah rumah disini yang akan dijual. Kami kesini untuk melihat lihat sebentar." Bukan Rico yang menjawab melainkan Roy yang melihat gadis itu semakin gelisah sementara Rico masih memperhatikan perubahan gadis itu dengan seksama.
Dee menatap nanar ke luar jendela, kedua matanya nampak berkaca kaca. Bayangan bayangan masa bahagia keluarganya melintas saling berberebut dalam ingatannya.
"Mama, papa." Gumamnya lirih nyaris tak terdengar.
Tubuh Dee semakin bergetar manakala mobil yang mereka tumpangi masuk kedalam sebuah rumah mewah dengan gerbang yang menjulang tinggi. Rumah yang terbilang paling mewah diantara yang lainnya.
Air mata yang berusaha ditahannya tak lagi mampu untuk ditepis. Kenangan bersama mendiang kedua orang tuanya membuat gadis itu rapuh. Dee tergugu dengan isak tangis tertahan.
"Kau tak perlu ikut turun, berdiamlah di mobil biar kami yang turun. Hanya sebentar setelah itu kita akan pergi ke suatu tempat." Rico berbicara namun nadanya sudah berubah, tak lagi ada kejahilan disana.
Tanpa merespon apapun, Dee hanya menunduk dan berusaha menguasai dirinya kembali. Dia yang mati matian menutup rapat jati dirinya hari ini nampak begitu lemah. Entah apa yang akan terjadi nanti yang jelas saat ini Dee merasa hancur.
Ditatapnya balkon kamar yang berada dilantai 2, dalam matanya kembali terbayang saat dirinya bercengkrama dengan sang mama. Wanita cantik nan lembut itu menyunggingkan senyum manisnya saat kedua anaknya mulai menjahilinya.
Balkon kamar kedua orang tuanya memang lebih luas dibanding dengan balkon kamar lainnya. Karena itulah mereka lebih betah berada disana menunggu sang papa pulang bekerja.
Dee mengusap air matanya, dari dalam mobil yang terparkir dihalaman tentu saja membuat gadis itu bisa secara langsung melihat apa saja yang dilakukan oleh orang-orang diluar sana. Beruntung, kaca mobil yang mereka pakai gelap hingga tak memungkinkan bagi orang luar untuk melihat ke dalamnya.
Seperti yang dikatakan oleh Rico, jika mereka hanya sebentar. Keduanya nampak sudah kembali dengan didampingi oleh lelaki gagah dengan tubuh yang sedikit tambun diantara mereka. Tangan Dee mengepal kuat, rasa benci semakin bercokol dalam dadanya melihat laki-laki yang tak lain adalah pamannya itu tertawa.
Sungguh berbanding terbalik dengan keadaannya juga Adit.
"Aku akan membalas semuanya, paman. Kesakitan yang adikku alami semuanya akan aku hitung, dan kau akan membayarnya nanti." Sorot mata penuh luka gadis itu nampak mengerikan. Akan tetapi Dee berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang di dalam mobil.
Tak ingin membuat curiga pada akhirnya Dee memilih untuk menunduk dan menyembunyikan dirinya di balik bangku depan. Belum saatnya dirinya ditemukan karena bila itu terjadi maka keselamatannya juga Adit akan kembali terancam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
@☠⏤͟͟͞R Atin 🦋𝐙⃝🦜
Tunggu aja paman azab dari yang diatas akan segera kau terima karena paman udh menyakiti anak yatim piatu apalagi itu ponakan paman sendiri, ponakan kan udh sama kaya anak sendiri harusnya kalo paman gak gulai🫢🫢🫢
2024-05-09
0
@☠⏤͟͟͞R Atin 🦋𝐙⃝🦜
Ada yg tega sama ponakan sendiri
2024-05-09
0
⏤͟͟͞R ve
jantungan ni yee 🤣🤣
2024-03-13
1